Rasanya ada yang salah dengan penglihatan Anna Willow. Atau mungkin semalam selagi tidur dia mengigau dan kepalanya terantuk ujung tempat tidur. Atau mungkin apa yang dilihatnya melalui kaca jendela dapur rumahnya hanyalah halusinasi di pagi yang cerah itu.
"Ya Tuhan."
Dari luar terdengar gonggongan. Skinny, jack russell terrier putih-cokelat peliharaan keluarga Willow, biasanya tenang dan ramah kepada siapa pun. Tetapi khusus pagi ini, anjing itu menyalak tak henti-hentinya.
Tanpa menghabiskan serealnya terlebih dahulu, Anna menyambar ransel, mengecup sekilas kening adik laki-lakinya—Alex—yang masih berumur setahun di kursi makan balita di sisi meja, dan dengan buru-buru mengecup pipi ibunya yang sedang mengupas apel di konter dapur. Anna bergumam tidak jelas dengan mulut penuh remah cokelat gandum, "Pergi dulu."
"Jangan lupa obat Bibi Heather!" itu kata-kata yang didengarnya diserukan ibunya sebelum pintu depan tertutup di belakang Anna.
Gadis itu mematung di teras, syok luar biasa memelototi sosok yang sedang berdiri menyandar di tembok pembatas rumahnya dengan sepeda kuning terparkir di dekatnya. Begitu melihat Anna, cowok itu buru-buru menegakkan tubuh. Dia menggaruk tengkuknya, kelihatan canggung.
"Halo." katanya. Rambut hitam di dahinya tersibak angin yang berhembus lumayan kencang. Dia menambahkan sambil meringis, "Anjingmu galak sekali."
Anna menuruni undakan terasnya, mengabaikan Skinny yang masih saja menggonggong dan berjalan perlahan menyeberangi halaman rumahnya yang tertata rapi dihiasi semak mawar aneka warna (ibunya bangga sekali dengan keahlian dirinya merawat kebun) untuk mendekati cowok itu dengan waspada.
"Anna, kan?" kata cowok itu lagi, "Kita satu sekolah. Er... di Hendersonville."
"Aku tahu siapa kau." sahut Anna cepat. Perasaannya campur aduk. Syok. Tidak percaya. Takjub.
Cowok itu tampak agak tersanjung mengetahui Anna mengenalnya, "Oh. Oke."
Mustahil. Anna membatin. Ini mimpi.
Selama beberapa saat, tidak ada yang saling berbicara. Skinny kini menggeram ke arah si cowok. Anna masih diterpa syok hebat. Sementara cowok itu tampaknya merasa malu, risih, sekaligus agak bingung karena terus-menerus ditatap dengan mata terbelalak oleh Anna.
"Entah mengapa aku merasakan dorongan untuk mengunjungi rumahmu pagi-pagi sekali. Tahu-tahu aku sudah berada di sini. Dengan sepedaku. Aku bahkan tidak memikirkan sarapan." jelas cowok itu, sama sekali tak terlihat sadar bahwa kemunculannya yang begitu mendadak dan tak terduga di luar pagar rumah keluarga Willow pagi-pagi begini amatlah mencengangkan bagi Anna. Cowok itu mengangkat bahu seraya terkekeh, "Kurasa aku perlu bantuan."
Anna sampai harus membungkam mulutnya yang terasa kering akibat membuka terus, lalu menelan ludah dengan susah payah. Dengan gusar, dia melirik sekilas ke arah jendela dapurnya dan melihat samar-samar punggung ibunya yang sedang menunduk untuk menyuapi Alex. Kemudian Anna berkata dengan suara pelan bernada mendesak, "Dengar. Kau tidak seharusnya berada di sini."
Cowok itu mengernyit bingung, "Apa? Kenapa?"
"Pokoknya..." Anna memegangi dahinya frustasi, "...kau tidak seharusnya berada di sini!"
Kening cowok itu masih saja terkernyit. Lalu, seolah mendadak teringat akan suatu hal yang penting, cowok itu melebarkan matanya, "Apakah karena surat itu?"
"Su-?" Anna tercekat begitu menyadari maksud dari perkataan cowok itu. Kedua pipinya mendadak panas walaupun angin masih berhembus cukup kencang, "Kau mengingatnya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Toby
Teen FictionSuatu pagi, seorang cowok berdiri di depan rumah Anna Willow. Kebetulan pula, cowok itu pernah Anna kirimi surat cinta. Tobias Mozkovitz atau Toby--si bintang sekolah yang disenangi semua orang dan setahun di atas Anna--tiba-tiba muncul di hadapan...