"Kau masih anggota klub siaran."
Sepotong kecil kentang goreng terjatuh dari mulut Anna ketika mendengar Kevin mengatakannya di tengah keramaian kantin. Betul-betul aneh bagi Anna berada di tempat itu setelah sekian lama tidak duduk di salah satu mejanya untuk makan. Hiruk pikuk dan kebisingannya membuat kepalanya agak pening.
Sebelumnya, Kevin memang selalu makan di sini. Dia bukan murid 'terbuang', kebiasaan makan di ruang klub itu baru muncul setelah dia bergaul dengan Anna. Sebelumnya, Kevin sama normalnya dengan cowok-cowok SMU seusianya. Hanya saja teman-temannya memang tidak terlalu banyak.
Bicara soal teman, hari ini Kim masih bersikap sok cuek. Jelas-jelas cewek itu sempat melihat ke arah meja tempat Anna dan Kevin duduk tadi, ketika dia baru masuk untuk mengantre makanan. Tetapi kemudian Kim melewati begitu saja meja mereka tanpa menoleh sedikitpun. Bukannya sombong, cewek itu terkesan menghindar, seolah-olah takut beradu tatap dengan Anna atau Kevin dapat membakar bola matanya hingga bolong atau semacamnya.
Memikirkan hal ini, Anna dengan waswas menatap sekitar. Tidak ada yang menatap ke arahnya. Atau menyunggingkan senyuman menyebalkan sembari meliriknya dan berbisik-bisik. Tampaknya tidak ada yang menyadari kehadirannya.
"Takjub karena 'Si Aneh' tidak dijadikan objek bulan-bulanan kali ini?" Kevin menaikkan sebelah alisnya, menebak jitu. Anna hanya mendengus.
"Perhatian orang-orang sedang tertuju pada hal lain." Kevin menggedikkan kepala ke arah meja agak di tengah ruangan, yaitu meja Amber Mills dan dua teman ceweknya. Biasanya meja itu ramai dikelilingi sisa anggota tim pemandu sorak lainnya dan beberapa cowok dari tim futbol. Tetapi sekarang meja itu terlihat lowong, "Rupanya bukan hanya kita yang melihat pertemuannya dengan Parker waktu itu, di Silbury."
Memang benar. Sekelompok cewek yang duduk di meja sebelah mereka tengah berdiskusi serius sembari sesekali mencuri-curi pandang ke arah Amber. Begitu pula dengan beberapa orang yang sedang mengantre makanan di bar.
"Dia sedang mengalami masa yang berat." Anna memperhatikan Amber. Cewek itu tampak sedang melamun sambil memutar-mutar kaleng soda dietnya. Menyadarinya, Kevin mendengus heran.
"Kau merasa kasihan padanya?" dia bertanya, "Bukankah dia salah satu yang mengerjaimu selama ini?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari Amber, Anna menggeleng, "Dia memang angkuh. Tetapi dia tidak pernah memanggilku 'Aneh'."
Amber Mills boleh jadi pentolan tim pemandu sorak paling cantik sekaligus paling angkuh yang pernah dimiliki Hendersonville High, tetapi setidaknya dia tidak gemar memanggil-manggil orang lain dengan sebutan tidak layak. Dan untuk itu, dia mendapatkan tulisan pelacur besar-besar di lokernya. Mau tidak mau, Anna merasa agak kasihan padanya saat ini.
"Jadi apa saja yang kau kerjakan semalam?" pertanyaan Kevin yang tiba-tiba itu menyita perhatiannya. Anna mengernyit tak paham.
"Apa?"
"Aku meneleponmu." Kevin berujar.
Mendadak Anna paham, "Jadi itu nomormu?"
Kevin hanya menggeleng-geleng lelah sembari merogoh saku jaketnya untuk mengeluarkan sesuatu-seperti lembaran kertas yang sudah sangat lecek-dan meletakkannya di hadapan Anna. Anna dapat langsung mengenalinya. Lembaran tiket konser yang tempo hari dibuang Colton Parker ke tong sampah.
"Kupikir kau kesal gara-gara itu." ujar Anna, setengah bertanya.
"Terlalu sayang untuk dilewatkan." Kevin nyengir.
"Tanggal acaranya akhir minggu ini." komentar Anna.
"Yeah." Kevin mengangguk setuju, "The Courteeners lumayan keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Toby
Teen FictionSuatu pagi, seorang cowok berdiri di depan rumah Anna Willow. Kebetulan pula, cowok itu pernah Anna kirimi surat cinta. Tobias Mozkovitz atau Toby--si bintang sekolah yang disenangi semua orang dan setahun di atas Anna--tiba-tiba muncul di hadapan...