Kentang goreng di tangan Anna nyaris tergelincir jatuh saking kagetnya Anna mendapati Toby muncul tak jauh di hadapannya, di tribun teratas gimnasium basket Hendersonville High siang hari itu.
"Hari ini menu makan siangnya sandwich keju dan kentang goreng." cowok itu berkomentar.
Anna menatap sekeliling. Hanya ada petugas kebersihan gimnasium dan satu-dua murid yang sedang berlatih basket di sana, namun tetap saja.
"Ngapain sih kau di sini?!" desis Anna dari sudut mulutnya, membuat Toby tersentak, "Sana cari mainan lain!"
"Kau kenapa sih?" Toby kedengaran tersinggung, namun toh tetap melangkah naik menghampiri kursi Anna dan duduk di sebelahnya, "Kau malu dilihat orang bersamaku?"
"Sudah kubilang... orang-orang yang biasanya tidak ingin dilihat bersamaku." Anna menghindari pandangan Toby.
"Sudah kubilang..." Toby menirunya, "Omong kosong."
Kenapa? Anna membatin tersiksa. Kenapa dia harus berada di sini sekarang? Di antara sekian banyak kemungkinan waktu lainnya?
"Oke, berhenti bersikap sok keren padaku dan katakan saja apa maumu." tukas Anna, berusaha mengusir kupu-kupu di perutnya ketika merasakan Toby menggeser duduknya mendekat. Ini tidak normal.
"Kau benar." Toby menggaruk hidungnya, "Ada yang mengganjal pikiranku."
Anna menelan kentangnya susah payah, "Yeah?"
"Amber." kata Toby mengejutkan, "Dia tidak mau bicara denganku."
"Itu wajar."
Toby tampak syok, "Sori?"
Anna memainkan kentang gorengnya yang sudah berminyak, "Mm, maksudku... bukankah dulu kau yang memutuskannya?"
"O-oh..." Toby tampak salah tingkah, "Yeah, memang... tetapi aku ingin meluruskan satu-dua hal dan sulit melakukannya jika aku tidak bisa bicara dengannya."
"Oke. Serahkan padaku." sahut Anna, sama entengnya seperti jika seseorang tengah memintanya memegangi sesuatu. Perkataannya barusan spontan membuat Toby terperangah.
"Kau mau membantuku?" tanyanya, yang disambut anggukan kepala Anna.
"Apa lagi coba, yang bisa kulakukan?" gumamnya terdengar getir.
Maka sore harinya, ketika bel pulang sekolah telah berdering sekitar lima belas menit yang lalu, Anna mendatangi pintu ruang ganti siswi di belakang gimnasium dan menunggu di sana setelah menanyai jadwal latihan tim pemandu sorak ke bagian tata usaha sekolah.
Dan benar saja, Amber Mills dan pasukan cantiknya muncul beberapa saat kemudian, mengobrol haha-hihi sepanjang jalan. Anna langsung mengenalinya dari rambut pirang panjangnya yang berkilau tertimpa cahaya matahari sore. Cewek itu memang selalu kelihatan seperti model produk rambut.
"Amber?" panggil Anna, bangkit dari kursi panjang di luar ruang ganti.
Amber butuh beberapa saat untuk mencari sumber suara dan menemukan Anna. Gadis itu mengernyitkan dahi, kentara sekali menunjukkan ekspresi aku-nggak-kenal-kau campur apa-urusanku-denganmu kepada Anna sebelum menyahut, "Ya?"
"Aku perlu bicara denganmu sebentar." ujar Anna lugas.
Anna memperhatikan cewek-cewek itu. Semuanya berambut panjang. Semuanya langsing. Semuanya menenteng tas baju pemandu sorak dengan pom-pom di dalamnya. Dan semuanya menatap Anna dengan tatapan menyebalkan yang sama.
"Kita harus latihan." kata Si Cantik Nomor 1 di sebelahnya.
"Jangan ganggu dia, Aneh." Si Cantik Nomor 2 menggamit lengan Amber dan menggiringnya menjauhi Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Toby
Teen FictionSuatu pagi, seorang cowok berdiri di depan rumah Anna Willow. Kebetulan pula, cowok itu pernah Anna kirimi surat cinta. Tobias Mozkovitz atau Toby--si bintang sekolah yang disenangi semua orang dan setahun di atas Anna--tiba-tiba muncul di hadapan...