—————————————————————
——————————————————
——————————————
Sudah seminggu aku menjalani rawat jalan, sudah seminggu juga aku melakukan wajib lapor mengenai kesepakatan yang dibuat pihak mess dan kepolisian. Entah apa yang terjadi, tapi setelah anggota kepolisian pergi, pihak mess memberi tau ku mengapa kepolisian meminta ku wajib lapor.
Dihari yang sama saat aku izin keluar bersama Boim, ternyata ada seorang mahasiswa juga yang izin keluar malam itu. Aku masih belum mengerti apa yang disampaikan pihak staff, tapi aku sadar satu hal, sesuatu sedang terjadi.
"Urusan kamu sama pihak kepolisian sudah selesai, mulai hari ini kamu udah ga perlu wajib lapor lagi", ucap salah satu staff padaku diruangannya. "Saya berterima kasih dan mohon maaf atas kelakuan saya yang sudah merepotkan bapak", ujarku pada staff itu. "Yang namanya musibah gaada yang tau kan? Oh yaa, mengenai identitas kamu yang hilang nanti biar pihak kampus yang urus. Kamu cukup foto sama tanda tangan aja nanti", ucap staff itu padaku. "Terima kasih banyak pak!", sautku yang berterima kasih. "Oh yaa, satu hal lagi.. Saya harap kamu fokus sama nilai kamu untuk mempertahankan beasiswa kamu, itu berarti masalah yang udah terjadi gausah kamu pikirin. Kamu boleh keluar..", sambung pihak staff yang mempersilakan ku. Aku pun keluar dari ruangan staff dan kembali ke mess setelah urusan kami selesai.
"Choco!", Viona memanggil ku dari kejauhan saat diperjalanan kembali ke mess. Viona menghampiriku, dia bertanya bagaimana hasilnya, aku menjelaskan mengenai rawat jalan ku saja. "Kamu udah makan?", tanya Viona padaku saat melewati kantin. "Belum sih? Tapi aku ga laper", jawabku. "Ish, nyebelin banget sih! Tunggu sebentar!", sautnya sambil membeli makanan. Seusai membelikan ku makanan, aku dan Viona melanjutkan ke mess.
"Kamu harusnya gausah repot repot", ucapku pada Viona yang menyiapkan ku makanan. "Sebagai pacar, aku cuma ngelakuin tugas aku aja kok?", jawab Viona padaku. "Nih, buka mulutnya aaaaaaaa..", sambungnya yang ingin menyuapi. "Eh? Aku bisa makan sendiri?!", ucapku yang tidak enak. "Chocoo!", ucapnya seperti mengancam. "Nah, gitu kan enak? Tinggal terima jadi aja susah amat sih?", sambungnya sambil menyuapiku. Ini pertama kalinya aku berpacaran, sebab itu aku sangat kaku, tapi aku senang Viona benar benar perhatian dan peduli padaku, yaa.. mungkin aku hanya harus terbiasa, dan melakukan hal yang sama padanya.
"Aku mau cerita..", ucap Viona sambil menyuapi ku. "Hng? Cerita apa?", tanyaku menanggapinya. "Belakangan ini, fakultas farmasi tuh lagi ada masalah", jawab Viona padaku. "Eh, ini minum dulu. Bentar aku ambilin obat kamu", sambung Viona. "Obatnya pahit banget tau", ucapku pada Viona. "Kalo manis namanya permen!", sautnya dengan nada sebal. "Ahahaha....", aku tertawa yang melihat ekspresi Viona. Setelah selesai menyuapi ku dan merawatku, Viona melanjutkan apa yang ingin dia ceritakan.
"Kemarin waktu aku sama temen temen farmasi yang lain lagi meneliti obat obatan yang bakal dijual dipasaran, kita nemuin sesuatu..", ucap Viona yang bercerita. "Maksud kamu sesuatu?", sautku menanggapi. "Ini sih baru dugaan kita kita aja, tapi yang pasti disalah satu merk obat obatan itu, mengandung ekstasi", sambung Viona menjelaskan apa yang terjadi. "Hah?! Seriusan kamu?!", tanyaku yang terkejut mendengar cerita Viona. "Baru dugaan aja kok? Sebenernya aku gaboleh cerita ke siapa siapa soal penemuan ini, tapi hal ini bikin aku kepikiran", lanjut Viona. "Kok bisa begitu yaa?", tanyaku pada Viona heran. "Gatau juga?", jawab Viona menggelengkan kepalanya. "Terus, dosen atau pihak kampus udah tau soal ini?", tanyaku lagi pada Viona. "Belum, kita masih belum mau bilang. Lagian, ini juga kan baru dugaan awal? Kalo belum terbukti, yang ada malah nanti kita anak fakultas farmasi yang kena imbasnya. Dan juga, nama Universitas ini bakal jadi tarohannya", ujar Viona menjelaskan. Mendengar pernyataan Viona aku pun ikut kepikiran, kenapa hal itu bisa terjadi. "Yaudah, kamu istirahat yaa. Kelas aku mau dimulai sebentar lagi", ucap Viona padaku. "Hei, Vanilla..", panggilku pada Viona yang bergegas. "Hmm?", sautnya menoleh kearah ku. "Hati hati yah", ujarku bermaksud menyemangati. Viona tersenyum kemudian meninggalkan mess. Efek dari obat yang ku minum membuat ku mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH : The Last Survive! [ONGOING]
Teen FictionMasa remaja, dimana dunia fana menggoyahkan yang lemah jiwanya