#5 "Keputusan"

5 1 0
                                    

Selama ini aku selalu berpikir jika hubunngan ku dan Viona akan baik baik saja. Apa yang aku pikirkan ternyata tidaklah sesuai pikiran ku. Tapi jika aku mengingat apa yang sudah aku lewati bersama Viona, hari ini menandakan semua itu seolah sia sia.

Aku yang masih tidak bisa berkata apa apa setelah mendengar pertanyaan Viona membuat ku sangat depresi. Terlebih, Viona yang saat ini benar benar seperti sedang berada di ujung tanduk. Jawaban ku adalah penentu atas kegelisahannya.

(kedai om ben)

"Kriinngg..", suara pintu kedai Om Ben yang terbuka. "Yoo!", sapa Om Ben mengetahui Novan mengunjungi kedainya. Terilhat Novan melihat sekeliling kedai Om Ben. "Cari sesuatu?", tanya Om Ben pada Novan. "Adik gua", jawab Novan singkat. "Dia engga ada disini", ujar Om Ben. "Dia juga engga ada di kampusnya", saut Novan menatap Om Ben.

Om Ben yang terkejut mendengar jika Viona tidak ada di kampusnya pun terlihat bingung. "Seriusan?", tanya Om Ben. "Gua engga akan kesini kalo gua ngeliat dia di kampusnya", jawab Novan. "Apa tempat ini terlihat seperti tempat persembunyian buat orang yang mau dijodohin bagi lo?", ujar Om Ben. "Cuma dugaan", saut Novan.

"Atas dasar apa sebenernya lo bersikeras buat jodohin Viona?", tanya Om Ben. "Atas dasar apa juga lo menanyakan hal tersebut?", jawab Novan dengan pertanyaan. "Gua kaget sikap lo dan pembawaan diri lo sekarang berubah", ujar Om Ben. Gua Cuma berpikir, jika orang yang menentang adalah musuh menurut gua", saut Novan. "Berarti kita ada di pihak yang berbeda sekarang?", tanya Om Ben. "Selama lo ada di pihak penentang, argumen lo itu benar", jawab Novan.

"Sebelumnya mungkin lo harus tau satu hal. Awal pertemuan Viona dan anak itu terjadi disini. Gua tau betul gimana perjalanan hubungan mereka berdua. Tapi semua seolah sia sia ketika lo datang dengan usul perjodohan Viona dan temen lo itu", ujar Om Ben menjelaskan pada Novan. "Lo engga pernah cerita soal ini sama gua selama gua tinggal Viona kerja. Padahal gua percaya jika lo adalah orang yang jagain Viona selama gua menitipkan dia sama lo", saut Novan menanggapi perkataan Om Ben.
"Terima kenyataannya, yang menjaga Viona selama ini adalah orang yang dia pilih sendiri. Dan itu yang membuat dia bahagia", ujar Om Ben. "Soal terima kenyataan, gua rasa lo harus mempertimbangkan ucapan lo itu sebelum bilang ke gua. Kemarin gua udah bilang sama lo mengenai perjodohan ini, dan terima kenyataannya juga, Ben", saut Novan. Om Ben dan Novan terlibat perselisihan pendapat antara mereka.

"Anak itu akan membuktikan dirinya di audisi hari ini, kan?", ujar Om Ben. "Audisinya batal. Itu berarti anak itu gagal", saut Novan. "Hng!? Ba-batal?", Om Ben yang terkejut mengetahui audisi yang batal. "Sekarang udah tau alasan gua kesini?", tanya Novan. "Baik Viona dan anak itu engga terlihat di kampus", ujar Novan menjelaskan. "Kalo yang dibilang Novan ini benar, terus mereka berdua kemana?", gumam Om Ben dalam hati.

"Kalau aku bilang kebahagiaan aku hanya ketika aku bisa memberikan keperawanan aku ke kamu... bisa kamu buat aku bahagia di saat saat terakhir seperti ini, Choco?", ujar Viona semakin membuat kepala ku ingin pecah dan depresi. Aku ingin segera keluar dari situasi yang memojokkan ini.

"Jawab aku, Choco!", Viona terlihat kesal saat aku mengabaikannya. "Hentikan, Vio...", ucap ku pada Viona. "Meski disaat saat terakhir ini kebahagiaan kamu adalah ketika aku yang pertama kali melakukannya, aku engga akan melakukannya. Lebih tepatnya aku engga bisa", ujar ku. Viona melongo mendengar ucapan ku, dia terlihat tidak terima dengan ucapan ku.

YOUTH : The Last Survive! [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang