#6 "Rahasia"

5 1 0
                                    


Di malam kepergian ku dari rumah Om Ben aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Malam itu aku pulang ke rumah disambut oleh seorang yang sudah lama tidak bertemu. Tante Lina. Adik dari Mama. Benar, dia lah yang selama ini menjaga rumah semenjak Mama meninggal dan selama aku meninggalkan rumah, malam kepulangan ku disambut oleh Tante Lina.

Sedikit tentang Tante Lina. Dia adalah anak bungsu dari keluarga Mama. Mama adalah 2 bersaudara, Mama yang pertama dan Tante Lina adalah yang terakhir. Terakhir aku bertemu dengannya adalah saat kelas 3 SD. Saat itu aku sakit dan harus dirawat, Tante Lina dan Mama bergantian menjaga ku dirumah sakit. Hanya itu yang ku tau tentang Tante Lina.

Semenjak Tante Lina menjaga rumah, banyak yang berubah. Sepertinya dia yang merapikan rumah dan mendekorasi ulang rumah semenjak aku tidak tinggal disini.

"Vicky, bangun! Astaga, begini kelakuan kamu ternyata", pagi itu Tante Lina masuk ke kamar untuk membangunkan ku. "Iyaa, iyaa, Tante! Ini Vicky bangun..", saut ku saat Tante Lina membangunkan ku. Sarapan sudah tersedia di meja makan pagi itu. Aku merasa tidak jauh berbeda saat Mama ada disini. Aku sarapan bersama Tanta Lina pagi itu.

"Tante Lina yang mendekorasi ulang semua ini?", tanyaku sambil melihat sekeliling rumah yang terlihat bebeda. "Ho'oh", jawabnya singkat. "Dih, apa apaan sih, Tan? Tante itu cuek yaa orangnya?", gumam ku. "Kamu itu udah tua, engga usah manja sama Tante", ujar Tante Lina. "Hah? Manja?", saut ku yang terkejut mendengar pernyataannya.

"Ngomong ngomong, gimana kuliah kamu? Kenapa baru pulang sekarang? Apa terjadi sesuatu?", tanya Tante Llna sambil membaca majalah. "Padahal kita baru ketemu sekarang lagi, tapi entah kenapa rasanya engga ada momen momen kayak orang yang baru ketemu untuk yang kesekian kalinya?", ujar ku. "Tante udah bilang sama kamu. Gausah manja sama Tante", saut Tante Lina. "Kayaknya bakal ribet nih. Gua kira Tante Lina bakal kayak orang tua pada umumnya. Bener juga, Tante Lina emang terlihat masih muda sih. Dia engga jauh beda kayak Om Ben", ucap ku dalam hati.

"Vicky mau bilang terima kasih karena udah mau jagain rumah", ujar ku. "Jagain? Sekarang ini, rumah ini punya Tante", saut Tante Lina yang tetap fokus dengan majalahnya. "Heeehhhhhh? Punya Tante?", aku terkejut mendengar ucapan Tante Lina. "Ho'oh. Kenapa? Mau protes? Tante yang mendekorasi dan merawat rumah ini semenjak kamu tinggal. Hayoo?", ujar Tante Lina dengan nada meledek. "Bener bener... disini kayaknya gua yang bakal jadi orang dewasanya", gumam ku dalam hati.

"Apa kamu udah makan dengan benar selama tinggal sendiri?", tanya Tante Lina. "Hng?", saut ku. "Selama ini Ayah kamu selalu menelpon. Dia nanyain tentang kamu terus. Tante yang engga bisa apa apa ketika dia nanya kabar dan perkembangan kamu Cuma bisa bilang kamu baik baik saja dan semakin tumbuh dewasa", ujar Tante Lina. "Ayah sering nelpon?", tanyaku. "Setiap malam dia selalu menelpon. Mungkin malam ini dia bakal menelpon", jawab Tante Lina.

"Apa Tante bilang ke Ayah kalo Vicky dirumah?", tanyaku. "Engga. Tante engga pernah menghubungi dia", jawab Tante Lina singkat. "Vicky engga tau kalo Ayah sering menghubungi Tante", ujar ku. "Dia engga pernah bilang kalo dia akan pulang", ujar Tante Llna. "Kalo soal itu Vicky tau, Tan", saut ku. "Ayah kamu itu... Tante engga pernah tau jalan pikirannya. Bisa bisanya dia bersikap seperti itu", ujar Tante Lina. "Apa Tante membenci Ayah?", tanyaku. Majalah yang Tante Lina langsung diletakkan setelah pertanyaan itu ku ajukan padanya.
"Tante Cuma engga bisa terima dengan sikap dia", saut Tante Lina sambil menuangkan sirup.

YOUTH : The Last Survive! [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang