#8 "Herlina"

7 1 0
                                    

Apa yang tidak aku miliki waktu kecil dulu? Aku tinggal meminta tanpa merengek. Seperti sulap, apa yang aku minta langsung terkabulkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Hidup ku waktu kecil dulu bak seorang Putri kerajaan. Hidup layaknya seorang Putri kerajaan berakhir setelah pertahanan ku goyah. Benar, aku goyah saat terlena dengan nikmatnya dunia yang fana ini.

Banyak yang bilang jika kehidupan ku sejak kecil sangat beruntung. Sejak kecil aku sudah hidup dengan kemewahan. Usaha yang Ayah dan Ibu bangun dari nol seiring berjalannya waktu berkembang dengan pesat. Karena mereka berdua lah, aku dan ketiga Kakak ku bisa menikmati kemewahan sejak kecil.

Aku adalah anak bungsu dari empat saudara. Di tengah makan bersama keluarga, Ibu selalu bilang jika Ayah sangat menginginkan anak laki laki di keluarga ini. namun Tuhan berkata lain, aku dan ketiga Kakak ku adalah perempuan.
Singkatnya, ketiga Kakak ku berhasil dalam hal akademik. Mereka selalu menjadi panutan ku dalam berbagai hal. Karena memang mereka selalu memberikan kesan dan contoh yang baik dan positif.
-_-_-_-_-_-_-_-_-

Memasuki masa SMA aku memiliki banyak teman dengan berbagai karakter yang berbeda. Walau terkadang beberapa candaan mereka membuat baper, tapi mereka akan selalu ada paling depan jika aku ada masalah.

Ujian kelulusan tinggal dua minggu lagi!

Aku harap aku sudah belajar dengan benar dan lulus dengan nilai yang sempurna!
Dua minggu menjelang ujian kelulusan, entah mengapa aku merasakan sesuatu pada perasaan ku. Dia adalah anak yang duduk di pojok belakang kelas. Tidak terlalu populer di sekolah, tapi dia terkenal dengan kepandaiannya dalam hal bernyanyi. Dia pernah mewakili sekolah ku berpartisipasi dalam rangka peresmian kantor walikota. Saat itu dia bersama paduan suara sekolah ku mengisi acara peresmian tersebut. Karena dia yang terlalu introvert, jadi bisa di bilang baik dia dan orang sekitar sulit untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari hari.

Saat itu hujan deras, supir yang biasa menjemput ku tidak datang untuk menjemput ku. Aku yang kebingungan memikirkan bagaimana caranya untuk pulang saat itu.

“Nunggu jemputan?”, tanyanya padaku ketika aku tengah kebingungan memikirkan bagaimana caranya untuk pulang. “Iyaa, tapi belum dateng dateng”, saat itu aku terkejut dia berani berbicara dengan ku. “Gua ada dua jas hujan. Tapi kalo engga minat, gua temenin sampe jemputan lo dateng”, aku tidak mengerti mengapa dia melakukan hal tersebut padaku. Tapi dalam hati kecil ku, aku merasa sangat senang. Jika aku tidak bisa menahan kesenangan itu, mungkin aku sudah salah tingkah di hadapannya.

Saat itu aku tidak menjawab pertanyaannya, dia hanya berdiri disamping ku. Tidak ada sepatah kata yang terucap, tapi dia benar benar menemani ku saat itu. Hal itu sungguh membuat hati ku senang. Itu lah awal mula dimana aku merasa jika aku menyukai dirinya.

Lo engga apa apa nemenin gua disini?”, itu adalah pertanyaan pertama ku kepadanya. “Sekolah udah sepi, hujan dan hari semakin sore. Gua engga bisa ninggalin lo sendirian nunggu disini. Mungkin beda cerita kalo gua engga ketemu lo disini”, jawaban yang ku dengar darinya semakin meyakinkan hati ku jika aku menyukainya.

Ternyata lo orangnya bawel yaa?”, ucap ku padanya. “Gua Cuma engga mau terlalu mencolok”, jawabnya. “Kenapa begitu?”, aku semakin penasaran padanya. “Gapapa”, jawabnya singkat. “Lo bisa tenang tanpa bersosialisasi di kelas atau di sekolah”, tanyaku. “Karena gua engga butuh itu. Buat gua sekolah itu yang harus di cari ilmunya, bukan kayak pertanyaan lo itu”, jawabnya yang membuat ku semakin tertarik kepada dirinya.

YOUTH : The Last Survive! [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang