6 bulan telah berlalu sejak aku meninggalkan rumah Om Ben dan berpisah dengan Viona. 6 bulan berlalu, namun bayangan dan kenangan akan Viona masih saja terlintas dalam benak ku. Walau terkadang, hal itu selalu membuat ku rindu akan dirinya. Dan pada akhirnya, setelah 6 bulan, ini masih tentang dirinya.
“Vicky? Bangun”, terdengar suara Tante Lina dari balik pintu kamar ku. “Jklek!”, ku buka pintu kamar ku. “Selamat pagi, Tante”, ucap ku pada Tante Lina. “Cepat turun, ada dua orang yang mengatas namakan Universitas kamu datang”, ujar Tante Lina. “Hah? Universitas? Pagi pagi begini?”, tanyaku. “Pagi apanya? Ini udah siang, liat jam berapa sekarang!”, saut Tante Lina. “Astaga! Iyaudah Vicky mandi dulu, Tante!”, aku terkejut melihat jam yang menunjukkan pukul 10 pagi.
Seusai mandi aku segera menemui orang yang mengatas namakan Universitas itu. “Nah, itu dia anaknya”, ujar Tante Lina. “Maaf pak, bu, saya udah buat menunggu”, ujar ku pada kedua pihak Universitas itu. “Engga apa apa”, jawab salah satu dari mereka.
“Kamu benar Vicky Setiawan fakultas Seni Musik yang dapat beasiswa itu, kan?”, tanya salah satu pihak Universitas padaku. “Iyaa, benar”, jawab ku. “Kedatangan kami kesini karena mendapati laporan mengenai absensi kamu yang 6 bulan terakhir ini sering absen”, ujar pihak Universitas itu menjelaskan. “Ahh, soal itu..”, gumam ku. “Jika terus seperti ini pihak Universitas tidak bisa meneruskan program beasiswanya apabila mahasiswa yang terkait absensinya buruk”, lanjut pihak Universitas menjelaskan.
“Jadi, beasiswa saya sudah dicabut pak?”, tanyaku pada pihak Universitas. “Untuk saat ini belum. Tapi jika absensi ini terus berlanjut, kemungkinannya besar”, jawab salah satu pihak Universitas. “Itu benar, maka dari itu kedatangan kami kesini untuk menayakan alasan mengenai absensi kamu selama 6 bulan terakhir ini”, ujar salah satu pihak Universitas.“Sebelumya saya minta maaf sudah membuat bapak dan ibu repot repot datang kesini untuk menanyakan hal ini. Alasan saya mengenai absensi 6 bulan terakhir adalah. Karena Tante saya ini sakit dan harus ada yang menjaganya”, ujar ku. Tante Lina menginjak kaki ku. “Hwaa!”, aku yang terkejut menahan rasa sakit karena Tante Lina menginjak kaki ku. “Sakit? Selama 6 bulan?”, tanya salah satu pihak Universitas.
“Iyaa, benar pak. Saya di vonis penyakit pankreas oleh dokter. Dan itu mengharuskan saya kontrol setiap hari ke rumah sakit. Dan Vicky ini harus merawat dan mengantar saya setiap harinya ke rumah sakit”, saut Tante Lina. Dengan tatapan dingin Tante Lina menatapku. “Mati gua!”, gumam ku dalam hati ketika melihat Tante Lina.
“Lalu bagaimana? Apa ini akan terus berlanjut?”, tanya salah satu pihak Universitas padaku. “Saya meminta saran pada bapak dan ibu baiknya bagaimana?”, tanyaku. “Baiknya kamu segera melanjutkan program beasiswa kamu. Jika minggu depan kami mendapati absensi kamu tidak ada, dengan terpaksa program beasiswa kamu akan dicabut”, jawab salah satu pihak Universitas menjelaskan. “Baik. Minggu depan saya akan hadir. Untuk minggu ini kemungkinan saya akan menemani Tante saya kontrol untuk yang terakhir ke rumah sakit”, ujar ku. Setelah menemui kesepakatan pihak Universitas pun pamit.
Dengan tatapan yang dingin Tante Lina benar benar seperti akan menghabisi ku.“Hehehe...”, aku hanya cengengesan dihadapan Tante Lina. “Kamu bener bener kelewatan, yaa! Udah bilang Tante sakit, terus bohong sama pihak Universitas kamu, bener bener kamu!”, ujar Tante Lina. “Vicky minta maaf, Tante”, ujar ku merasa bersalah. “Tante juga baru sadar. Selama 6 bulan ini kamu engga pernah pergi ke kampus”, ujar Tante Lina. “Apa yang udah terjadi?”, tanya Tante Lina.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTH : The Last Survive! [ONGOING]
Teen FictionMasa remaja, dimana dunia fana menggoyahkan yang lemah jiwanya