.
.
.Mungkin akan sedikit bingung dengan switch latar yang terkesan cepat
Enjoy and don't forget to comment
.
.
.
Langkah malas itu menapaki gedung fakultas seni yang mulai ramai oleh para mahasiswa yang memiliki kelas pagi. Namun pagi hari bukanlah waktu yang menyenangkan bagi Yoongi yang kini tengah menyipitkan mata karena sinar matahari terlalu menyilaukan untuknya. Sial, ia lupa membawa kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sedikit sembab karena terjaga semalaman, membuat melodi dan berkutat dengan mixer yang tertata rapih di sudut kamar. Sapaan-sapaan ringan terlontar dari beberapa junior yang mengaguminya karena seorang Park Yoongi adalah salah satu senior paling terkenal akan bakat serta parasnya yang tampan. Walau begitu, pria berkulit pucat itu enggan untuk menanggapi siapapun yang ia rasa tidak dekat dengannya.
"Hey, kawan!" tiba-tiba saja sesosok pemuda jangkung dengan beraninya mengaitkan lengan panjangnya di leher Yoongi yang jauh lebih pendek darinya, membuat Yoongi sedikit tersentak ke depan. Pemuda itu pun segera mendapatkan tatapan tajam tanpa suara—khas Yoongi—membuatnya menyengir lebar tapi tetap tidak membebaskan temannya itu dari kungkungan.
"Lepas atau kubunuh kau!" ancamnya dengan nada tajam. Jika Namjoon bukan sahabatnya, mungkin orang itu sudah sakit hati pada Yoongi yang selalu memperlakukan orang lain tergantung dengan mood-nya.
"Tenanglah, Yoon. Aku memiliki kabar bagus untukmu." Sebuah kalimat yang dapat menghentikan langkah Yoongi dalam satu detik. Dirinya tau bahwa sebuah harapan akan timbul di setiap kabar baik yang sahabatnya miliki. Setidaknya, Yoongi masih memiliki sebuah hal yang dapat membuatnya terus bernapas setiap hari.
"Kabar apa?" tanyanya sebiasa mungkin, tidak ingin terdengar begitu berharap walau binar itu nyata di kedua matanya yang sayu.
"Eyy ... tenanglah! Makan siang nanti belikan aku makan lalu ku beri tau." Demi Tuhan, temannya itu sangat menyebalkan. Setelah dibuat penasaran, Yoongi pun ditinggalkan begitu saja dengan tanpa rasa bersalah. Pemuda pucat itu mengutuk dalam hati sahabat jangkungnya itu kemudian melanjutkan langkahnya, tak ingin tertinggal kelas pagi itu.
.
.
.Sebuah kertas yang ditulis Jimin sepanjang malam kini berada di tangannya, di hadapan semua orang yang ada di auditorium. Sebagai salah satu murid terbaik, Jimin ditunjuk sebagai perwakilan untuk berbicara di hadapan para siswa baru. Walaupun sebenarnya ia sering kali mendapat teguran langsung dari kepala sekolah karena kelakuannya yang terkadang ajaib. Namun tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Jiminlah salah satu penyumbang piala-piala yang tertata rapih di lemari kaca yang terpajang di sepanjang koridor.
"Selamat belajar di sekolah baru kalian ini. Terima kasih!" begitulah Jimin menutup pidato pembukaan orientasi siswa selama beberapa hari ke depan. Matanya mengitari siswa-siswi yang beruntung bisa masuk ke salah satu sekolah bergengsi di Korea. Memandang para adik kelasnya yang baru. Namun, pandangannya terhenti pada satu orang yang terlihat tak acuh dengan acara pembukaan itu. Ia nampak bermain dengan ponselnya yang bahkan terhubung dengan earpiece yang terpasang di kedua telinganya. Rambutnya yang cokelat terang dan parasnya yang tampan jelas dapat menarik perhatian, tapi bukan itu yang menjadi fokus Jimin. Orang itu, terlihat sangat familier. Wajah yang sangat tidak asing, milik salah seorang yang sangat dirindukannya. Terlebih lagi, mata bulat itu. Mata bulat yang persis dimiliki oleh—
KAMU SEDANG MEMBACA
Fée
Fanfiction"Do you know when the fairy dies? When people neglect and stop believing him." Park Jimin x Min Yoongi x Kim Taehyung Brothership catastrophile101