.
.
.Jimin mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin untuk kesekian kalinya. Makan siang di hadapannya bahkan belum habis setengah, tapi anak itu sudah gelisah bukan main di tempat duduknya. Bibirnya bergumam pelan seraya kedua mata yang menyisir setiap anak yang keluar masuk wilayah kantin.
"Makan, Jim! Nasimu tak akan habis dengan sendiri," ujar Sungwoon yang duduk di hadapannya, jengan memperhatikan kelakuan sang sahabat yang seperti tengah mencari mangsa.
"Aku mencari seseorang," jawabnya dengan masih melirik ke kanan dan ke kiri, masih berusaha dengan mata yang semakin dibuka lebar. "Ah! Itu dia. Tapi sedang apa dirinya dengan Bogeum sunbae?"
Sungwoon melirik ke arah di mana telunjuk Jimin tertuju sebelum kembali menyantap makan siangnya. Ia hanya mengangkat bahu tidak peduli dan tidak mengerti akan situasi yang tengah terjadi, menghiraukan sahabat di hadapannya yang terlalu berpikir keras. Tak lama ketika Taehyung beranjak dari tempatnya, sang sahabat segera berdiri dan berlari meninggalkan nasi yang masih utuh. "Jim!" teriak Sungwoon begitu temannya itu tiba-tiba beranjak menuju kakak tingkatnya yang juga sudah meninggalkan meja.
"Sunbae!" Jimin memanggil Bogeum yang kini hampir melewati pintu kantin. Ia berlari dengan cepat dari mejanya menuju sang senior, tak ingin kehilangan kesempatan untuk bertanya. Bogeum yang mendengar teriakannya, berbalik untuk melihat Jimin yang kini sudah berada di hadapannya. "Ah, ada apa, Jim?" tanyanya pada salah satu junior yang ia kenal cukup baik.
Jimin melirik sekilas ke arah Taehyung pergi, lalu kembali memfokuskan dirinya pada sang senior. "Tadi, Kim Taehyung, kan? Ada apa dengannya?" Yang ditanya menekukan alisnya karena Jimin sepertinya terlalu tertarik akan calon anggota klub yang diketuai oleh dirinya. "Dia berencana mengikuti klub teater. Ada apa?" tanyanya kemudian dengan penuh kuriositas.
Tapi bukan jawaban yang didapatnya. Sang junior membalas dengan tersenyum lebar seraya berkata dengan penuh semangat, "Ahh bukan hal penting. Terima kasih, sunbae!" Dirinya bersorak dalam hati ketika mengetahui klub mana yang akan diikuti sang adik. Ia pun merencanakan untuk mendekatinya dengan cara apapun.
.
.
.Alunan piano menggema ke setiap sudut ruangan. Nada-nada yang tergambar rapih di atas kertas, mengalun indah di tangan sang pencipta. Sampai beberapa tuts terakhir ditekan, akhirnya seluruh penonton di ruangan itu bertepuk tangan. Yoongi sendiri, tak begitu peduli dengan apresiasi yang diberikan oleh teman-teman sekelasnya. Ia hanya peduli pada lagu yang baru saja ia bawakan.
"Kau memang mahasiswa terbaikku, Yoongi. Bagaimana dengan konser jurusan kita? Apa kau sudah mempersiapkan lagumu dengan matang?" ujar sang dosen seraya mendekati Yoongi yang masih membereskan kertas musiknya setelah kelas dibubarkan.
"Tentu, Profesor," jawabnya dengan senyum yang jarang sekali terlihat. Ia menjawab mantap dengan menggenggam buku musik di sisi tubuhnya. Sang dosen tersenyum puas mendengar jawaban dari mahasiswa favorite-nya seraya menepuk pundak itu dengan penuh rasa bangga. "Kalau begitu, tunjukkan padaku kapan-kapan!"
"Dengan senang hati, Profesor." Setelah itu, sang dosen pun melenggang pergi, meninggalkan Yoongi yang masih setia berdiri di sana, memandang salah satu dosen panutannya. Sampai tidak sadar jika sahabatnya sudah berada di sebelahnya.
"Masih tentang Taehyung?" tanya Namjoon merujuk pada lagu yang baru saja dimainkan Yoongi.
"Tentu saja. Dia dan ibu adalah alasanku untuk bermain musik."
.
.
."Hey, Taehyung!"
Pemuda bernama Taehyung itu pun menghentikan langkahnya dan melirik ke arah belakang. Terlihat seorang pemuda berperawakan pendek dengan rambut kuning menyala tengah berlari ke arahnya. Ia memiringkan kepala, merasa aneh dengan tingkah orang yang hendak menghampirinya itu. "Y—ya?" tanyanya heran ketika sosok itu berhenti di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fée
Fanfiction"Do you know when the fairy dies? When people neglect and stop believing him." Park Jimin x Min Yoongi x Kim Taehyung Brothership catastrophile101