8

5.3K 689 123
                                    

.
.
.

"Apa tuan muda sakit?"

Jimin menoleh ke arah salah satu pelayan yang mengurusnya sejak kecil, lalu merasakan lembutnya sentuhan tangan tua itu di kepalanya. Ia pun merubah posisinya untuk berbaring di pangkuan pengasuhnya itu. Dirinya memang tidak pergi sekolah hari itu. Ia terlambat bangun dan tidak bersemangat untuk melakukan apa pun selain diam di bawah selimutnya yang nyaman.

"Tidak. Aku hanya ... rindu ibu," jawabnya dengan suara yang semakin pelan, berusaha menahan suara bergetarnya.

Sang pengasuh kesayangankembali mengelus rambut majikannya dengan tersenyum lembut. Tuan mudanya selalu berlagak kuat, padahal ia menyimpan luka yang sama dengan anggota keluarga di rumah ini. "Menangislah jika tuan muda ingin."

Jimin menggeleng mendengar perkataan itu lalu menghela napas. "Jika menangis, tak akan ada yang akan memanggilku superhero lagi."

"Bibi akan selalu memanggil tuan muda superhero bagaimanapun keadaannya. Tak apa menangis sesekali."

"Tidak mau," Jimin kembali menggeleng. "Nanti ibu dan Taehyung tidak mau kembali."

Wanita tua itu kembali tersenyum dibuatnya. "Kalau begitu, bibi harus ke bawah untuk membuatkan tuan muda sup ayam dan juga membawa obat."

"Huh? Apa aku sakit?" Jimin mengangkat kepalanya untuk menatap pengasuhnya itu. Dahinya mengerut karena bingung.

"Badan tuan muda sedikit panas. Kurasa kau terlalu lelah," ujarnya sambil berlalu keluar kamar untuk menyiapkan makanan sang tuan muda.

Setelahnya, Jimin kembali ditinggalkan sendiri dengan pikirannya.

"Apa ibu dan Taehyung akan kembali?"

.
.
.

Yoongi berdiri mematung di depan ruangan yang telah kosong itu. Taehyung telah keluar dari rumah sakit dan kini ia kehilangan jejak adik dan ibunya lagi. Ia menatap ke dalam ruangan dengan penuh kekecewaan. Bukankah sang ibu merengkuhnya dengan penuh kerinduan kemarin? Mengapa ia kembali menghilang begitu saja?

Yoongi itu sudah besar. Ia sudah bisa memutuskan sendiri hidup yang akan dia pillih. Sang ayah tidak berhak untuk melarangnya pergi, dan ibunya juga harusnya menerima keputusan yang ia pilih. Yoongi hanya ingin membayar kehilangannya selama beberapa tahun ini dengan kembali tinggal dengan sang ibu dan adik bungsunya. Mengapa hal itu begitu berat?

"Maaf, apa anda Park Yoongi?" salah satu perawat mengejutkan Yoongi yang masih berpikir.

"Ahh, iya. Ada apa?"

"Nyonya Kim menitipkan ini untuk anda." Perawat itu memberikan sebuah kartu dengan tulisan di sana, tulisan ibunya.

Maka, di sinilah Yoongi, duduk berhadapan dengan sang ibu yang sangat ia rindukan.

"Kau tumbuh dengan baik, Yoon," ujar sang ibu entah kesekian kalinya, terlalu senang duduk bersama anak pertamanya setelah bertahun-tahun lamanya.

"Ibu juga semakin cantik," goda Yoongi yang membuat sang ibu tersipu.

"Apa yang selama ini mengganggu pikiranmu, Yoon?" setelah beberapa saat, ia rasa ini waktunya untuk berbicara serius dengan sang anak. Yoongi sudah dewasa, sudah waktunya ia mengetahui semuanya.

"Kenapa ibu dan ayah bercerai? Mungkin itu yang selalu mengganggu pikiranku. Karena yang aku tahu, kalian hidup saling mencintai selama ini. Kenapa tiba-tiba berpisah?"

Sang ibu menghela napas dan tersenyum kaku mengingat kisah rumah tangganya yang tidak berjalan baik. "Ayahmu, menuduh ibu selingkuh. Ia juga berpikir jika Taehyung bukanlah anaknya."

"Apakah ibu ..." jantungnya berdetak dengan cepat, tidak ingin prasangka buruk merasuk ke dalam pikirannya

"Tidak. Tentu saja tidak! Tapi saat itu ego ibu terlalu tinggi untuk menjelaskan semuanya. Ayahmu itu keras kepala, tidak pernah mau salah. Ibu yang tidak suka ditantang memperburuk semuanya. Akhirnya kami memutuskan untuk berpisah."

Lagi-lagi Yoongi tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orang tuanya. Semudah itu mereka berpisah, membiarkan anak-anak mereka hidup dalam kerinduan. "Aku tidak akan pernah mengerti dengan jalan pikiran kalian berdua. Bagaimana bisa orang tua berpikir seegois itu?"

"Ibu tau. Maafkan ibu, Yoongi-ya."

"Kalau begitu, biarkan aku tinggal bersama ibu mulai sekarang."

"Yoongi, bagaimana dengan ayahmu?"

"Aku sudah besar, ayah tidak bisa melarangku."

"Lalu Jimin?"

"Jimin bersediah tinggal dengan ayah."

"Yoongi, sayang, ingat apa yang ibu titipkan dulu? Ibu menitipkan Jimin padamu."

"Dia baik-baik saja, bu."

"Ibu tahu, kau pasti menjaganya dengan baik. Tapi, ayahmu itu gila kerja. Ia pasti sering meninggalkan kalian. Jika kau pergi, siapa yang akan menemani Jimin?"

"Bu ... aku sudah membicarakan ini dengan Jimin, dan dia mengerti."

"Ibu mengerti. Tapi, kau tidak bisa meninggalkan saudaramu itu begitu saja. Kau tahu sejak kecil Jimin selalu mengalah dan tidak pernah ambil pusing dengan apa yang kau dan Taehyung selalu permasalahkan. Ibu yakin di dalam hatinya ia tidak ingin kau pergi."

"Tapi, bu ..."

"Ibu tahu kau sudah besar. Pikirkan kembali dan bicaralah pada ayahmu baik-baik. Ibu di sini, tak akan ke mana-mana."

Yoongi tersenyum cerah mendengar persetujuan sang ibu, yang walaupun masih terdengar ambigu. "Tapi, bu. Kenapa Taehyung bersikap aneh padaku? Ia bilang, ia membenciku kemarin."

Sang ibu menghela napas pelan lalu kembali menarik lengan sang anak. "Entah apa yang membuatnya memendam luka padamu dan Jimin. Yang jelas, Taehyung memohon untuk tidak lagi membicarakan kalian sejak beberapa tahun yang lalu. Selain itu, nenek kalian adalah salah satu faktor pendukung Taehyung untuk membenci kalian dan ayah kalian."

"Nenek?"

"Kau tidak pernah bertemu dengan nenekmu kan? Beliau sangat tidak menyetujui pernikahan kami kala itu. Ketika ibu memutuskan untuk kembali, ia memberikan syarat untuk tidak pernah kembali." Yoongi tidak memiliki memori apa pun bersama nenek dari pihak sang ibu. Namun, ia tidak berpikir jika sang nenek akan membuat adiknya membenci keluarganya sendiri.

"Tenanglah, Yoon. Taehyung hanya masih bingung dan tidak terima dengan keadaan. Ibu rasa kau harus berbicara dengannya pelan-pelan."

"Aku mengerti, bu." 

.

.

.

TBC

.

.

.

Hi :)

Maaf menghilang

Mohon bersabar dengan lanjutannya ya, because I need to deal with my real life first for these few weeks 
Hayo yang udah nagih nagih update. Jangan dianggurin pas udah up :)

Thanks!

Love,

catastrophile101

03012019

Re-published

13012021


FéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang