13

7.1K 744 222
                                    

.
.
.

Saat sekolah dasar dulu, seorang guru pernah bertanya padanya, 'Apa Yoongi sayang adik-adik Yoongi?'. Lalu, Yoongi kecil menjawab dengan anggukan, dilanjutkan dengan, "Yoongi sayang Taehyung!" ujarnya lantang.

"Lalu, bagaimana dengan Jimin?" tanya sang guru lagi.

"Jimin?"

"Iya, Jimin. Apa Yoongi juga sayang pada Jimin?"

Yoongi tidak menjawab dan hanya memandang gurunya dengan polos. Ia ingin menjawab 'iya', tapi gengsinya sangatlah tinggi untuk seukuran anak kecil.

"Jimin terlihat murung akhir-akhir ini. Ternyata, ada yang menjahili adikmu. Ibu guru sudah menegur mereka, tapi apa Yoongi bisa bantu ibu menjaga adik? Jimin juga butuh perhatian loh ..."

"Aku harus memarahi teman-temannya juga?"

"Tidak perlu, Yoongi. Tanyakan saja apa yang terjadi di sekolah padanya, lalu temani Jimin saat dia kesulitan. Yoongi kan sudah kelas empat, Jimin baru saja masuk ke sekolah. Ibu guru pikir, Jimin akan kembali senang dengan bantuan Yoongi. Bagaimana?"

Tanpa sadar, kepala kecil itu pun mengangguk, menyetujui perminataan ibu gurunya. Oleh karena itu, saat pulang sekolah, Yoongi mendekati Jimin yang tengah menunggunya di sudut lapangan sebelum berjalan bersama ke mobil yang sudah menjemput mereka.

Yoongi berjalan ke arah adik keduanya yang tengah menunduk dengan menggenggam sesuatu di tangannya. Jika diperhatikan, lengkungan di wajah itu menurun, membuat Yoongi penasaran. Ibu gurunya benar, Jimin terlihat murung.

"Ekhm ..." Yoongi berusaha menarik atensi sang adik yang kemudian mengangkat kepalanya cepat. Mata kecilnya terlihat berair, dan hidungnya terlihat merah. Namun Jimin, tetaplah adiknya yang selalu berusaha kuat. "Ada apa?"

Jimin menggeleng pelan lalu kembali menunduk memeluk sesuatu yang sejak tadi berada di tangannya. Jika saja Yoongi tidak bertanya, mungkin Jimin tidak akan kembali menangis, apalagi di hadapan sang kakak.

"Kenapa? Teman-teman mengganggumu lagi?"

Jimin terkejut mendengar pertanyaan Yoongi. Ia pun mengangguk karena merasa diintimidasi dan terlalu takut jika sang kakak hendak memarahinya.

"Sekarang apa?"

Sang adik pun memutuskan untuk memberitahu Yoongi. Ia menunjukan boneka anjing kesayangannya yang telah terkoyak di salah satu tangannya.

"Memereka merusak Chimmy ..." jawabnya pelan, kini dengan isakan kecil dan air mata yang perlahan kembali keluar.

"Ish! Kukira apa! Itu, masih bisa diperbaiki. Tak perlu menangis!" ujarnya sedikit kasar, membuat sang adik kembali menahan tangisannya dan mengangguk pelan.

Yoongi yang merasa bersalah kemudian membuka ritsleting tasnya, dan mengambil salah satu miniatur pahlawan super favoritenya.

"Ini. Aku sudah tidak mau bermain dengannya. Sudah, berhenti menangis! Kau bilang superhero, kok malah menangis?" Yoongi menyerahkan miniatur itu pada Jimin.

Jimin, yang terkejut, hanya bisa mengedipkan matanya pelan. Ia menatap wajah sang kakak yang tengah memandang ke arah lain. Dengan ragu, tangan yang lebih kecil itu pun akhirnya meraih mainan sang kakak. Kemudian, senyum cerah itu kembali, merasa bahagia akan perhatian yang kakaknya berikan hari itu.

"Terima kasih, hyung. Jiminie akan menjaganya dengan baik."

"Hmm ..." lalu tak sengaja matanya melirik ke arah kening sang adik yang terdapat sebuah plester bergambar Donald Duck. "Keningmu terluka?"

FéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang