Yoongi tahu ayahnya memang gila. Saat ia berumur dua belas tahun, ia bertengkar hebat dengan kakak laki-lakinya Min Seokjin. Ayahnya memberikan hukuman. Bukan memukul mereka, bukan tidak memberi uang mereka, bukan pula tidak memberi makan mereka. Mereka dihukum tidak boleh pergi ke sekolah selama satu bulan. Saat ia berusia delapan belas, ia pulang ke rumah dengan keadaan mabuk. Keesokan harinya ayahnya mengirimnya ke panti jompo dan mengurungnya disana selama dua minggu untuk membantu para perawat disana. Saat ia berusia dua puluh dua tahun, ia memberontak permintaan ayahnya untuk melanjutkan study di Inggris, ia kabur ke rumah temannya di Busan. Keesokan harinya, rumah temannya di Busan dikepung puluhan orang bersenjata dan berseragam hitam, hanya untuk menculik Yoongi ke bandara Incheon dan mengirimnya ke Inggris.
Diantara semua kegilaan itu, Yoongi pikir kali ini adalah hal yang paling gila. Maksud Yoongi—ayolah, ayahnya tak pernah ikut campur urusan kisah cintanya. Maka ketika pagi ini, kepala keluarga Min mengumumkan di meja makan bahwa Yoongi akan menikah dengan salah satu anak temannya, Yoongi hanya bisa menganga, bulgogi dalam sumpitnya tergantung di udara.
"Apa?" tanya Yoongi cepat. Ia tak mungkin salah dengar.
"Kau mendengarku, nak." Kata kepala keluarga Min dengan tenang. "Kau akan menikah dengan salah satu anak temanku."
Yoongi meneguk salivanya dengan susah payah.
"Aku tidak bisa—"
"Kau tidak bisa menolak." Potong Tuan Min dengan tenang.
Yoongi membuang nafasnya. Ditaruhnya sumpitnya yang mengapit daging bulgogi, ia memandang kearah ibunya dan berusaha untuk tidak menyeringai. Menyeringai karena ia tahu, seberapa besar ia menolak, perkataan ayahnya tak akan pernah bisa dibantah. Mata Yoongi beralih pada kakak satu-satunya, yang sedang tak bisa berkata-kata seperti Yoongi.
"Itu tidak seburuk itu, kau tahu." Seokjin berbisik pada Yoongi.
Yoongi akhirnya menyeringai, sudah merasa kalah telak.
"Ayahmu pasti gila." Kata Nyonya Min ketika Tuan Min sudah keluar dari ruang makan. Perempuan paruh baya itu mengerut keningnya pelan.
Yoongi tak menjawab ibunya. Yoongi tahu, perlawanan ibunya pada ide gila ayahnya tidak akan membuahkan hasil. Yoongi tidak mampu berkata-kata, bahkan tidak merasakan tepukan bahu yang diberikan Seokjin.
"Mengorbankan sesuatu yang suci seperti pernikahan hanya karena uang sepuluh juta dollar."
Yoongi mendongak melihat ibunya, "Uang?"
"Teman lama ayahmu meminjam uang sepuluh juta dollar dan ayahmu meminta jaminan anak perempuannya atas uang itu."
Yoongi pikir ide ini tidak akan bisa lebih gila lagi.
Benarlah sangat watak ayahnya yang tak mau berkompromi dengan apapun. Bahkan pada teman lamanya sendiri. Ayah Yoongi hanya ingin sebuah perjanjian yang sah. Dengan adanya pernikahan paksaan, maka ayah Yoongi akan merasa perjanjian itu sah. Uang sepuluh juta dollar bukan uang yang banyak bagi kepala keluarga Min, tentu saja.
"Tentu saja aku tidak akan membiarkan pernikahan itu begitu saja Yoongi." Suara kepala keluarga Min kembali terdengar. Membuat ketiga bermarga Min yang lain tersentak di tempatnya, mereka memutar kepala ke sumber suara. Kepala keluarga Min sedang berjalan masuk kembali ke ruang makan, ia duduk di tempatnya tadi.
"Aku akan memberikanmu kesempatan enam bulan untuk mengenalnya. Kemudian kau bisa menceraikannya jika kau mau. Hanya jika kau mau."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Million Dollars
FanfictionMin Yoongi itu kejam. Tapi keluarganya kaya raya. "Seungwan? Kamu punya uang?" Seungwan punya feeling. Ketika ibunya bertanya seperti itu, suatu yang besar akan terjadi padanya. "Ibu butuh berapa?" "Sepuluh juta dollar." . . . . Hello this is padfoo...