Chapter 11 Uninvited Guest

1.3K 258 41
                                    


Sudah sepuluh hari sejak Yoongi menghubungi Kyungsoo. Ia merasa sangat diuntungkan karena ia mengenal Kyungsoo sebagai staff senior di perusahaan firma hukum terpercaya di Korea. Urusan berkas perceraian tidak serumit yang Yoongi kira. Ia tak perlu repot kesana kemari untuk menyelesaikannya. Melihat posisi Yoongi, sebenarnya ia bisa saja menyuruh Rose atau bawahannya atau mengutus pengacara terkenal keluarganya untuk mengurus itu semua. Tapi Yoongi tak mau, karena ia tak ingin hal ini terdengar sampai telinga Seokjin.


Sepuluh hari belakangan, Yoongi merasa hidupnya damai. Yoongi sangat menikmati keadaan ini seperti ia tak pernah mendapat ketenangan selama berbulan-bulan lamanya. Bukan karena Seungwan berhenti bertingkah aneh. Bukan karena Seungwan berhenti merecokinya untuk sarapan. Atau karena Seungwan menyerah untuk melayani Yoongi sebagai seorang istri. Tapi lebih kepada keadaan hati Yoongi sendiri. Yoongi lebih berlapang dada, membiarkan semua yang Seungwan lakukan untuknya. Setelah melihat semua yang Seungwan lakukan dan membuat Yoongi kesal, Yoongi selalu menenangkan hatinya sendiri, bahwa apapun yang Seungwan lakukan, akhirnya nanti mereka bercerai juga.


Sehari setelah kejadian itu, yang sebenarnya sudah Yoongi kira, Seungwan melakukan semua hal yang biasa Seungwan lakukan. Menyiapkan dasi, kaus kaki, kemeja, yang ngomong-ngomong, tak pernah Yoongi pakai. Seperti malam sebelumnya Seungwan tak pernah ketahuan telah menggenggam tangan Yoongi. Seperti Seungwan tak pernah ketahuan tentang misinya yang baru oleh Yoongi. Seungwan akan selalu mengajak sarapan, tersenyum ceria, memoles lipstick, memakai stiletto, melewati mobil Yoongi untuk mencapai mobilnya sendiri.


"Yoongi. Ayo sarapan." Yoongi mendengar suara Seungwan dari arah dapur. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan Yoongi sedang memasang dasinya, bukan dasi yang disiapkan Seungwan di meja.


Yoongi beranjak dari kamarnya, bukan untuk sarapan tentu saja. Tapi hanya untuk melewati Seungwan di dapur dan ruang makan, melenggang terus kearah garasi untuk memanasi mobilnya, tanpa menengok ke arah Seungwan sedikitpun.


Yoongi sekarang tak mau ambil pusing. Tak mau juga menghabiskan tenaganya untuk membuang hidangan yang telah dibuat Seungwan. Tak mau repot-repot melihat kearah Seungwan.


Yoongi hanya perlu menganggap Seungwan tak ada.


Tinggal di rumah selama sepuluh hari berturut-turut sekaligus membiarkan Seungwan bertingkah di sekitarnya mau tak mau membuat Yoongi hapal dengan kegiatan Seungwan. Seungwan akan memakai stilettonya, berjalan melewati mobil Yoongi untuk mencapai mobilnya sendiri, setelah memanasi mobilnya sendiri, Seungwan akan masuk lagi ke rumah, dan mengucapkan—


"Yoongi, hati-hati di jalan ya." Seungwan kemudian berkata dari ambang pintu, tersenyum ceria dan melambaikan tangannya.


Benar sekali, itulah persis yang dikatakan Seungwan.


Yoongi mengabaikan sapaan itu, tak menjawab apalagi menoleh. Ia mendengus ketika Seungwan yang telah berbalik kearah dapur, hampir menirukan lagi ucapan Seungwan yang hapal diluar kepalanya.


Yoongi biasanya akan berangkat ke kantor lebih dahulu, ia tiba pukul delapan tepat, tapi ia selalu sudah melihat Seungwan duduk di belakang meja kerjanya begitu ia tiba. Terkadang membuat Yoongi bertanya-tanya secepat apa Seungwan mengendarai mobilnya.

Ten Million DollarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang