Note: Jangan umpati karakter, umpati author :)
.
.
.
Tiba-tiba semuanya sangat masuk akal bagi Seungwan. Perubahan Yoongi, kepergiannya ke Jepang, kedatangan Jennie kembali...
Jennie tinggal di Jepang.
Yoongi pergi ke Jepang.
Yoongi pulang ke Seoul dan Yoongi berubah.
Jennie juga kembali ke Seoul.
Seungwan tak perlu bertanya. Yoongi tak perlu mengucapkan kata. Semua sudah jelas adanya. Seungwan seharusnya tak perlu heran lagi mengapa Yoongi menyempatkan diri pergi ke Jepang di pagi-pagi buta dengan helikopternya sendiri. Jika memang bukan hal yang sangat mendesak, lalu untuk apa lagi .... Demi Jennie?
Keberadaan Jennie yang sedang menyibukkan diri di dapur miliknya membuat Seungwan tertekan. Ingin marah dan menangis, tapi ia tak mampu. Ingin menampar wajah Yoongi, tapi ia bukan tipe manusia seperti itu. Ingin mengusir Jennie, tapi ialah yang membuat perempuan itu kesini.
Hati Seungwan semakin sakit, berdenyut, memperhatikan Jennie yang begitu gemulai memasak di depan matanya seakan sudah hapal betul resep rahasia keluarga Min ini. Perasaan tersingkir itu muncul lagi.
Hal yang lebih mengesalkan adalah, bahwa Seungwan tak bisa membenci Jennie.
Jennie bukan tipe perempuan yang bisa dibenci. Bukan tipe perempuan tokoh antagonis dalam drama-drama: gayanya sok, manja—menjijikkan, dan menaruh kebencian pada Seungwan. Bukan seperti itu. Nyatanya Jennie sosok yang sangat sopan. Ia berkali-kali membungkuk meminta maaf pada Seungwan atas kedatangannya yang mengejutkan. Sangat sungkan pada Seungwan karena status Seungwan sebagai istri Yoongi. Usahanya sangat keras untuk mencairkan suasana beku diantara mereka dengan mengajak Seungwan mengobrol. Jennie juga bahkan sangat menghormati Seungwan sebagai perempuan yang lebih tua darinya.
"Onnie, sudah selesai." Kata Jennie, menyadarkan Seungwan dari pikirannya sendiri.
Jennie menaruh semangkuk sup ayam mengepul di atas meja, menyiapkan nasi dalam mangkuk, memotong omelete daging cincang di atas piring datar dan menata kacang merah rebus di atas piring lain yang lebih kecil.
Seungwan berdiri untuk membawa semua makanan itu ke kamar Yoongi. Namun, belum sempat Seungwan beranjak, Yoongi muncul di ambang pintu.
"Jennie?" kata Yoongi dengan suara paraunya. Ia bersandar di kusen pintu, agak terhuyung, seperti memaksakan diri untuk berjalan kesini. Wajahnya masih sama pucatnya seperti tadi dan matanya menyipit menahan nyeri di kepalanya.
"Yoongi?" Seungwan yang menjawab. Ia mendekati Yoongi, hendak membantu suaminya berjalan. Tapi langsung ditolak oleh Yoongi, lewat tatapan matanya. Seungwan menelan salivanya dan mundur.
"Untuk apa kau kesini?" Yoongi bertanya, akhirnya bisa duduk di salah satu kursi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Million Dollars
FanfictionMin Yoongi itu kejam. Tapi keluarganya kaya raya. "Seungwan? Kamu punya uang?" Seungwan punya feeling. Ketika ibunya bertanya seperti itu, suatu yang besar akan terjadi padanya. "Ibu butuh berapa?" "Sepuluh juta dollar." . . . . Hello this is padfoo...