Chapter 22 Worse Prediction

1.5K 286 150
                                    


                Seungwan terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak. Ia menyipitkan mata begitu menyadari matahari sudah bersinar cerah, menyirami seluruh kamar Yoongi yang korden-kordennya sudah terbuka. Seungwan mengusap matanya sebentar, sebelum akhirnya benar-benar membuka mata. Atensinya otomatis beralih ke ruang tempat tidur di sampingnya.


Kosong.


Seungwan mengerenyitkan dahinya, tangannya terulur untuk meraba seprai persis tempat Yoongi berbaring semalam. Terasa dingin di atas kulitnya, yang berarti Yoongi sudah lama meninggalkan tempat itu.


Seungwan termenung sebentar. Menggelengkan kepalanya memastikan ia sudah benar-benar bangun dari tidurnya. Sekali lagi tangannya terulur untuk meraba seprai disampingnya.


Masih sama dinginnya.


Dada Seungwan berdebar-debar khawatir tak tahu mengapa. Ia terduduk di tempatnya, menutup dadanya dengan selimut, menoleh ke kanan kiri untuk menemukan sosok Yoongi.


"Yoongi?" panggil Seungwan. "Yoongi???"


Tapi hanya keheningan yang menjawab. Seungwan merasa cemas. Ia buru-buru turun dari tempat tidur dan berpakaian. Meraih hoodie milik Yoongi yang tergeletak asal di sofa dan menggunakkannya untuk menutupi bahunya yang terbuka. Ia berkeliling di dalam kamar, kamar mandi, teras depan kamar dan meneliti ke sudut-sudut dapur mini. Tapi ia tak menemukan apapun.


Seungwan merasa berdebar-debar lagi. Sesuatu yang sangat Seungwan benci. Perasaan buruk yang familiar melanda dada Seungwan.


Setelah bermenit-menit mencari, Seungwan akhirnya memutuskan keluar kamar, melihat ke lorong kamar Yoongi yang sepi, ia melongok ke lantai bawah. Orang-orang di lantai bawah tampak berlalu lalang, sibuk mempersiapkan kepulangan mereka sore ini.


Seungwan menggigit bawah bibirnya tanpa disadarinya.


"Noona?" panggilan seseorang mengagetkan Seungwan dari kekhawatirannya. Seungwan mendapati Juho berdiri di belakangnya, melihatnya dengan keheranan. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya.


"Ouh, hm... mencari boss." Kata Seungwan gugup. "Apa kau sudah melihatnya pagi ini?"


"Boss?" tanya Juho agak heran. "Dia pergi ke Jepang pagi ini, noona—"


"Ke Jepang?" ulang Seungwan kaget.


"Dia terbang dua jam yang lalu menggunakan helikopter. Kupikir ini adalah jadwal resminya yang memang sudah noona tahu, tapi sepertinya—"


"Aku tidak tahu." Potong Seungwan, masih dalam keterkejutan.


Ten Million DollarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang