Chapter 13 Reality

1.4K 269 83
                                    

Yoongi mengalami migraine untuk ketiga kalinya dalam sepuluh hari setelah rapat itu berakhir. Ia saat ini sedang terduduk memandangi surat yang Rose kirimkan satu minggu yang lalu. Surat itulah sumber migraine Yoongi sekarang—bukan tentang rapat besar seminggu lalu.


Nyatanya, rapat itu sukses besar. Yoongi berhasil mendapatkan sponsor itu bahkan dengan pujian tak henti yang keluar dari mulut U-know dan Max. Keduanya terbukti garang di wajah saja, hati mereka selembut kapas. Sikap antusias dan kagum mereka tunjukkan tanpa sungkan, membuat Yoongi semakin respect kepada dua orang itu.


Sumber masalahnya sekarang adalah... Rose mengajukan pengunduran diri.


Yoongi tak pernah menjadi orang yang meminta tolong pada orang lain untuk menetap. Tapi demi Rose, Yoongi melakukannya. Daftar panggilan ponselnya dipenuhi panggilan tak terjawab untuk Rose—dan bahkan ia mengirim orang untuk membujuk Rose kembali. Tapi itu semua tak berhasil.


Ia menemui Rose secara pribadi dua hari yang lalu, dan Rose tetap mengatakan tidak. Rose tak akan kembali. Dan itu membuat Yoongi frustasi.


Yoongi tak pernah menemukan Sekretaris yang cocok seperti ia bekerja dengan Rose. Rose yang cerdas, cekatan, dan dapat mengimbangi semua pekerjaan yang Yoongi lakukan. Itulah mengapa Rose dapat bertahan dengan Yoongi selama hampir setahun. Dan Yoongi tak tahu apakah ia dapat menemukan sekretaris seperti Rose lagi.


Yoongi sudah memberitahu Seokjin—perihal pengunduran diri yang Rose ajukan. Putra Sulung keluarga Min itu langsung memarahi Yoongi—menyalahkannya atas Rose yang mundur. Tapi Yoongi tak mau menyangkal, ia mungkin juga menjadi alasan Rose untuk mengundurkan diri. Seokjin tak mau menjanjikan apa-apa pada Yoongi, tahu bahwa tak akan mudah untuk mencari pengganti Rose dengan waktu yang sangat singkat ini—


Ponsel Yoongi di atas meja berdering—menandakan panggilan masuk, nama kontak Min Seokjin muncul di layarnya. Yoongi menghembuskan nafasnya, ini adalah keempat kalinya Seokjin menghubunginya perihal sekretaris Yoongi—yang belum juga dapat mereka temukan. Yoongi hanya berakhir mendapat keluhan dari kakak laki-lakinya itu atas ulah yang Yoongi buat.


"Halo." Yoongi dengan malas menyentuh tombol hijau ponselnya.


"Hari jumat kosongkan jadwalmu." Kata Seokjin di seberang sana.


"Jadwalku memang kosong." jawab Yoongi.


"Ayah akan berkunjung ke Jeju. Ke tempat orang tua Jisoo. Semua anggota keluarga harus ikut—ajak Seungwan juga." Seokjin berkata, tanpa basa-basi seperti biasanya.


Yoongi memberenggut. Seperti tidak ada hal lain yang bisa dikerjakan—mencari sekretaris baru untuknya, misalnya.


"Aku belum menemukan sekretaris dan banyak pekerjaan—"


"Tak bisa menolak. Min Yoongi." Potong Seokjin. "Lagipula ayah sudah memutuskan siapa yang akan menggantikan Rose."


Kedua mata Yoongi melebar—merasa tak enak dengan kabar tiba-tiba ini, tapi ia tetap bertanya, "Siapa?"


Ten Million DollarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang