Chapter 1
HAMPIR saja Bunga terlambat sampai di kantor. Salahkan kakak laki-lakinya yang sudah dari subuh membuatnya kesal hingga Bunga harus menenangkan diri sebelum bersiap ke kantor. Bunga terbiasa bangun pukul setengah lima pagi untuk menunaikan ibadahnya tanpa harus merepotkan orang rumah untuk membangunkannya. Tapi semalam dia pulang begitu larut lantaran dia langsung diseret oleh Niken setelah pulang kantor untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu teman SMA-nya. Alhasil, alarm ponselnya terus-terusan berbunyi tanpa mendapat respon darinya dan mengganggu pendengaran kakak laki-lakinya. Dengan sadisnya, Panji menggedor pintu kamar Bunga tanpa henti dan meneriakkan ancaman akan meletakkan kecoak di setiap sepatu milik Bunga.
Terganggu, Bunga bangun, mematikan alarmnya dan membuka pintu kamar dengan wajah bangun tidur. Matanya belum sepenuhnya terbuka ketika dia sudah menemukan seekor kecoa menjijikkan tergantung di depan wajahnya. Tanpa babibu Bunga mencelat mundur dan terjatuh karena tumit kaki kanannya terserempet karpet di dalam kamarnya. Seketika nyawanya terkumpul dan dengan segera membanting pintu kamar di depan wajah Panji.
Gadis itu mendengar suara tawa keras dari luar kamarnya yang berasal dari tawa Panji. Sialan! Dia lupa jika laki-laki sadis itu punya mainan yang menyerupai hewan menjijikkan itu. Belum lagi Panji mandi lebih lama dari biasanya. Rumah orang tuanya memang memiliki dua kamar mandi, tapi semua peralatan mandi milik Bunga ada di dalam kamar mandi yang sedang dipakai kakaknya. Dia harus bersyukur karena dia bukan gadis rewel saat mandi pagi.
Mengabaikan seruan mamanya untuk sarapan, Bunga hanya sempat mencium tangan mama papanya, dan melempar gumpalan tisu ke muka panji sebelum lari terbirit-birit ke luar rumah. Masa bodo! Urusannya dengan Panji akan dia pikirkan nanti saja, yang penting ketika dia harus pulang nanti membawa amunisi penuh.
"Pagi, Ken. " sapa Bunga kepada Niken, tersangka lain yang membuatnya hampir terlambat.
"Hoe." Niken menoleh sekilas menanggapi sapaannya. Bunga mendengus dan dengan sengaja menendang kursi Niken dan segera berlari ke kubikelnya sendiri dengan senyum puas, mengabaikan umpatan lirih Niken.
Bunga adalah salah satu karyawan di perusahaan produsen makanan dan minuman yang gaungnya telah melalang buana tidak hanya di dalam negeri, tapi hingga luar negeri. Bahkan di beberapa negara, produk-produk makanan dan minuman milik perusahannya sempat dianggap milik negara mereka. Hal itu adalah salah satu bukti betapa potensialnya pasar luar negeri bagi perusahaannya.
Namun Bunga tidak berada di kantor pusat. Dia berada di salah satu kantor cabang perusahaan yang berada di kotanya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana rutinitasnya jika dia berapa di kantor pusat. Bekerja di kantor cabang saja sudah sangat melelahkan bagi Bunga. Terlebih dia bekerja di bagian yang kurang sesuai dengan study yang diambilnya ketika kuliah.
Dulu selepas dia wisuda, Bunga sempat menganggur beberapa bulan sebelum memutuskan bekerja sebagai tutor di lembaga bimbingan belajar selama 8 bulan. Kemudian ketika dia sedang memperbarui profile jobstreet-nya dia iseng mengirim lamaran di perusahaan ini dan lolos setelah melewati beberapa tahapan seleksi.
Sempat di bulan-bulan awal Bunga begitu keteteran menyesuaikan ritme kerja di kantornya. Dia banyak mendapat bantuan dari Niken. Dia sangat berterima kasih kepada Niken untuk itu. Beruntung dia juga memiliki kapasitas otak yang mengesankan hingga dia mudah menyerap informasi yang didapatnya.
Sejak saat itu dia berteman dekat dengan Niken. Selain Niken yang membantunya di bulan-bulan awal Bunga di kantor, usia Niken tidak terpaut jauh darinya, dia hanya lebih muda 3 tahun dari Niken. Bukan berarti karyawan lain selain Niken tidak bersikap baik padanya, mereka semua baik, tapi kebanyakan dari mereka sudah lebih berumur darinya dan Niken.
YOU ARE READING
HONEST
Genel Kurgu"Aku harus gimana, ken? " "Ya kamu maunya gimana? Dia datang ke ayahmu dan memberikan solusi yang kamu cari. Kamu bisa ambil penawarannya dan mengejar impianmu, atau menolaknya dan stay terus di sini, jadi cungpret kelas sudra. " "Tapi kenapa harus...