Sorry!!! Typo bertebaran!!!Brakkk!!!!
Buggkkk!!!
"Jangan harap kau bisa tidur di dalam malam ini!!!!"
Suara gaduh dan teriakan yang lantang menyambut kedatangan Mean di apartemen barunya.
Ia melihat seorang anak laki-laki yang baru saja ditendang dari dalam kamar. Ada sedikit darah di ujung bibirnya. Dan beberapa luka memar di tangannya. Mean melihat anak itu menangis. Tapi ia sama sekali tak ingin ikut campur urusan mereka. Mean memang tidak terlalu tertarik untuk bersosialisasi atau sekedar mempedulikan masalah orang lain. Masalah hidupnya sendiri saja sudah cukup pelik baginya. Mean membuka pintu kamar apartemennya melangkah masuk dan membiarkan sosok pria kecil yang masih menangisi nasibnya didepan pintu yang tertutup rapat.
################################
Mean membuka pintunya dan bersiap untuk keluar,menuju tempat kerjanya. Ia melihat sosok pria kecil yang kemarin menangis tengah terbaring di dekat pintu apartemen sebelahnya. Baru saja selangkah Mean beranjak dari tempatnya kegaduhan kembali terdengar.
"Bangun woy!!!"
Tubuh pria kecil itu ditendang. Membuatnya bangun dengan amat sangat kaget. Ketakutan jelas terlihat dimatanya. Air matanya kembali mengalir. Darah yang kemarin Mean liat diujung bibirnya telah mengering. Pria garang yang tadi menendang pria kecil itu langsung menjambak rambut si pria kecil itu untuk masuk ke dalam bilik apartemen mereka. Mean melihat kejadian di depannya tanpa berkedip. Entah mengapa ada suatu dorongan untuk peduli pada pria kecil yang tampak begitu rapuh dan kesakitan itu.
"Maaf... Tapi bisakah kau sedikit lembut pada anak itu??"
Si pria garang itu hanya menatap Mean tajam lalu membanting pintunya. Menghalangi pandangan Mean dari sosok pria kecil yang bertubuh ringkih tadi. Mean hanya menghela napas lalu melangkah meninggalkan apartemen itu. Ia harus bekerja dan tidak seharusnya ia mempedulikan masalah orang lain,itulah yang ada dipikirannya.
################################
Mean bekerja di sebuah bar. Tidak begitu besar. Tapi cukup ramai. Ia bertugas sebagai bartender. Menyiapkan minuman bagi para tamunya. Ini adalah pekerjaan ke tiganya dalam hari ini. Selain sebagai kurir dan driver ojek online. Kadang ia berpikir betapa menyebalkannya hidupnya. Dari seorang anak direktur kini ia hanya orang biasa yang bahkan harus bekerja sangat keras hanya demi sesuap nasi.
Keaadan bar itu tidak begitu ramai. Mean melihat kearah jendela yang berembun karena cipratan air hujan dan hawa dingin yang mulai menyerang. Sesaat perhatiannya teralih pada dua sosok pria yang berjalan beriringan. Seorang pria yang kira-kira berumur 30an menggandeng lengan pria yang Mean tebak usianya hanya baru belasan tahun. Pintu bar terbuka. Dua sosok yang mencuri perhatian Mean masuk dengan tergesa. Mean mengenalnya. Si pria garang dan pria kecil yang rapuh.
Pria garang itu mendekat ke salah satu meja pelanggan dimana sesosok pria paruh baya tengah duduk disana. Pria pendek dan gemuk itu langsung berdiri sumringah melihat kedatangan mereka. Si pria garang berubah menjadi pria ramah yang terus-menerus tertawa. Walau Mean tau tawa itu hanya kepalsuan. Sementara si pria kecil hanya tersenyum paksa. Senyumnya sama sekali tak menampakan kesenangan atau kebahagiaan. Yang ada hanya ketakutan dan kesedihan. Si pria pendek gemuk itu tersenyum mesum lalu mengusap dagu si pria kecil. Mean tak tau sejak kapan tapi kini ia benar-benar memusatkan perhatiannya pada 3 pria di depannya itu.
"20.000 baht."
Si pria garang tersenyum lalu mendorong si pria kecil ke dalam pelukan pria gendut pendek itu. Si pria pendek mendekap si pria kecil erat. Mean dapat dengan jelas melihat si pria gendut itu meremas pantat dan melecehkan si pria kecil. Namun pria kecil itu hanya menutup matanya rapat-rapat. Ada gurat ketakutan dan kesakitan diwajahnya. Si pria pendek melemparkan sebuah amplop kepada si pria garang yang setelah mengecek isi amplop itu lalu berjalan meninggalkan si pria kecil yang kini mulai di ciumi dan di gerayangi si pria mesum. Mereka pun pergi meninggalkan bar setelah si pria mesum itu meninggalkan sejumlah uang di meja. Mean keluar dari area bar untuk mengambil uang di meja si pria mesum tadi. Tapi matanya mengembara mengekor pada sepasang pria yang baru saja keluar dari barnya. Mereka tidak pergi terlalu jauh. Hanya ke seberang jalan. Ke sebuah hotel murah dengan lampu remang-remang. Mean meneguk ludahnya membasahi kerongkongan yang tiba-tiba mengering. Ada perasaan aneh yang bergelayut seperti sebuah kemarahan,kesedihan dan juga sakit yang menyayat saat ia mengingat wajah si pria kecil dengan mata yang tertutup amat rapat.