Nam menatap kumpulan foto pribadi dalam map biru di ruang kerja Suttipat. Malam itu kembali ia habiskan dalam pelukan nafsu Suttipat. Ia sadar kalau ia sudah melakukan kesalahan,ia mengkhianati Natty dan menenggelamkan diri dalam kubangan kasih Suttipat,cinta pertamanya.
“Disini kau rupanya... aku sudah menunggumu kau tahu??”
Suttipat memeluk tubuh Nam dari belakang. Nam berbalik dan mendorong tubuh pria yang sempat ia puja.
“Kau tidur dengan ayahku??”
Tak ada amarah dalam sebuah pertanyaan polos yang Nam ajukan. Suttipat tersenyum,lalu mengambil map biru yang masih dalam cengkraman tangan Nam.
“Ia juga ayahku... Rathavit.”
Nam terbelalak. Langit seolah runtuh menimpa kepalanya. Sesaat ia lupa caranya bernapas.
“Ap-ap-apa...”
“Hahahhaa.... tak usah terkejut seperti itu honey... Ayahmu itu sama brengseknya dengan kau. Ia meninggalkan istrinya dan meniduri ibuku.”
Kaki Nam seperti kehilangan tulangnya,lemas dan tak berdaya. Selama ini ia selalu berpikir kalau Ayahnya adalah sosok yang sempurna ia tak pernah menyangka kalau Ayahnya pernah dengan tega mengkhianati ibunya.
“Aku tahu ia sangat buruk. Tapi bagaimana denganmu?? Meninggalkan istrimu demi pria yang ternyata adalah kakakmu. Kau bajingan kecil Rathavitku...”
Suttipat melangkah maju memeluk tubuh Nam yang masih gemetar. Terlalu shock dengan kenyataan yang baru saja ia dengar.
“Kau tahu... aku benci ayahmu,namun ia begitu hebat diranjang. Aku tak menyalahkan ibuku yang dengan bodohnya memberikan tubuhnya pada bajingan itu. Hahahaa... tapi tenang honey... kau tetap jadi favoritku. Cup.”
Suttipat mengecup belakang telingan Nam,area sensitif yang biasanya memancing birahi untuk Nam. Namun kini ia tak merasakan birahi,ia hanya bisa merasakan kengerian yang sungguh tak pernah ia rasa sebelumnya.
“Selamanya Rathavit... akan selalu berkaitan denganku. Suttipat.”
Suttipat menelusupkan jemarinya pada celah jemari Nam. Menyatukan tangan mereka menjadi sebuah genggaman. Suttipat tersenyum melihat tautan kedua tangan mereka. Sebuah senyum yang sama sekali tak menggambarkan kebahagiaan melainkan kegilaan.
##################################################################
"Masih disini??"
Plan menoleh kearah ibunya sambil menggosok permukaan piring dibawah guyuran air dari wastafel.
"Aku mau menginap disini bu..."
"Eh?? Tumben?? Bukankah kau sibuk??
Plan mengelap tangannya lalu melangkah kearah ibunya yang kini tengah duduk sambil memperbaiki baju tidurnya yang sobek.
"Hee... sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan."
"Tentang??"
"Panti asuhan kasih bunda. Dan... Mean Phiravich."
"Phiravich??"
Natty,ibunda Plan mengerutkan keningnya.
"Dia satu panti asuhan denganku dulu,apa ibu ingat??"
Natty menghentikan kegiatan menjahitnya,ia mencoba mengingat kejadian bertahun-tahun lalu saat pertama kali ia bertemu dengan Plan.
Flashback
Natty memacu mobilnya cukup kencang,tangannya gemetar. Air mata terus mengalir di pipi putihnya. Beberapa saat yang lalu ia baru menangkap basah suaminya tengah berciuman dengan pria lain. Natty shock,ia tak tahu harus marah,kecewa atau sedih. Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba.
Ccciiiittttt....
Suara roda yang beradu dengan aspal menarik Natty kembali ke alam sadarnya. Ia melihat kerumunan orang sudah ada di depan mobilnya. Natty keluar perlahan,bau amis darah menyeruak. Di hadapannya seorang anak kecil menangis sementara yang lainnya tergeletak bersimbah darah. Natty sudah lupa tentang suaminya. Ia dengan sigap meminta warga membawa si anak yang terluka kedalam mobilnya. Sementara anak yang menangis di bawa oleh orang lain entah kemana. Sayup-sayup Natty mendengar kata kasih bunda tapi ia sudah tidak peduli,prioritasnya kini adalah korban tabrakan yang kini tergeletak sekarat di mobilnya.
Natty menatap ruang IGD,seorang anak masih tak sadarkan diri diatas matras. Pikirannya benar-benar kalut.
"Natt..."
Nam melangkah perlahan kearah istrinya. Natty langsung menjatuhkan dirinya dalam dekapan Nam. Tangis pecah. Entah karena anak korban mobilnya atau karena perasaannya pada Nam yang menjadi luka.
Seminggu berlalu,Plan sudah sadar. Mean menemaninya duduk di samping ranjang. Dokter bilang Plan mengalami gegar otak ringan. Selama seminggu di rawat Natty rutin menjenguk Plan. Rasa iba perlahan berubah menjadi sayang saat ia yang kesepian karena Nam yang ketahuan berselingkuh jarang sekali pulang ke rumah.
"Plan... apa kau mau bersekolah lagi??"
Natty bertanya sambil menyuapkan potongan jeruk yang baru ia kupas.
"Aku mau tapi ibu panti..."
"Eh... bagaimana kalau kau jadi anakku??"
"Huh??! Tapi Nong Mean. Dia..."
"Kita akan bawa dia juga,tapi nanti."
Senyum Plan mengembang. Harapannya untuk keluar dari panti dan memberi rumah yang layak untuk Mean akhirnya terkabul.
Mengadopsi Mean tak semulus yang Natty bayangkan. Mean adalah anak seorang imigran gelap. Secara hukum ia masih warga negara asing sama dengan sang ibu. Mengadopsi Mean harus berhadapan dengan peliknya birokrasi hal itu membuat Natty harus berpikir berkali-kali,menimbang bahkan membujuk Plan agar tak terus merengek menanyakan Mean.
Sementara dirinya tenggelam dalam kesibukan proses adopsi. Nam pun berusaha mati-matian membujuk Natty untuk kembali. Nam berjanji tak akan menyakiti Natty,ia bahkan meminta Natty dan Plan untuk ikut dengannya pindah ke Taiwan. Awalnya Natty menolak namun cintanya pada Nam ternyata begitu besar,hingga bisa menutupi kekecewaannya pada sang suami.
Mereka pindah ke Taiwan. Sesuai dengan janjinya Nam berubah,ia benar-benar jadi sosok Ayah yang dapat diandalkan. Hingga berita kematian Jiraya pun datang. Nam kembali ke Thailand tanpa Natty yang saat itu tengah hamil tua.
Namun malang tak dapat ditolak. Nam ikut berpulang saat ia kembali ke Thailand. Berita kematian Nam membuat Natty begitu shock dan hal itu berdampak pada kandungannya. Bayinya lahir sebelum waktunya,lahir prematur dengan ibu yang tengah dalam tekanan membuat bayi itu tak bertahan. Natty tenggelam dalam kesedihan yang begitu mendalam. Mertuanya,suaminya bahkan bayinya pergi disaat yang hampir bersamaan. Ia bersyukur memiliki Plan di sisinya. Plan benar-benar malaikat kecil yang dikirim Tuhan untuknya. Ia berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan menjaga satu-satunya cintanya yang tersisa Plan Rathavit.
Flashback End
"Buu...."
Natty kembali ke alam sadarnya. Ia mengusap punggung tangan Plan yang mengusap bahu ringkihnya.
“Ibu lupa sayang,maafkan ibu naa??”
Natty tersenyum kearah Plan lembut. Namun Plan membalas senyum itu dengan senyum kekecewaan.
##################################################################
Mean menatap rembulan dari balik jendela kamarnya. Bulan purnama cantik,dulu Suttipat pun menyukai bulan purnama sama seperti dirinya.
Butterfly dan Mean biasanya mengintip dari celah pintu saat Suttipat tengah berdendang sambil menatap rembulan. Mean melihat gurat kesedihan di wajah butterfly,wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
Mean masih ingat saat itu. Saat kegilaan Suttipat setelah ditinggal oleh Rathavit. Butterfly berusaha menyadarkan anaknya yang terus-menerus menyiksa dirinya sendiri. Namun hal itu malah memicu amarah Suttipat,sebuah peluru menembus kepala butterfly. Mean berteriak sekencangnya mencoba menyadarkan Suttipat. Namun Suttipat terus memberondong kepala sang ibu dengan peluru,suara tawanya menguar bersama air mata yang mengalir. Suttipat terluka. Tapi ia tak bisa menahannya,ia tak punya kuasa untuk mengontrol luka itu.
Mean memejamkan matanya. Suttipat kembali pada candunya dan suatu saat ia akan kembali pada kegilaannya. Semua itu karena Rathavit.
Mean menghela napas menatap pada ubin bertema gelap yang ia pijak.
"Phii pen..."
Mean mengingatnya Rathavit yang kini menjadi incaran Suttipat adalah cinta pertamanya. Plan Kijworalak. Setelah ia diadopsi oleh Suttipat rasa cintanya pada Plan luntur seketika. Baginya Plan adalah pengkhianat yang dengan teganya meninggalkan dia yang sudah menggantungkan harapannya pada sosok mungil itu. Ia harusnya membenci Plan,harusnya dendam kepadanya. Namun apa?? Getaran itu muncul seiring memorinya akan Plan yang mulai muncul kembali. Kini Rathavit tak Cuma jadi candu bagi Suttipat tapi juga bagi Phiravich.
Mean kembali menatap pada rembulan. Suttipat sudah memperingatkannya,ia menginginkan Rathavit tapi apa rela ia memberikan Plan pada Suttipat??
Mean mengepalkan tangan,menahan segala gejolak yang meronta di dalam dada dan juga pikirannya.
##################################################################
Suttipat menatap cermin dihadapannya. Kembali menata rambut yang telah memutih sebagian. Ia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Lalu senyum kembali menghias di wajah tua Suttipat.
“Rathaviiitttt..... hahahhaaaa.....”
Suttipat tergelak diatas kursi favoritnya. Foto Plan berserakan diatas meja kerjanya,beberapa bahkan tercecer di lantai.
“Rathavit yang lancang! Bagaimana bisa kau memungut seekor kelinci untuk menjadi lawan seekor naga sepertiku!”
Suttipat mengambil selembar foto Plan yang tengah tersenyum. Wajahnya tampak begitu muda,menguarkan aura remaja yang tengah ranum.
“Sangat siap untuk dinikmati huh??”
SUttipat meremas foto Plan lalu melemparnya asal. Raut mukanya berubah masam,kecewa jelas tercermin dari wajah garangnya.
“Tak ada darah Rathavit! Semuanya jadi tak menarik. Mean! Habisi polisi kerdil itu!”
Mean membelalakan matanya,tangannya gemetar. Handphone yang masih menyuarakan deru napas Suttipat bergetar seiring tangannya yang gemetar.
“Aku hanya bercinta dengan darah Rathavit!! Bukan buruan tanpa nama yang tak ada harganya!!!”
Mean masih diam mematung.
“Kalau kau tak bisa,aku..”
“Aku akan membunuhnya! Biarkan aku yang membunuh Rathavit.”
Suara Mean menyiratkan ketegasan walau getar ketakutan dan juga rasa bimbang menyerbu.
“Bagus,aku ingin dia lenyap malam ini.”
Nada sambungan terputus mendengung. Sementara Mean mematung di bawah siraman rembulan. Di depan dua buah bola mata bulat yang juga memperhatikannya dari balik jendela. Plan Rathavit.
Plan memperhatikan tiap lekuk wajah Mean dewasa,begitu berbeda saat terakhir kali ia melihatnya.
“Mean...”
Klik...
Mean menodongkan pistolnya tepat dikepala Plan Rathavit.
“Kau yang meninggalkanku.”
“Kau mengkhianatiku”
“Kau yang membuatku dalam posisi saat ini.”
“Ini semua salahmu!”
Mean menarik kokang pistolnya,memanaskan timah yang siap menghancurkan apapun yang ditembusnya. Sementara Plan hanya berdiri mematung. Matanya masih menatap lekat pada wajah Mean yang tampak gusar,ada amarah,kecewa,kebingungan dan juga luka.
Plan memejamkan matanya.
“Kalau kau membunuhku karena Suttipat aku akan melawan,tapi jika kau membunuhku karena kekecewaanmu. Aku menyerah. Tolong jaga ibuku untukku.”
Ujung pistol menyentuh dahi Plan Rathavit. Hanya dalam sekali tarik Mean bisa langsung mengakhiri hidup Plan.
“Aku mencintaimu.”
Mata Plan terbuka,membulat sempurna.
BAM!!!! BAM!!! BAM!!!
Suara letusan senjata menggema darah mengalir tanpa bisa di cegah. Tubuh Plan lunglai jatuh diatas tanah. Nyeri menghunus punggungnya,ia merangkak membawa tubuhnya ke hadapan Mean yang juga tergeletak diatas tanah. Nafasnya tersengal.
BAM!!!
Satu peluru kembali menembus punggung Plan. Diiringi suara teriakan Natty. Desing peluru menjadi latar dan saksi dari perasaan Plan yang terluka. Memori akan dirinya yang tengah tertawa bersama Mean berkelebat dalam kepalanya. Ia mencintai Mean,ia pun dihantui rasa bersalah yang amat saat mendengar panti yang terbakar. Ia berlari sekuat tenaga hanya untuk melihat puing-puing panti yang telah hangus. Ia menangis tersedu,dunianya seolah runtuh. Jauh sebelum Rathavit,Natty dan Suttipat terluka. Mean dan Plan lebih dulu terluka. Dan kini mereka harus jadi tumbal atas luka dari orang-orang yang menyembuhkan luka mereka.
Gema suara tawa Suttipat masih terdengar sementara tangan Mean masih terus menarik pelatuk dari pistolnya untuk menembus tiap bagian dari tubuh Suttipat.
SUttipat tertawa menjemput ajalnya. Akhirnya ia merasa bebas. Kekecewaannya pada sang ibu dan kehidupan yang seolah mengkhianatinya perlahan memudar. Masih ingat saat ia melihat Rathavit yang berjalan ceria dalam genggaman tangan Ayahnya. Hati Suttipat terluka,seharusnya ia yang berada dalam posisi itu. Mendapatkan kasih dari Jiraya,bukannya hidup dalam nestapa bersama ibu yang hina,sampah dan juga aib masyarakat.
SUttipat kembali tergelak saat peluru Mean kembali menembus tubuhnya. Ia mengingat saat ia bercinta dengan Rathavit,sambil membayangkan wajah terluka ayahnya. Ia menyetubuhi adiknya,menghancurkan hidupnya. Membuatnya bahagia dalam desahan anak seorang pelacur yang dibuang ayahnya. Suttipat membenci Rathavit. Ia ingin sekali membunuh adik kecilnya yang selalu jadi kebanggaan ayahnya. Tapi tak bisa,tangannya tak bisa melukai Rathavit. Bahkan iblis sekejam ia pun masih bisa kalah pada perasaan lunak bernama Cinta.
Tubuh Suttipat jatuh ke tanah,sama seperti perasaannya yang jatuh dalam jurang gelap tak berujung saat Nam Rathavit mati dihadapannya. Ia merasa begitu bahagia sekaligus terluka. Ia kehilangan pijakan. Ia dihantui rasa bersalah sekaligus bahagia. Semuanya jadi begitu membingungkan,semuanya jadi begitu rumit. Dan Suttipat mengerang dalam luka yang ia nikmati.
Mean mengatur nafasnya. Air mata tak lagi ia bisa bendung. Plan merangkak keatas tubuhnya.
“Aku mencintaimu.”
Plan menyatukan nafasnya dengan Mean. Mata mereka terpejam saling meresapi perasaan rindu yang tanpa sadar mereka pendam. Mean terluka,tapi perasaannya bahagia. Seperti menemukan mata airnya. Mean ingin melahap semua tetes bahagia yang Plan luapkan padanya. Matanya yang diliputi air mata,menatap pada biner Plan yang tak akan pernah berubah. Biner yang selalu memberi cinta dan harapan padanya.
“Phi pen janji akan selalu menjaga Nong Min.”
“Nong Min berjanji akan selalu bersama Phi pen.”
“Sehidup Semati.”
Author’s Note:
Sorry endingnya klise,author menghilang cukup lama. HP author yg udah author pake dari 7tahun yang lalu ruksak,uang tabungan buat beli laptop baru kepake buat beli hape canggih gays... tapi author gak bisa pakenya. Gaptek author. Makanya ini ketiknya lama.
Ada yg nonton Ossan’s love in the sky?? Semaleman author begadang nonton ep 1-7. Baper gays...
Awalnya kecewa pas gak ada Maki,tapi Naruse. Haduhh....
Chiba yudai om imut!!! Gemes banget author!!!
Tpi season 2 ini drama bgt,author jadi kasian sama Captain,baper juga sama Shino-Naru.
Tapi author ngeship Haru-Naru!!! Haduhhh... dunia BL tak pernah serumit ini.
BTW liat Naruse di Ossan’s love author selalu kepikiran Plan. Pengin author liat Plan peran tsundere gitu,terus judes dan sassy gitu haduhhh....
Sudahlah,author lelah...