Mean’s Story
Altair
Aku ingin menjadi astronot,aku selalu membayangkan berada diangkasa,menyelam diantara ribuan bintang bercahaya. Cahaya yang begitu menyilaukan sekaligus menenangkan. Sama seperti matanya. Plan Rathavit.
“Aku dengar ia datang dari Bangkok.”
Jane menarik kursinya mendekat kearahku.
“Bukankah dia sangat cute.”
Aku melirik kearahnya yang tengah membaca buku. Benar,dia memang sangat cute.
“Aku akan berkenalan dengannya,Ayo...”
Jane menarikku hingga kini aku berhadapan dengannya. Sungguh melihat wajahnya dari jarak yang lebih dekat seperti melihat bintang melalui teleskop. Cantik.
“Mean Phiravich.”
“Plan Rathavit.”
Saat tangan kami bersentuhan terasa seperti ada gelombang elektromagnet yang memacu detakan di jantungku untuk berpacu lebih cepat. Dia menatapku sambil menampilkan lengkungan senyumnya. Cantik seperti rembulan di awal bulan.
Saat itu adalah pertama kalinya aku merasakan apa yang orang-orang sebut cinta. Tapi sayangnya cintaku berlabuh padanya yang seorang pria.
“Jadi kau benar-benar dari Bangkok??”
Jane bertanya dengan begitu antusias sementara Plan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
“Wah!!! Aku selalu ingin ke Bangkok!! Pasti banyak artis terkenal disana,makanan enak,gedung yang tinggi...”
Dia tertawa,derai nya mengalun bagai harpa. Ah,Harpa seperti rasi bintang Lyra. Summer Triangle. Dan sinarnya yang lembut perangainya yang tenang ia seperti Vega.❤❤❤❤❤
“Eh... lihat ini foto saat pemilihan ketua OSIS kemarin.”
Plan menarikku untuk mendekat kearah mading. Ada berbagai macam foto yang menangkap momen-momen dan keseruan saat pemilihan ketua OSIS. Sayang sekali aku kalah di pemilihan OSIS tahun ini. Ah!! Foto itu!! Aku dengan panik membuka kaca mading lalu mengambil salah satu foto yang terpajang disana.
“Eh,kenapa kamu copot Mean??”
“Ah... aku terlihat jelek di foto ini. Aku malu.”
Mendengar alasanku wajah Plan bersemu dan derai suara tawa terdengar dari bibir mungilnya. Aku hanya bisa menatapnya takjub. Sungguh semakin hari perasaanku padanya semakin menggila. Tapi apa daya aku tak mungkin mengungkapkan perasaan terlarang ini. Aku dengannya seperti Altair yang hanya bisa memuja Vega dari kejauhan. Jika Altair dan Vega terpisah karena Lautan Bimasakti aku dan ia terpisah karena apa yang orang dewasa sebut “Tabu”.
“Kalian disini?? Eh,Plan... kau sudah...”
Jane tampak mencari sesuatu diantara foto-foto yang terpajang di mading.
“Ah ini!!! Lihat!! Di foto ini aku seperti model kan??”
“Wah... iya kau cantik sekali!!”
DEG!
Mendengar ia memuji yang lain pun perasaanku langsung merasa sakit. Aku mundur perlahan dan meninggalkan Plan dan Jane yang masih asik dengan cerita mereka.❤❤❤❤❤
“Apa ini??”
“Oh kumpulan ini namanya galaxy,ada banyak galaxy diangkasa sana. Belum semuanya terjangkau oleh manusia.”
Plan mengangguk-anggukan kepalanya.
“Ah... ini kau mau,bekal buatanku.”
“Eh?? Untukku??”
“Aku membuatnya terlalu banyak hee...”
Hari ini setelah selesai kegiatan sekolah aku membawa Plan untuk ikut latihan basket. Dia sangat bodoh dalam hal mendribble tapi cukup lihai untuk tembakan 3 angka. Aku memaksanya masuk klub ini,hanya sebagai alasan agar aku bisa lebih lama berada di dekatnya.
“Umm!!! Ini enak sekali!!”
“Sungguh?? Syukurlah kalau kau menyukainya.”
“Ah... pasti lebih enak kalau makan masakanmu sambil melihat bintang!”
“Bintang??”
Aku mengangguk dengan antusias.
“Dimana kita bisa melihat bintang??”
“Di bukit,tak jauh dari kebun anggur. Kau mau melihat bintang bersamaku??”
Sial! Pertanyaanku terdengar seperti ajakan kencan.
“Aku mau!”
Apa??!! Dia mau??!! Sungguh??!!
Aarggghhh!!!! Saat ini aku benar-benar ingin berteriak sekencang-kencangnya!! Aku benar-benar bahagia!!!
“Kapan kita akan melihatnya??”
“Malam minggu ini!”
Woahh... bukankah ini benar-benar seperti ajakan kencan?! Dan dia mengangguk!!! Dia mengangguk setuju. Yatta!!! Aku merasa kini tengah melayang diantara ribuan bintang. Plan... aku mencintaimu!