Plan kembali memperbaiki ranselnya,menekan isinya agar tak tampak begitu besar saat di gendong punggung kecilnya. Suara kereta berlalu kembali terdengar. Plan menghentikan aktivitasnya sejenak hanya untuk memandang rentetan gerbong yang menjauh dan menatap tiket ditangannya.
Apa keputusannya sudah tepat??
Plan mengambil sebuah handphone dari sakunya. Membuka kontak list untuk mencari satu nomor tanpa nama,hanya sebuah emot hati yang Plan gunakan untuk nomor itu. Nomor seseorang yang begitu spesial,beberapa hari yang lalu.
Flashback
Plan POV
"Plan...."
Aku menghentikan langkahku,menunggu ia yang selalu memanggil namaku dengan lengkingannya yang nyaring.
"Kan udah aku bilang,tungguin aku kalau mau pulang!"
Ia mengusap kepalaku lembut. Dan aku hanya bisa tersenyum sambil menahan debaran di dada yang kian hari kian kencang saat di dekatnya.
"Eh plan... Jangan langsung pulang ya..."
"Eh?? Kenapa??"
Ia merangkul bahuku mendekatkan wajahnya dengan telingaku,begitu dekat,terlalu dekat hingga hangat nafasnya menggelitik daun telingaku. Membuatnya merona.
"Berenang..."
Ia menjauhkan wajahnya,tersenyum begitu lebar,memamerkan deretan gigi putihnya. Dan aku tak pernah bosan untuk tidak jatuh cinta pada dia.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Hari ini kembali dia mengajaku berenang. Hanya saja ia berkata akan menunggu di kolam renang umum tempat biasa kita berenang. Bukan masalah bagiku,kolam renang itu tak jauh dari sekolah dan lagi pula seminggu ini kami sangat sulit untuk bertemu. Dan aku merindukannya.
"Plan!!!"
Ia melambaikan tangannya. Menyambutku di depan pintu masuk kolam renang umum itu. Aku tak kuasa menahan senyumku. Ia langsung merangkul bahuku dan menuntunku melewati gerbang masuk ke area tempat kolam renang itu.
"Plan..."
Ada yang berbeda dengannya hari itu. Ia memeluk pinggangku dan menarikku ke toilet,tempat biasa kami berganti baju.
"Aku mau lihat tubuhmu."
Ia tersenyum,namun aku melotot. Aku tak menyangka kata-kata itu akan meluncur dari bibirnya.
"Kamu menyukaiku kan??"
Ia masih memeluk pinggangku,senyum masih tersungging di bibirnya. Walau aku merasa tatapannya sedikit aneh namun wajah tampannya tetap saja mampu membutakanku.
Aku menganggukan kepalaku. Mengiyakan apa yang jadi pertanyaannya.Dan aku melihat senyum manis itu melebar dan satu kecupan mendarat di pipiku. Wajahku seolah terbakar. Begitu malu dan bahagia.
"Kalau begitu... Kau mau kan melakukan apa pun untukku??"
Kini aku benar-benar di dekapnya. Debaran di dadaku semakin menggila. Namun ia memelukku semakin erat. Membuat jantungku serasa mau pecah,terlalu bahagia.
"Buka bajumu Plan..."
Ia mendorong tubuhku menjauh. Dan membiarkan aku melucuti satu per satu kain yang membungkus tubuhku terlepas.