47!!!

359 39 4
                                    

"Tadaima.."

Denting suara piano menyambut Yui yang baru pulang setelah menyelesaikan pemotretan hari ini. Yui melepas sepatu dan melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, mencari tau siapa yang memainkan piano yang jarang disentuh sejak satu keluarga ini sibuk dengan jadwal pemotretan masing-masing.

Risa, memainkan piano dengan hikmat. Jangan salah, dia bisa main piano itu gara-gara Rika. Dulunya dia sering antarin Rika les piano dan kalau lagi main ke rumahnya Rika, suka lihat Rika main piano dan kadang diajarin juga.

"Hai" (cuu) Yui mengecup pipi Risa kemudian duduk di sebelahnya. "Serius banget mainnya"

"Iya. Soalnya biar cepat hafal"

"Gitu ya? Coba mainin"

Risa menekan tiap tuts piano, menciptakan lantunan nada beraturan yang membuat Yui merasa nyaman. Seakan sebuah sihir yang mampu membuat tubuhnya yang lelah setelah bekerja menjadi segar kembali.

"Enggak sekalian nyanyi?"

"Kamu tau suara aku jelek. Nih, kamu aja, biar aku yang iringi" Risa memberikan secarik kertas ke Yui, banyak coretan dan biasanya itu karena Risa susah memainkan nada tersebut.

"Eeehem! Oke. Mulai aja"

"Intro dulu ya, nanti aku kasih tau kapan masuknya"

Risa kembali menekan tuts piano, beberapa nada terlewati dan hampir membuat Yui larut dan lupa untuk bernyanyi, hingga Risa memberikan kode kepada Yui dan Yui mulai bernyanyi.

"Broken, this fragile thing now.
And I can't, I can't pick up the pieces.
And I've thrown my words all around,
But I can't, I can't give you a reason.

I feel so broken up, And I give up,
I just want to tell you so you know..

Here I go. Scream my lungs out and try to get to you.
You are my only one.
I let go. There's just no one that gets me like you do.
You are my only. My only one..."
(Yellowcard-only one)

Risa justru berhenti menekan tuts piano. Matanya menatap Yui lekat-lekat.

"Kenapa berhenti?"

"Lagunya..... Aku jadi terharu. Padahal iseng pilih lagu itu. Ternyata lebih bagus kalau kamu yang nyanyiin"

"Apa siiiih" Yui malu-malu. Bersembunyi di balik badan Risa biar enggak ketahuan kalau wajahnya memerah.

"There’s just no one that gets me like you do. Aku paling suka di bagian itu"

"Kenapa?"

"Karena memang kenyataannya seperti itu Yui. Enggak ada seorang pun yang bisa memperlakukan aku seperti dirimu"

"Hmmm.." Yui malu-malu lagi, tapi kali ini dia bertahap menatap Risa. Meraba leher pasangan hidupnya itu dan mulai mencium bibirnya.

Risa, banyak orang pikir kalau dia ini orangnya monoton. Tapi ini manusia, sekalinya romantis, bikin jantung mau copot rasanya. Adaaa aja yang dia lakuin dan hal itu selalu sukses bikin targetnya doki doki. Yui demen sama tipikal orang yang kayak gini, makanya jodoh.

Ciuman tadi udah sampai ke tahapan yang iya-iya. Jadi, biarkan saja mereka selesaikan urusan mereka di kursi piano yang sempit itu.

Mari kita ke Yui yang satunya, alias Zumin. Bocah ini baru selesai pemotretan juga. Niatnya mau jalan-jalan dulu sebelum pulang ke rumah tapi dia malah singgah ke kedai yakiniku terdekat. Bermodal credit card dengan nama sendiri, dia beli semua yang pakai daging sapi. Enggak masalah. Kan nanti tagihannya, dia sendiri yang tanggung.

The Caplang's Family (I) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang