2???

375 43 15
                                    

Pelan angin bertiup, menyingkap rok pendek yang dikenakan Miyu. Ia sendiri tengah duduk di bawah rindangnya pohon yang ada di lapangan belakang gedung sekolahnya. Tangannya yang sedari tadi diam kini mulai bergerak, menarik leher kekasih barunya yang juga kini tengah menikmati gerakan-gerakan lembut dari bibir Miyu yang seakan tidak mau lepas dari bibirnya.

Tapi sial! Bel berbunyi dan berhasil membuat keduanya mengakhiri kenikmatan tahap pertama mereka.

Dengan pasokan oksigen yang terus berulang kali keluar masuk ke dalam paru-paru, Miyu menatap kekasihnya yang bersusah-payah mengimbangi tiap kali mereka berciuman.

Senyum manis yang terukir di bibir Miyu melambangkan dirinya kini benar-benar jatuh hati dengan gadis yang memiliki tubuh tinggi setara dengan Manaka, pippi-nya.

"Kenapa? Ada yang aneh dengan wajahku?" tanya gadis itu.

"Enggak kok. Eh iya, aku baru ingat.. tadi pagi, Memi nitip sesuatu buat kamu"

"Apa?"

Miyu menepuk kantong blazer warna biru tua miliknya. Memastikan kalau 'sesuatu' dari Memi sudah ia masukkan ke dalam salah satu kantong miliknya.

"Ini....." Miyu menemukannya dan mengambil 'sesuatu' itu yang berupa secarik kertas yang terlipat.

"Apa ini?"

"Enggak tau. Lihat aja, paling surat lagi kayak waktu itu"

Gadis itu membuka tiap lipatan kertas. Hingga tangannya berhenti setelah lembaran kertas itu terbuka sempurna.

Gambar dari krayon khas anak-anak.

"Ini aku?"

"Pffft.. kayaknya"

"Ng.. agak mirip sih. Memi pintar ya"

"Begitulah. Sejak kenal kamu, dia jadi sering ngambar wajah kamu. Dulu, dia emang udah suka ngambar tapi macam-macam yang dia buat"

"Ooooh... bilangin makasih ya"

"Dia enggak mau, dia maunya kamu direkam waktu bilang makasih itu"

"Aduuuuh.. aneh-aneh aja!"

"Namanya juga anak kecil"

"Mana, pinjam ponsel kamu"

Miyu pun menyerahkan ponselnya.

Dengan menggunakan kamera depan, gadis itu mulai merekam wajahnya sendiri dan mengucapkan terima kasih.

"Meeeemi! Makasih ya untuk gambarnya. Kakak suka! Daisuki dayo~" rekaman selesai.

"Kok centil gitu ngomongnya!! Jijik!"

"Kenapa?! Kamyu ga cuka?"

"Iiiih!!! Kumiiii!!!"

🐈🐋🌰🍣🍼

Kantin terlihat ramai. Memi susah payah melawan arus manusia yang kadang membuat tubuhnya terombang-ambing.

"Memi, sini sini.."

"Kageeeee...."

Dengan air mata yang sedikit menitik, Memi menyambut uluran tangan teman barunya, Kage.

"Nih, aku udah dapat rotinya. Kita balik ke meja, kasihan Techi kelamaan nunggu"

"Unnnn.."

Kage menarik tangan Memi dan menuntunnya ke meja yang ditempati Techi.

Pada meja yang udah ada penghuninya, Techi sibuk memutar-mutar kotak bekal warna biru miliknya. Udah diselimuti rasa bosan nih anak konglomerat.

The Caplang's Family (I) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang