Techi baru selesai menyantap hidangan ala rumah sakit, dan ini pertama kalinya dia makan masakan yang rada hambar. Iyalah, ini rumah sakit, bukan restoran!
Meski tangan kirinya patah, Techi tetap bersikeras untuk memaksimalkan pergerakan tangan kanannya, alias dia makan sendiri dan menolak untuk disuapin. Yuuka dan Akane siaga 24 jam di ruangan inap VIP yang ditempati oleh Techi, si kecil Hikaru juga banyakan tidur dan enggak rewel, mungkin dia tau kalau orang tuanya sementara ini harus membagi perhatian untuknya dan juga kakaknya.
"Mama. Memi kok enggak pernah ke sini ya?"
Eng ing eng.. mulut Techi dengan lincahnya menanyakan keberadaan teman terbaiknya.
"Ng.. Mem.. Memi.. lagi sekolah sayang. Kamu jangan pikirin Memi dulu, harus sembuh! Jangan mau lama-lama nginap di rumah sakit. Ya?"
"Tapi aku kepikiran sama Memi ma.. soalnya kan, Memi pasti takut lihat aku jatuh"
"Iya iya. Udah! Memi baik-baik aja"
Yuuka sebenarnya mau buka mulut, tapi.. kondisi enggak memungkinkan untuk Techi dan enggak mungkin juga dia mau ngelihat Techi jadi benci sama Akane gara-gara Akane ngebentak Memi waktu Techi dimasukin ke ruang operasi.
Ponsel Akane yang ia taruh di atas meja bergetar. Cepat Akane mengambilnya dan segera mengangkat panggilan yang masuk.
"Halo?............. Ya?............ Sebentar, aku keluar dulu" Akane memberi kode ke Yuuka kalau yang menelepon adalah asistennya Akane. Ia segera keluar demi meneruskan teleponnya.
Akane udah keluar, tinggal Techi dan Yuuka dan juga si kecil Hikaru yang sedang terlelap setelah diberi asupan asi.
"Yurina, kamu kangen ya, sama Memi"
"Iya" jawab Techi tegas. Anak kecil ya.. biar ajalah, polos polos menggemaskan.
"Memi belum bisa ke sini sayang, dia lagi sakit. Nanti kalau udah sembuh, pasti dia ke sini"
"Hah? Sakit?! Memi sakit apa mami?!"
"Udaaah, jangan khawatir. Memi janji bakalan ke sini kok"
Iya, begitu janjinya Memi via telepon tadi malam. Anak bungsu keluarga caplang itu mendadak merengek minta ditelponin nomor Yuuka. Dengan suara lantang, dia berjanji bakal jenguk Techi dalam waktu dekat.
"Hooo.. oke! Aku bakal tunggu. Kalau gitu, aku enggak mau cepat-cepat sembuh!"
"Eeeh? Kok gitu?"
"Iya! Biar Memi bisa jenguk aku selagi di sini. Kalau cepat sembuh, kan aku enggak di sini lagi mami"
Yuuka hanya tersenyum dengan ide nyeleneh dari anak sulungnya itu. Sekali lagi, enggak apa-apa... namanya juga anak-anak, polos polos menggemaskan.
🐈🐋🌰🍣🍼
"Tu.. wa.. ga.. pat.."
Dari atas kasur, Memi sibuk menghitung biji jeruk yang ia tampung di atas piring. Jeruk manis pemberian Kumi.
Sejak Kumi sering datang berkunjung, Memi jadi high tension dan seakan lupa dengan kejadian antara dia dan Akane di rumah sakit. Demamnya juga berangsur hilang, di dahinya enggak ada plester demam lagi tapi Memi tetap HARUS menghabiskan obatnya.
"Mama! Mau lagi jeruknya"
"Eeeeeh.. udah dulu. Udah 3 sayang. Nanti yang lain enggak kebagian"
"Aaaa-aaaaaaa... Mau lagiiiiii! Mau lagiiiiiii!"
"Memiiiii.. udah! Ya? Mau kan dengar kata mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Caplang's Family (I) [Complete]
Fanfiction[GxG Content available] (Also ADULT content) Daily life keluarga telinga caplang -Manaka -Rika -Miyu -Miku -Memi Beserta orang-orang di sekeliling mereka Enjoyed ~(-∆- ~)