Sehun berjalan pelan beberapa langkah di belakang Suho. Ia terus mengikuti langkah kaki gemetar itu. Sehun tak berniat mengganggu, mengawasi dari belakang lebih baik daripada harus melihat wajah pucat itu.
Suho berjalan dengan tertatih. Kakinya sedikit terseret pada setiap langkah. Sebelah tangannya terus menyusuri tembok sebagai pegangan. Tubuhnya benar-benar terasa lemas.
Pada langkah kesekian Suho berhenti sejenak, hal itu pun diikuti oleh Sehun. Ia sedikit menghela nafasnya yang terasa berat. Lama ia terdiam sebelum melanjutkan langkahnya. Sehun pun mengikutinya kembali.
Beruntung lorong hotel kali ini terasa lebih sepi, hanya ada beberapa pelayan yang lewat. Sehingga mereka dengan leluasa berkeliaran tanpa harus menggunakan topi atau pun masker.
Langkah kaki Suho semakin pelan, sampai akhirnya ia jatuh terduduk. Sehun sedikit mempercepat langkahnya menuju Suho.
"Kau baik-baik saja, hyung?"
Tanya Sehun. Sayang ia tak mendapat jawaban dari Suho. Wajah itu masih saja menunduk dan betah menatap lantai.
"Naiklah ke punggungku, kita kembali ke kamar."
Sehun memposisikan dirinya berjongkok di depan Suho dengan bertumpu pada sebelah kakinya. Suho tak merespon perintah Sehun, ia masih terlalu asik menekuk wajah. Dengan lembut Sehun menarik sebelah tangan Suho dan menggiring untuk mendekat pada dirinya.
Tanpa penolakan Suho pun menurut dan mulai mengalungkan tangannya di leher Sehun. Perlahan Sehun mulai berdiri dengan membawa Suho sebagai beban pada punggungnya.Keduanya saling diam. Sehun sedikit merasa geli dengan terpaan nafas hangat sang kakak pada tengkuknya. Sebuah senyum simpul muncul dari wajah Sehun.
"Peganggan yang kuat, hyung!"
Perkataan lembut Sehun membuat Suho semakin bersembunyi dibalik punggung lebar itu. Membuat Sehun sedikit terkekeh dengan tingkah laku sang kakak.
"Kau malu, hyung?"
"Aigoo, tak ada yang melihat kita. Jadi kau tak perlu malu. Salahkan dirimu yang pergi meninggalkan kamar."
"Ternyata kau sangat ringan dari yang kuperkirakan. Padahal kau dulu sempat work out ya. Woah, tak ku sangka."
Sehun sedikit memberi nada menggoda pada kalimatnya. Tak lupa senyum pada wajahnya yang semakin lebar setelah puas menggoda Suho. Tanpa Sehun sadari Suho juga tersenyum dibalik punggung itu.
Keduanya kembali diam. Sehun yang masih asik tersenyum konyol dan Suho semakin bersembunyi dibalik punggung tegap itu.
"Sehun.."
"Ya, hyung?"
"Maafkan aku."
"Untuk?"
"Segalanya."
Sehun tersenyum kecut mendengarnya. Ia sedikit membenarkan posisi Suho dalam gendongan.
"Berhenti menyalahkan dirimu, hyung. Mulailah membagi bebanmu pada kami."
"Aku tak bisa."
"Mengapa tak bisa?"
Sehun memperlambat langkahnya. Suho diam untuk beberapa saat.
"Karena itu memang tugasku."
Sehun terdiam, senyumnya pun reda. Langkah kakinya terhenti tepat dengan pemandangan indah yang ditampilkan pada jendela besar disamping mereka.
"Jika itu tugasmu, lalu apa tugas kami? Hanya sebagai penonton mu?"
"Mungkin."
"Berhenti untuk menjadi egois dalam masalah ini, hyung. Ini masalah kita bersama, bukan hanya masalahmu. Kita ini satu, hyung!"
![](https://img.wattpad.com/cover/143527190-288-k544180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I. When your smile has gone
FanfictionLuka, kenangan, masa lalu, balas dendam, persahabatan, dan permintaan maaf "Aku benar-benar lelah. Biarkan beristirahat untuk sebentar saja" Tangan kalian selalu terulur, namun maaf aku tak bisa menggapainya. Saat permintaan maaf bukan salah satunya...