Chapter 18

1.5K 200 40
                                    

"Hyung, katakan padaku!"

Chen mendesak Suho untuk segera menjawab. Merasa terintimidasi, Suho pun mundur beberapa langkah. Tak ada niatan bagi dirinya untuk menjawab pertanyaan sang adik. Melihat Suho yang sedikit terpojokkan, Baekhyun pun mendekat. Ia menepuk pundak Chen pelan.

"Sudahlah Jong Dae-ya, lebih baik kau kembali ke kamarmu!"

"Shireo! Jelaskan dulu padaku!"

"Baiklah, besok akan ku jelaskan padamu sekarang kau kembalilah. Suho hyung butuh istirahat"

"Aku pegang janjimu!" Baekhyun hanya mengangguk menanggapi. Chen pun meninggalkan mereka berdua dan masuk ke kamarnya. Baekhyun dan Suho hanya saling melempar pandangan untuk beberapa saat.

"Terima kasih Baek, sekarang kau beristirahatlah. Besok pagi kita harus latihan." Baekhyun hanya mengangguk dan tersenyum. Ia menutup perlahan pintu kamarnya. Tinggallah Suho didepan pintu. Ia menghela nafas kasar dan berjalan menuju kamar Sehun.

Lama ia berdiri didepan pintu, sedikit menimang apakah ia harus masuk ataukah tidak. Perlahan ia mengetuk pintu tersebut dan menunggu respon sang pemilik kamar. Tak sampai seberapa lama terdengar suara dari dalam.

"Sehun ini hyung. Boleh aku masuk?"

Pintu coklat itu pun segera terbuka, menampakkan wajah tampan Sehun dari baliknya.

"Masuklah hyung!"

"Aku tidak mengganggumu kan?"

"Tidak hyung, tadi aku hanya sedang bermain game"

Keduanya sekarang duduk berdampingan dipinggir kasur. Sehun kembali asik memainkan ponselnya. Sedangkan Suho, pria itu masih diam sambil menatap permainan sang adik. Sehun pun menyodorkan ponselnya kearah Suho. Ia sedikit bingung melihatnya.

"Kau ingin mencoba memainkannya, hyung?"

"Ah, tidak aku hanya ingin tahu seperti apa permainan yang sering kau mainkan. Kau kan tahu aku sangat buruk dalam permainan." Suho sedikit tertawa menanggapi. Sehun pun menarik ponselnya kembali dari sang kakak.

"Lalu apa yang ingin kau bicarakan?"

"Tidak ada, malam ini aku hanya ingin tidur dengan mu. Seperti dulu.."

"Baiklah sekarang berbaringlah, hyung. Kau butuh istirahat."

Sehun menepuk sisi kasurnya. Mereka pun membaringkan tubuh bersebelahan. Keduanya hanya memandang langit-langit kamar.

"Hyung!" Sehun memanggil sang kakak pelan. Suho mengalihkan pandangannya melihat sang adik. Lama ia menunggu Sehun melanjutkan kalimatnya.

"Kita akan baik-baik saja kan, hyung?" 

Suara Sehun terdengar sedikit hampa. Mata elangnya masih menatap lurus kedepan. Suho kembali mengalihkan pandangannya. Kali ini ia lebih memilih menatap jam weker yang berada diatas nakas. Keduanya sama-sama terdiam.

Suho menghela nafasnya kasar. Dadanya terasa sedikit nyeri. Seperti ada sebuah batu besar yang kembali dilemparkan padanya. Ia meremas selimut dengan kuat. Ia berusaha menghalau rasa takutnya, walaupun ini bukan yang pertama baginya.

Sehun mengubah posisi tubuhnya, mengarah pada sang kakak. Ia memandang lekat wajah pucat itu dari samping. Matanya bahkan sudah berair hanya dengan menatap wajah itu. Ia tahu semua akan merasa sakit pada akhirnya. Namun rasa sakit yang Suho rasakan pasti akan lebih menyakitkan.

"Hyung, aku harap kau mau berbagi padaku." 

Tangan-tangan itu meremas selimut lebih kuat. Buku-buku tangannya sudah memutih. Ia masih betah menatap jam weker dibandingkan melihat wajah adiknya. Perlahan Sehun menarik sebelah tangan Suho dan digenggamnya dengan erat.

I. When your smile has goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang