Chapter 20

1.5K 125 87
                                    

Kabut tipis dan hawa dingin menyambut kehadirannya. Dedaunan kering perlahan berjatuhan bersamaan dengan hembusan lembut angin. Sebuah pohon mapel dengan daun kemerahannya membisu disisi taman. Kemercik air terdengar lembut, menambah keheningan.

Pria itu menyusuri jalan setapak dengan perlahan. Tangannya terbentang ikut merasakan hembusan angin. Langkahnya terhenti tepat dihadapan pohon mapel. Ia mulai duduk dan bersandar pada pohon besar itu. Matanya terpejam merasakan setiap hembusan angin yang menggelitik.

Ia membuka kelopak matanya perlahan. Pemandangan indah yang selama ini hanya mampu ia lihat dalam buku tampak nyata. Sebuah senyum kecil terpancar dari wajahnya. Semburat kemerahan tampak di kedua pipi pucatnya.

Sebuah tangan menepuk pundaknya pelan. Ia tersenyum melihat orang itu. Teman lama yang sangat ia rindukan. Kim Jong Hyun.

Mereka duduk berdampingan, memandang aliran sungai kecil yang tak jauh dari hadapan mereka. Hanya kebisuan yang terjadi diantara keduanya. Perlahan tangan pucat itu menghapus air mata yang jatuh tanpa ia sadari.

"Aigoo kenapa kau menangis?" Jonghyun tersenyum manis pada Suho. Tangannya masih menghapus jejak air mata yang tertinggal. Ada sebuah perasaan pilu dalam hati Suho. Perlahan ia menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Kenapa ini sangat berat, Jonghyun-ah?"

"Kau tidak sendiri Joon Myeon-ah."

"Apa kau kesepian? Ingin aku temani?"

"Aku sudah bahagia disini. Kau juga harus bahagia disana!" Senyum Jonghyun sedikit menghangatkan sisi hati Suho yang telah lama beku. Sudah terlalu lama ia mengubur perasaan itu.

Perlahan sahabatnya itu memudar, bagai sebuah hologram dan hilang. Tinggalah Suho seorang diri berteman dengan kesunyian. Perlahan air matanya mengalir dari sudut mata indahnya. Aku ditinggal lagi.

***


"Hyung! Hyung! Sadarlah hyung!" Samar-samar suara Sehun mulai memasuki indra pendengarannya. Ia membuka matanya perlahan. Ternyata hanya mimpi.

"Kau baik-baik saja, hyung?" Tanyanya khawatir. Suho hanya menatap wajah sang adik sendu. Perlahan ia mengangkat sebelah tangannya dan memandangnya bingung.

"Aku kenapa?" Matanya masih menatap tangan dengan aliran infus yang masih tertancap itu. Sehun menatap Suho sedih. Ia mengusap wajahnya kasar dan menyeka sudut matanya.

"Kau harus makan dan minum obat mu, hyung. Sepertinya demammu semakin tinggi."

Suho hanya menatap wajah Sehun bingung. Ia mengalihkan pandangannya menuju jendela kamar yang menampakkan pemandangan pagi Seoul. Sehun mulai menyuapi Suho dengan telaten. Tak lupa ia memberi Suho obat dan mulai merapikan selimut yang dikenakan oleh sang kakak.

"Istirahatlah, hyung. Aku akan keluar sebentar. Minseok hyung akan menemanimu."

Suho hanya mengangguk dan mulai pergi ke alam mimpinya. Sehun masih menatap Suho dari depan pintu. Dan menutup pintu itu perlahan setelah memastikan Suho sudah benar-benar tertidur.

Perlahan tubuh Sehun merosot. Ia terlihat mengenaskan dengan wajah kusutnya. Perlahan Kyungsoo mendekat kearah sang adik dan menggiringnya menuju ruang tamu. Ia memberikan sebotol air pada sang adik. Sehun menenggak air itu hingga habis. Kyungsoo mengelus puncak kepala Sehun dengan sayang.

"Biarkan ia seperti itu dulu, hun. Aku yakin Suho hyung akan segera membaik." Kedua manik mata Sehun dan Kyungsoo saling bertemu, seolah saling memberikan kekuatan.

"Jam berapa kau akan ke rumah sakit, hyung?"

"Mungkin sekitar jam 10, manajer hyung akan menjemputku nanti."

I. When your smile has goneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang