Alhamdulillah, ujian lancar.
Baru aja selesai😊
Tinggal nunggu hasil😁Mohon doanya agar bisa ke tahap selanjutnya🙏
Next chapter di publish setelah chapter ini ada minimal 30 viewer dan 25 vote
.
.
.
.
.
Selamat Membaca😊
.
.
.
.
.
"Halo?" terdengar suara dari ujung telepon. Jimin menelan sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya, tangannya gemetar setelah ia berhasil memasukkan obat ke dalam mulutnya."Halo, Eomma," katanya di telepon, mencoba bernapas pelan-pelan. Ibunya diam sejenak.
"Apakah kau baik-baik saja, nak?"
Jimin menggigit bibirnya. Pertanyaan macam apa itu? Apakah itu hanya untuk membuatnya nyaman? Jika itu benar, dia sejujurnya tidak tahu apa yang harus dia rasakan. Jimin mengabaikan pertanyaan itu, menggelengkan kepalanya.
"Eomma ... apakah kau ingat ketika appa dan eomma bermain dengan kami ketika kami masih kecil? Kolam kecil dan bola plastik?". Jimin tersenyum mengingat masa kecilnya.
"...Ya"Jimin menutup matanya dan menghembuskan nafas.
"Eomma ... hyung mungkin tidak akan memaafkan semua hal yang telah kalian lakukan."
"Apakah kau menelpon hanya untuk membuat eomma merasa buruk, Jimin-ah?"
"Tidak," jawab Jimin dengan mantap.
"Aku hanya ingin mengatakan, terlepas dari semua yang telah eomma lakukan pada kami, aku akan tetap menyayangimu. Aku yakin hyung juga begitu." Jimin menelan ludah.
"Eomma, ketika kalian kembali ke Korea, tolong berikan hyung cinta kalian sepenuhnya. Ini adalah harapan terakhirku untukmu, dan aku harap eomma bisa melakukannya. Kalau bukan demi hyung, maka demi aku"
Jimin terbatuk keras dan dia bisa mendengar ibunya menahan napas khawatir.
"Halo, nak. Kau baik-baik saja di sana?"
Jimin tersenyum, meskipun dia tahu ibunya tidak bisa melihatnya.
"Aku tidak pernah baik-baik saja selama beberapa tahun terakhir dalam hidupku."
"Jimin-ah ..."
"Bisakah kau melakukan itu, eomma? Bisakah eomma mencintai hyung layaknya seorang ibu mencintai puteranya?"
Jimin bisa mendengar isakan dari ujung telepon dan segera mengendalikan emosinya. Lagi-lagi dirinya terbatuk sangat keras.
"Anakku, kau benar-benar kuat"
Jimin tidak tahu harus berkata apa sehingga mulutnya bungkam.
"Minnie, eomma masih mencintaimu. Aku masih sangat mencintaimu dan rasanya menyakitkan harus meninggalkan kalian di sana. Tapi, aku melihat kalian di TV dan aku sangat bangga. Sangat sangat bangga melihatmu di sana, menari dan bernyanyi bersama kakakmu. "
Jimin tertawa pelan. "Minnie ... Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu."
"Dan eomma minta maaf untuk itu" suara ibunya memohon. "Nak, kau baik-baik saja?"
Saat itulah Jimin merasa hancur, ia memegang erat telepon di dekat telinganya saat air mata mengalir di wajahnya yang pucat, menetes ke bajunya.
"Eomma ... tolong kembalilah. Aku ingin bertemu denganmu lagi ... Aku ingin menyentuhmu lagi! Aku merindukanmu, eomma!"
Dia bisa mendengar suara terisak di ujung sana.
"Kau akan baik-baik saja. Tetaplah kuat sampai kami tiba, ya? Aku akan menemuimu! Aku akan meminta maaf padamu secara langsung! Jangan khawatir, sayang. Appa dan eomma akan segera datang. Tetaplah bertahan "
"Cepatlah ... Eomma ... aku tidak punya banyak waktu"
.
.
.
TBC
.
.
.Udah mendekati ending nih😩
Gimana pendapatnya?Jangan lupa Vote and Comment😊
I 💜 U
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️
FanfictionJimin ingin melakukan sesuatu yang ia impikan sebelum waktunya habis. 'Menari' Dan sang kakak dengan senang hati mengajaknya bergabung dengan BTS. Credit to. @skydancer0 as the original author. Start 27-11-2018 End 15-12-2018