I 💜 U
Next chapter di publish setelah chapter ini ada minimal 37 viewer dan 28 vote
.
.
.
.
.
Selamat Membaca😊
.
.
.
.
.Jin membuka matanya yang masih buram, mengamati posisi tidurnya saat ini. Tubuhnya melengkung di sekitar Jimin, dan lengannya berada di sekitar sang adik seperti bantal.
"Jimin, kurasa ini waktunya bangun," bisiknya ke telinga adik laki-lakinya.
Adiknya tidak merespon dan jantung Jin mulai berdegup kencang.
Perlahan, ia mendudukkan tubuhnya lalu meletakkan telinganya di dada Jimin, menunggu detak jantungnya.
Tidak terdengar satu pun.
Jin kembali tergugu dalam tangis dan dengan lembut meletakkan tubuh Jimin ke posisi berbaring, menarik selimut sampai ke lehernya. Dia sedingin es, wajahnya lebih pucat dari biasanya, tapi dia terlihat sangat damai. Matanya tertutup, seolah sedang tidur.
Jin berbalik dan mulai berjalan ke dapur di mana para member sedang bersenda gurau membahas comeback baru mereka. Ketika mereka melihatnya dengan mata berkaca-kaca, seketika ruangan menjadi hening.
"Jin-hyung?" Jungkook bertanya saat Jin berhenti di depan mereka, menatap lantai. "Ada apa?"
Jin terdiam, membuat ketegangan semakin meningkat. Taehyung, entah kenapa, air matanya ikut menetes, membuat penglihatannya memburam.
"Hyung ... dimana Jimin?"
Jin perlahan mendongak dari menatap lantai, menengok lurus ke arah Namjoon.
"Hubungi rumah sakit!"
Kata-kata itu seperti alarm bagi Taehyung membuatnya berlari ke kamar Jin, melewati hyung tertuanya yang mulai menangis.
Ada sebuah ratapan di benaknya, seperti sirene, seolah-olah itu adalah peringatan untuk tidak memasuki kamar. Tapi, dia melakukannya.
"Jiminie !!!" Taehyung berteriak tetapi yang ia temukan hanyalah tubuh sahabatnya terbenam di bawah selimut, tidak bergerak dan tidak merespon. Dia terhuyung ke arahnya dan jatuh berlutut di tepi tempat tidur. Perlahan-lahan, Taehyung memegang tangan Jimin, dan meletakkannya di pipinya.
"Kau sangat dingin ..." bisik Taehyung, tangisnya membuat tubuhnya lemas. "Jin-hyung pasti lupa mematikan AC-nya ..."
Taehyung membenamkan wajahnya di jemarinya yang bertautan dengan milik Jimin dan mengeluarkan teriakan penuh duka yang terdengar oleh anggota lain.
Tangis Jungkook langsung pecah ... hampir roboh jika saja Yoongi tidak menangkapnya dalam pelukannya.
Namjoon meletakkan tangannya di bahu Hoseok saat pemuda seumurannya itu menangis di pundak Jin. Hoseok tergugu dan bibirnya bergetar seperti daun yang tertiup angin.
"N-Namjoon" Jin mengeratkkan giginya berusaha untuk tetap kuat. "H-hubungi rumah sakit!"
Namjoon mengangguk dan mengeluarkan ponselnya, menghubungi nomor yang salah berkali-kali karena tangannya yang bergetar hebat.
Taehyung masih menangis, berteriak agar Jimin bangun. Semua orang tahu bahwa bagaimanapun mereka mencintai Jimin, Taehyung adalah orang yang menyayanginya sama seperti Jin menyayangi adiknya. Dia menganggap Jimin bukan sekedar teman, tapi seperti saudara kandungnya.
Jin mengambil ponsel dari sakunya, lalu meletakkannya ke telinga dan menunggu jawaban.
"Halo?"
Jin menelan ludah dan berusaha agar suaranya tidak bergetar.
"Eomma ... Jimin telah pergi"
Jin segera menutup telepon sebelum dia bisa mendengar jeritan tangis ibunya melalui speaker ponsel. Dia tidak ingin mendengarnya, setelah semua hal yang dia dan Jimin lalui.
'Pada tanggal 4 Desember, adik laki-laki yang kusayangi telah pergi.'
.
.
.
TBC
.
.
.Bye bye, Chim 😭
Jangan lupa Vote and Comment
See you on the next chapter🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️
Fiksi PenggemarJimin ingin melakukan sesuatu yang ia impikan sebelum waktunya habis. 'Menari' Dan sang kakak dengan senang hati mengajaknya bergabung dengan BTS. Credit to. @skydancer0 as the original author. Start 27-11-2018 End 15-12-2018