Perseverance

3.6K 426 9
                                    

Makasih bwt yg udah vote😊
THANKS FOR SILENT READERS

Next chapter diupload kalo viewer chapter ini udah ada minimal 7
.
.
.
Selamat Membaca 😄
.
.
.

Jin sedang keluar untuk membeli bahan makanan malam itu (karena entah bagaimana Namjoon memecahkan setoples selai dan setoples kue buatan Jin). Malam belum terlalu larut, dan kebanyakan orang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Jimin berbaring di sofa panjang saat dia melihat Jungkook dan Taehyung bermain game. Menurut mereka, game itu tentang menembak sekelompok zombie. Jimin pernah mendengar permainan itu sebelumnya, mungkin karena dulu Taehyung pernah memberitahunya selama tahun-tahun sekolah menengah mereka.

"Bagaimana kau bisa melihat musuhmu padahal terus bersembunyi?" Jimin bertanya, sembari menarik selimut yang disiapkan Jin sampai ke lehernya.

Mulai kedinginan.

"Aku tidak tahu," sahut Taehyung. "Insting pemburu, kurasa."

"Bahkan gadis kecil itu?" Jimin tertawa menunjuk tokoh lain dalam permainan sahabatnya.

Ibu Jimin telah membatasinya dan kakaknya dari bermain game seperti itu agar mereka belajar dengan keras untuk ujian mereka. Meskipun, pada kenyataanya Jin dan Jimin telah melampaui harapan mereka.

Jimin masih merasa bahwa berada di Bangtan dorm adalah sebuah keberuntungan yang ia dapatkan setelah bertahun-tahun diabaikan.

Meski begitu, pasti selalu ada satu hal yang tidak bisa ia hindari, termasuk hal yang telah menghancurkan hidupnya selama bertahun-tahun dan tahun-tahun mendatang.

Jimin menahan erangan saat tiba-tiba ia merasakan sensasi terbakar di dadanya. Perlahan-lahan, dia menarik kakinya dan mencengkeram dadanya.

Ia sering mengalaminya, tetapi dia tidak pernah bisa terbiasa dengan hal itu. Tiap serangan itu terjadi, gelombang kepanikan selalu hinggap ke dalam pikirannya. Punggungnya terasa tidak nyaman, Jimin semakin menekuk kakinya membuat tubuhnya membulat seperti bola.

"Aww" Taehyung mendesis ketika lutut Jimin menabrak kepalanya. "Jimin-ah, Apa kau senga-"

Taehyung menoleh, melihat Jimin tampak kesakitan. Berusaha menahan erangan.

"Jimin, apa kau ... Ya Tuhan" Taehyung menjatuhkan controller-nya lalu membantu mendudukkan tubuh Jimin. Jimin terengah-engah membungkuk sampai lututnya menyentuh dada.

"Hyung! HYUNG !!!" Jungkook berteriak putus asa. Tak lama kemudian kakak-kakaknya berlari mendekat. Yoongi tampak baru bangun tidur tetapi matanya melebar penuh kecemasan begitu tahu apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi? Apa-" Namjoon berhenti sejenak saat melihat Jimin. Dia merasakan paru-parunya berhenti berkontraksi, padahal Jiminlah yang sedang berjuang untuk bernafas. Dia bergegas dan mencoba untuk membuat Jimin duduk tegak. Bocah itu berkeringat, bibirnya bergetar dengan mata tertutup, berjuang melawan rasa sakit sekeras yang dia bisa.

"JIN-HYUNG !!!" Yoongi menelepon Jin menggunakan ponselnya. "Jimin tak bisa bernafas dan dia tampaknya kesakitan. Apakah ini serangan?"

"Jangan panik. Kalau hyung panik, aku juga ikut panik"

"Ya? Apa?".

Yoongi berlari ke kamar tidur Jin, mengambil kotak putih dan membukanya. Ada banyak obat-obatan di dalamnya. Yoongi membawa semuanya ke tempat para member mencoba menenangkan Jimin yang mulai membungkukkan badannya lagi.

"Yang mana?!!" Yoongi bertanya melalui telepon ketika dia mencari-cari obat yang tepat.

"Aku tidak tahu seperti apa rupanya! Aku hanya tahu parasetamol!"

Mendengar itu, Jimin memaksa dirinya untuk membuka mata. Disela-sela rasa sakitnya, dia menunjuk sebuah kotak. Yoongi menyentuh kotak itu dan Jimin mengangguk. Napasnya semakin memberat.

Hoseok berlari mengambil segelas air dan membantu Jimin meminum obatnya. Taehyung menahan Jimin dalam pelukannya, menempelkan kepala bocah itu di dadanya. Beberapa menit kemudian, nafasnya kembali teratur

"Mianhae ... (maaf)" Jimin berbisik pelan sebelum tertidur. Jungkook dengan lembut menyeka keringat di dahi Jimin.

"Hyung, apakah hyung benar-benar berpikir dia bisa menari?" Jungkook bertanya pada hyung-nya. "Jika kondisinya seperti ini."

Namjoon menggelengkan kepalanya. "Aku juga tidak tahu, Kookie".

.
.
.

TBC
.
.
.

See you on the next chapt. 🤗

LAST DANCE (Fanfic Terjemah) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang