HAI... YUK MAMPIR KECERITAKU YANG BARU. SEMOGA SUKA YA...
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN KOMENNYA. BIAR AKU LEBIH SYEMANGAT.... THANK U.
.
.
."BISIKAN"
🍃🍃🍃
Ivan Sastra Wiguna adalah anak tunggal dari keluarga Wiguna, ayahnya bernama Steven Wiguna dan ibunya adalah bernama Rianti Sastra Wiguna. Setelah ibunya meninggal, Ivan hidup bersama ayahnya. Sosok orang tua tunggal yang merawatnya hingga dia dewasa. Melihat ayahnya yang terkadang kelelahan mangurus berbagai macam kebutuhannya dan mengurus urusan rumah tangga terkadang mambuat sang ayah ingin menikah lagi.
"Nak, jika kau mengijinkan ayah ingin menikah lagi," ujar Steven.
"Kalau ayah sudah memiliki calon yang pas dan tepat untuk ayah, aku mengijinkan," ujar Ivan.
"Ayah sudah memiliki calon istri yang baik dan cocok sebagai ibumu nak, dia juga memiliki anak laki-laki umurnya 2 tahun lebih tua darimu." ujar Steven menjelaskan.
"Hmmmmppp... Jika itu pilihan ayah, ya sudah aku sebagai anak hanya bisa mendukung ayah." ujar Ivan sedikt acuh.
"Kalau begitu nanti malam datanglah ke Cafe tempat biasa kita makan nak, kita makan malam disana. Ayah akan memperkenalkannya padamu nanti," ujar Steven sambil membujuk anaknya itu.
"Iya ayah, kalau begitu aku pergi kuliah dulu." ujar Ivan sambil berlalu meninggalkan ayahnya.
Mereka kini selesai bersarapan, Ivan dan Steven sama-sama pergi meninggalkan rumah ketempat tujuan mereka masing-masing. Jujur saja Ivan terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya, tetapi kekayaannya itu tidak pernah Ivan tampakkan. Ivan lebih memilih naik angkutan umum ketimbang naik mobil pribadi miliknya. Untuk biaya kuliahnya sendiri dia mendapat beasiswa dari kampusnya. Ivan tergolong anak yang cerdas, di usianya yang masih enam belas tahun dia sudah memasuki semester empat.
"Ivan, kau kemarin tidak masuk kuliah kemana?" ujar salah satu sahabatnya yang bernama Johan secara tiba-tiba.
"Eh kau ngagetin aku aja. Iya aku gak enak badan kemarin, jadi aku izin dulu." ujar Ivan.
"Oooh, ya sudah kita masuk yuk. Bentar lagi mata pelajaran guru killer itu." ujar Johan.
Ivan hanya mengangguk, sementara Johan menyadari ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini. Mereka akhirnya sampai di kelas, tapi sebelum masuk kedalam kelas, Ivan di ganggu oleh seniornya yang bernama Alan. Alan adalah senior yang kerap kali mengganggu Ivan dan Johan, bukan tanpa sebab anak Cupu dan kutu buku seperti Ivan dan Johan selalu mendapat perilaku bullying. Tapi kali ini Ivan tidak menghiraukan gangguan setan-setan itu, eh seniornya itu.
"Ivan, kau tidak apa-apa kan?" ujar Johan sedikit khawatir.
"Aku tidak apa-apa kok Jo," ujar Ivan menyembunyikan pikiranyanya yang kacau.
"Tidak apa-apa, kok kamu aneh sejak datang tadi?" ujar Johan penuh selidik.
"Aku lagi males aja Jo, ayahku mau menikah lagi." ucapan Ivan terdengar sedikit sedih kali ini.
"Bagus dong Van. Lagian aku juga kasian lihat om Steven ngurisin kau sendirian, ngurus rumah tangga dan lainnya. Kalau punya istri lagi kan enak ada yang ngurusin." ujar Johan mencoba menjelaskan.
"Iya sih. Tapi entahlah, firasat dan hatiku mengatakan lain." ujar Ivan.
Mereka terus berjalan sambil mengobrol ini dan itu. Mereka telah sampai di depan kelas mereka, saat mereka mau masuk kekelas, Ivan menyadari ada sesuatu yang aneh di atas pintu. Ivan menarik Johan agar tidak menyentuh pintu itu, lalu terlihat seorang dosen yang buru-buru mau masuk kekelas itu.
BYUUUUUUUUURRRRRRRR
Siraman air menyiram sang dosen yang terkenal killer itu. Semua murid terperangah saat tujuan jebakan itu salah alamat. Ivan membantu bu Clara, sementara bu Clara sudah kesal, auranya berubah menjadi gelap, matanya berkilat-kilat seolah siap meledak kapan saja.
"Siapa yang berani melakukan ini, hah?" ujar bu Clara. Semua murid terdiam dan tidak ada yang menjawab.
"Baiklah kalau tidak ada yang mengaku, satu kelas ini akan saya hukum. Dan hukumannya membersihkan seluruh kampus selama 1 bulan!" ujar bu Clara.
"Stella dan Hendra bu yang ngelakuin," ujar salah satu murid.
"Enggak kok bu, dia fitnah." bela si Stella.
"Bener bu, mereka berdua mau ngejebak si Ivan, tapi yang kena malah bu Clara." ujar salah satu murid lagi.
"Oooh jadi kalian berdua? Pergi dan bersihkan seluruh toilet. Dan setelah pulang kuliah, bersihkan kampus ini. Dan nilai kalian saya kurangin di mata pelajaran saya!" ujar bu Clara yang sudah naik pitam. Bu Clara menghukum Stella dan Hendra, mereka kesal dengan Ivan dan Johan.
"Awas kalian, ini belum seberapa." ujar Hendra mengancam. Johan yang mendengar itu langsung bergidik ngeri. Ivan yang mendengarnya sedikit kesal, jarinya bergerak memutar.
BYUUUUUUUUURRRRR
Air dari selokan menyiram Hendra dan Stella. Semua murid yang melihat itu tertawa terbahak-bahak. Stella dan Hendra kaget, siapa yang melakukannya? Pikir mereka. Ivan sendiri terkejut bagaimana dia bisa melakukannya? Johan menepuk bahu Ivan, Ivan terkesiap dan mereka pun masuk kedalam kelas. Semua murid menatap mereka penuh cemooh. Mereka melanjutkan pelajaran yang tertunda akibat ulah Stella dan Hendra. Mata pelajaran itupun selesai, Ivan dan Johan buru-buru pulang.
Mereka sudah was-was takut kalau para senior mengerjai mereka lagi. Mereka kini akhirnya keluar dari gerbang kampus, tetapi saat hendak melanjutkan perjalanan mereka Stella, Hendra, dan Bram sudah menghalangi jalan mereka.
"Mmmaaau apa kalian?" ujar Johan tergagap.
"Ciiiih, masih berani bertanya? Kami mendapat hukuman gara-gara kalian!" ujar Hendra ngegas.
"Yang di hukum kalian berdua, aku tidak. Aku hanya membantu," ujar Bram membela diri.
Ivan menarik tangan Johan untuk berlari menjauh dari mereka. Mereka berhasil kabur sementara Stella, Hendra, dan Bram terperangah melihat Ivan berlari secepat itu.....
Bersambung....
Jaaaaaaaah maaf yak ceritanya gaje... Huhuhuhu
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL]-THE MANSION VANHOLTEN (End)
Mystery / ThrillerIvan Sastra Wiguna adalah mahasiswa fakultas Ekonomi yang terjebak dalam situasi yang sulit. Sejak dia pindah ke Paris pasca meninggalnya kedua orang tuanya. Kehidupannya hancur, kondisi Ekonomi yang semakin sulit membuatnya rela melakukan pekerjaan...