Bab 18

1.7K 140 26
                                    


Kematian yang mengerikan semuanya begitu dekat dan nyata di hadapannya.

🌻🌻🌻

Satu minggu berlalu sejak kematian Carlota. Tapi Ivan tidak bisa berhenti memikirkannya. Setiap kali memejamkan mata, ia melihat tubuh Carlota yabg hancur berantakan.

"Kau suka?" tanya Natalia.

Ivan memaksakan senyuman. Dienyahkannya pikiran itu dari benaknya. Ia berputar didepan cermin untuk mengagumi Tuxedo putih pemberian Natalia. Ini benar-benar Tuxedo paling bagus yang pernah dia kenakan, Tapi dalam hati dia masih was-was dirinya takkan bisa melebur dalam pesta malam ini. Dipandangnya bayangan majikannya didalam cermin. Natalia duduk diatas tempat tidur, Redrigos dan Anna disisi kanan kirinya.

"Aku sangat menyukainya, terimakasih, nyonya." Ujar Ivan.

"Kalau saja aku ikut kepesta dansa panen," ujar Redrigos. "Aku akan mengenakan Tuxedo biru." disibakkannya rambutnya yang ikal pirang. "Dan aku akan berdansa sepanjang malam bersama Antonio, oops,"

"Dia terlalu tua untukmu," gumam Anna.

"Cukup, Anna," tukas Natalia tajam.

'Dia tidak terlalu tua untukku,' pikir Ivan. Dia berharap Antonio hadir di pesta dansa malam ini. Dia merasa terhanyut oleh pemuda itu. Meskipun Natalia telah mengingatkannya, meskipun suasana hati Antonio sering jelek, Ivan ingin bertemu dengannya lagi. Dan ingin bertanya padanya apa sebenarnya yang dimaksud waktu itu kalau kematian Carlota tidak kecelakaan. Seharusnya dia menanyakan langsung saat itu. Tapi ketika itu ia tak bisa bicara saking syok nya, dan Antonio telah pergi sebelum pikiran Ivan bekerja lagi.

Mungkin maksudnya Carlota telah melompat dengan sukarela? Tapi Carlota takkan pernah mau bunuh diri. Ia terlalu gembira, terlalu hidup. Anna mendekati Ivan dari belakang.

"Aku ingin kau meminjam gelang keberuntungan ku," ia berkata. Diulurkannya gelang perak itu.

Leher Ivan tercekat. Anna berusaha begitu keras agar disukai. "Terimakasih, Anna. Kau baik sekali."

Anna nyaris tersenyum.

"Kau tak mau meminjamiku gelang konyol itu?" gerutu Redrigos. Ivan melihat Natalia sama sekali tidak menegur Redrigos seperti yang tadi dilakukannya terhadap Anna.

"Ivan, kenapa kau tidak duduk dimeja rias sebentar?" natalia berkata. "Aku akan menata rambutmu agar lebih rapih,"

Ivan menurut. Di perhatikannya Natalia dalam cermin saat wanita itu menata rambutnya yang berwarna cokelat keemasan.

"Aku juga mau!" seru Redrigos.

"Sayang, kau kan tidak kemana-mana. Suatu saat ibu akan menata rambutmu." ujar Natalia.

"Tapi aku ingin terlihat tampan malam ini," Redrigos bersikeras. "Aku ingin terlihat tampan seperti Ivan!"

"Kau memang setampan Ivan," ujar Natalia. "Mungkin malah lebih tampan lagi," ia menambahkan dengan senyuman.

~•~•~•~

Ivan berdiri bersama Natalia, memperhatikan orang-orang yang tampan dan cantik memenuhi ruang dansa. Ruangan itu sangat megah. Tiga kandelar raksasa berkilauan bersimbah cahaya. Cahaya lilin di pantulkan beberapa kali pada diding yang tertutup cermin. Sebuah para-para yang terdiri atas ribuan mawar berdiri di belakang meja hidangan. Ivan mengedarkan pandangan memperhatikan gadis-gadis dan pemuda lain yang terlihat tampan dan anggun. Ia merasa asing, bahkan kalaupun seseorang mengajaknya berdansa, ia mungkin akan tersandung kakinya sendiri.

[BL]-THE MANSION VANHOLTEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang