Bab 08

3.2K 277 39
                                    


"Love is not requested, but the love that comes naturally to every heart without asking for a reply."

💋💋💋💋

Sandiego, Ariella, Johan, dan Ivan kini tengah menikmati hidangan makan malam mereka. Johan sedari tadi hanya melihat Ivan yang merasa gusar dan khawatir, hingga suara Sandiego tiba-tiba memecahkan keheningan.

"Nak, apa yang kau pikirkan? Makan dulu, jangan sampai kau sakit. Jika ayahmu melihatnya pasti dia akan marah padamu," ujar Sandiego kepada Ivan.

"Maaf paman, aku hanya sedang memikirkan bagaimana caranya agar dia tidak menemukanku, itu saja." balas Ivan kepada Sandiego.

"Apa ayahmu pernah melarangmu untuk mempergunakan kekuatan yang ada dalam dirimu?" ujar Sandiego lagi.

"Iya, ayahku pernah melarangnya. Karena apa yang aku miliki, sama seperti dengan milik Fallemord." Jawavan Ivan sontak membuat Ariella kaget.

"Itu berarti kau sangat kuat dan kau juga dalam bahaya. Nak kau harus berhati-hati," ujar Ariella menimpali.

"Iya bibik, aku akan hati-hati. Ya sudah kalau begitu mari makan dulu," ujar Ivan sambil tersenyum pahit.

Mereka semua pun melanjutkan aktifitas makannya, Ivan berpamitan untuk kekamar dan ingin mempersiapkan berkas lamaran pekerjaan untuk dia antar besok. Johan mengikuti Ivan kedalam kamar, tapi Ivan merasa risih dengan kedatangannya.

"Kenapa kau mengikutiku? Sana tidur sudah malam!" ujar Ivan kepada Johan.

"Mmmpp, ini kan kamarku. Wajar kalau aku kemari, aaaah senangnya aku satu kasur dengan mu," ujar Johan sekenanya.

BUUUUUUUUUKKKK

Sebuah buku tebal mendarat di dada Johan, Johan hanya meringis kesakitan dan sambil mengusap dadanya yang sakit.

"Kenapa kau kasar sekali, aduh dadaku. Uhuk uhuk," ujar Johan sambil pura-pura batuk. Ivan merasa khawatir dan menghampirinya.

"Kau tidak apa-apa? Aku minta maaf," ujar Ivan.

"Tidak apa-apa bagaimana ha? Sakit tau, uhuk uhuk," ujar Johan lagi.

"Dimana yang sakit, aku minta maaf." ujar Ivan.

"Disini, itu yang sakit..." ujar Johan sambil membimbing tangan Ivan ke dadanya. Ivan pun mengelus dada Johan, Johan tersenyum kecil merasa puas dengan kejahilannya. Sementara Ivan hanya berusaha mengurangi rasa sakit itu.

"Apa sudah mendingan?" ujar Ivan. Tanpa menjawab, Johan menarik Ivan kedalam pelukannya dengan kuat dan kasar, mau tidak mau Ivan langsung terjerembab kedalam pelukan Johan.

"Apa yang kau lakukan ha? Ah kau ini!" ujar Ivan kesal.

"Sssssttt, tetaplah seperti ini, jangan bergerak. Dengan begitu rasa sakitnya akan berkurang," ujar Johan. Ivan mengangguk, dia merasa wajahnya memanas, jika di lihat wajahnya sudah merah padam seperti tomat.

Bukannya beranjak dari sana, Ivan justru malah merasa nyaman dan tidak tau malah tertidur didada Johan. Johan merasa senang dan sangat gembira, hatinya bahkan mengatakan dia tidak ingin tertidur sampai Ivan terbangun. Tapi tidak berapa lama Ivan terbangun dan menyadari kalau dirinya tengah tertidur didalam pelukan Johan. Ivan bangkit dan melihat Johan masih tertidur, Ivan kembali duduk dimeja untuk melanjutkan menyiapkan berkas lamaran kerja itu. Ivan akhirnya selesai dan diapun segera tidur kembli tetapi tidak dalam pelukan Johan lagi.

Pagi menjelang meski matahari masih malu-malu menunjukan sinarnya. Ivan sudah terbangun lebih dulu, beruntung masa kuliah yang dia hadapi saat ini sudah selesai, lulus S1 Ivan berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang pas untuknya. Sebenarnya Ivan bukanlah orang yang pilih-pilih pekerjaan, jika harus menjadi OB sekalipun dia masih terima. Lulus di kurun waktu yang tergolong cepat membuatnya senang, meski usianya sudah 25 tahun, tapi Ivan masih belum berani menggunakan fasilitas atau warisan yang alm ayahnya berikan. Dia takut akan tumbuh menjadi anak manja, dan dia hanya akan menggunakan semua itu saat dirinya benar-benar terdesak saja.

[BL]-THE MANSION VANHOLTEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang