Hai, jangan lupa dukung aku terus dengan Vote dan komennya kalian ya...
Happy reading guys....
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Natalia dan Ivan kini sampai di sebuah Mansion yang sangat besar dan mewah. Semua tamu undangan sepertinya sudah sampai disana, mereka turun dari mobil dan masuk kedalam Mansion itu. Ada seseorang yang memanggilnya dari kejauhan, Natalia dan Ivan menoleh. Dilihatnya keluarga Martines juga hadir disana.
"Ivan, kau juga hadir di undangan ini?" ujar Sandiego Martines.
"Ayah, iya aku bersama majikanku. Nyonya ini adalah tuan Sandiego Martines," ujar Ivan sambil mengenalkan Sandiego dan Ariella.
"Halo, Senang bisa bertemu dengan anda. Ivan jika kau masih ingin mengobrol dengan mereka silahkan, aku akan menunggumu didalam," ujar Natalia.
"Baik nyonya..." ujar Ivan.
"Nak, kenapa kau tidak bilang kalau kau bekerja dengannya? Kalau aku tau kau bekerja dengannya aku tidak akan mengijinkanmu," ujar Ariella.
"Tapi kenapa begitu bu? Ny. Natalia orang yang baik," balas Ivan sedikit heran.
"Kenapa kau bodoh sekali, aku pikir kau bisa tau kalau dia orang jahat, dia bahkan bersekutu dengan iblis untuk mencari kekayaan yang dia miliki saat ini," ujar Johan tiba-tiba.
"Aku tau, tapi selama ini aku baik-baik saja kok. Ya sudah lebih baik kita masuk dulu sekarang. Aku merindukan kalian," ujar Ivan.
Mereka akhirnya masuk kedalam Mansion itu, Ivan berpisah dengan keluarga Martines dan menghampiri Natalia. Natalia tersenyum kearahnya dan mulai berbicara.
"Kau tau siapa orang yang berdiri di sebelah pria bertopeng alias tetangga sebelahku itu?" ujar Natalia, Ivan menggeleng tanda tidak tau.
"Dia adalah Adrian Dalemonte, yang sedang berulang tahun hari ini. Kau bisa lihat kalau dia menyukai pria itu? Dia memang seorang tangan di potong. Dan kau lihat siapa yang datang menghampirinya lagi kali ini? Ah percuma aku bertanya padamu, kau juga tidak akan tau dan kenal. Aku akan memberitahumu, dia adalah Caniago Delakontesa, dan yang disebelah sana adalah Renggo Perez." ujar Natalia menjelaskan.
Ivan hanya diam dan mendengarkan kata-kata Natalia. Tiba-tiba suara teriakan terdengar sangat histeris, Terlihat Adrian Dalemonte tengah berlari, bajunya terbakar. Dia berlari dan berteriak histeris, Ivan berusaha menolongnya dan mengatakan agar tidak berlari.
"Jangan berlari, apinya semakin besar jangan berlari..." teriak Ivan, tapi Adrian tidak menghiraukan.
Semua orang sangat ketakutan saat melihat kejadian itu. Adrian terus berlari, api semakin merambat semakin besar, Antonio berlari dan melempar Jasnya yang basah ketubuH Adrian. Api padam, terlihat sosok Adrian yang tadi tampan kini kulitnya melepuh, rambutnya lengket akibat kebakar, wajahnya hancur dan penuh dengan darah. Aroma daging terbakar samgat menyengat di hidung mereka. Acara ulang tahun berubah menjadi acara pemakaman. Ivan bergidig ngeri, air matanya berlinang, terlihat Natalia mendekati jasad Adrian sambil menutupi tubuh Adrian dengan mantelnya, lagi-lagi Ivan melihat Natalia mengeluarkan sapu tangan dan mengusapkan kebagian tubuh Adrian yang berdarah, Natalia melipat sapu tangan itu dan memasukan ke dalam dompet kecil miliknya.
Johan Martines mendekati Ivan, Ivan menoleh dan memeluk tubuh Johan, Johan membawa Ivan keluar dan bertemu dengan Antonio. Ivan melihat Antonio, Antonio mengulurkan tangannya dan ingin membawa Ivan pergi.
"Ayo kita pergi dari sini," ajak Antonio kepada Ivan.
"Kau siapa? Kenapa kau mengajaknya? Dia akan pergi bersamaku," ujar Johan penuh selidik.
"Aku mengenalnya Johan. Kau pergilah bersama ayah dan ibu, aku mohon, aku akan aman bersama Antonio," ujar Ivan menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu. Heh kau, jaga dia jangan sampai dia terluka sedikitpun," ujar Johan.
"Kau tidak perlu khawatir," ujar Antonio.
Antonio pergi bersama Ivan, ada rasa khawatir dan cemburu menjadi satu. Ivan lebih memilih pergi bersama laki-laki yang tidak dia kenal. Tetapi Ivan mengenalnya, Antonio membawa Ivan kesuatu tempat yang sangat luar biasa indahnya. Mereka pergi kesebuah padang rumput hijau, pemandangan yang sangat indah, bunga warna warni menghiasi setiap lahan yang terbentang luas disana. Antonio dan Ivan duduk dibawah pohon yang ada di pinggir danau, semilir angin berhembus membuat hati dan pikiran siapa saja akan merasa tenang pada saat itu juga.
"Kau baik-baik saja?" Antonio akhirnya memulai pembicaraan.
"Aku... Aku tidak tau bagaimana kondisiku sekarang, harus baik atau tidak. Kematian dua orang dalam waktu dekat terjadi di depan mataku begitu saja. Pertama tuan Alex, sekarang Adrian Dalemonte. Kejadian kematiam yang sangat tidak wajar dan membuatku pusing, aku takut..." balas Ivan sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jangan takut, aku akan bersamamu!" ujar Antonio sambil mengusap punggung Ivan.
"Aku juga takut kau akan pergi meninghalkanku, seperti ayahku, pengasuhku, dan orang-orang yang aku sayangi," ujar Ivan, ucapannya terdengar sedih dan lirih.
"Aku tidak akan meninggalkanmu," ujar Antonio sambil mengangkat dagu Ivan dan mereka saling menatap.
Air mata Ivan mengalir begitu saja, rasa takut dan kesedihan yang teramat sangat selalu muncul dalam hatinya. Kejadian-kejadia diluar dugaan pun selalu terjadi akhir-akhir ini, awal mulanya sejak dia bertemu dengan Fallemord. Antonio mengusap air mata Ivan dan memeluknya, Ivan merasakan nyaman berada di peluka. Antonio, aroma parfum yang khas tercium jelas di hidung Ivan, membuatnya semakin nyaman saja.
Mereka masih menikmati pemandangan yang indah itu. Ivan malah tertidur di pangkuan Antonio, Antonio tersenyum saat melihat Ivan tengah asik tertidur di pangkuannya, dia mengusap kepala Ivan. Tanpa disadari Antonio mengangkat kepala Ivan dan dia mencium bibir Ivan. Antonio meletakkan kembali kepala Ivan di pangkuannya pelan-pelan. Antonio juga memejamkan matanya, tubuhnya disandarkan di batang pohon itu. Ivan membuka matanya, dia melihat keatas dan dilihatnta Antonio sedang memejamkan matanya.
"Kenapa kau bangun? Tidurlah aku akan menjagamu," ujar Antonio, seketika wajah Ivan bersemu merah.
"Aku... Engh, ini sudah jam berapa?" ujar Ivan mengalihkan.
"Masih jam 2 siang, tidurlah lagi, aku melihatmu sangat kelelahan. Kau seperti habis bekerja sangat berat," ujar Antonio.
"Akhir-akhir ini aku bekerja sangat banyak, sampai-sampai aku tidak memikirkan untuk beristirahat," ujar Ivan sambil membenarkan posisi duduknya.
Antonio membentang Jasnya, dia membaringkan tubuhnya disana. Dibawah pohon sambil menikmati semilirnya angin, Antonio menarik tangan Ivan dan membimbingnya untuk tidur disebelahnya. Ivan menempatkan kepalanya dan berbantal lengan milih Antonio, wajah Ivan bersemu merah, dia langsung membenamkan wajahnya di dada Antonio. Antonio tersenyum manis saat melihat wajah Ivan yang bersemu merah.
Antonio memeluk tubuh Ivan yang sedikit lebih kecil darinya, merasa nyaman dan hangat, itulah yang dia rasakam saat ini. Ivan menggeliat dan duduk di sebelah tubuh Antonio, dia mengusap surai hitam milik Antonio, Antino tertidur, dia mengangkat kepala Antonio pelan dan meletakan diatas pahanya....
Bersambung....
Hai jangan lupa Vote dan komennya ya....
Spam next kuy......
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL]-THE MANSION VANHOLTEN (End)
Misterio / SuspensoIvan Sastra Wiguna adalah mahasiswa fakultas Ekonomi yang terjebak dalam situasi yang sulit. Sejak dia pindah ke Paris pasca meninggalnya kedua orang tuanya. Kehidupannya hancur, kondisi Ekonomi yang semakin sulit membuatnya rela melakukan pekerjaan...