"Capek, ya, Tuhan. Tiap hari aja ada kasus meninggal."Alen terkejut begitu mendapati seorang dokter residen tengah melepas jas praktiknya dan menaruhnya ke meja sambil mendesah keras. Ia dan salah satu temannya, Miko, saling pandang.
"Kenapa, dok?" tanya Alen setelah dikode Miko.
Lelaki yang menggunakan kacamata itu barusan, mengode Alen untuk bertanya tentang problema yang dialami oleh dokter Haikal. Dokter residen yang bergabung dengan mereka di kantin rumah sakit. Untungnya kantin rumah sakit sedang sepi sehingga dokter Haikal tidak akan mengganggu yang lain.
"Orang-orang di luar sana sedang bodoh apa gimana, ya? Mau banget gitu mati muda. Kalau saya, mah, gak mau kali. Udah tau kita itu diatur soulmate relation ga bisa seenaknya ngelawan hukum alam. Apa sulitnya, sih, nerima soulmate? Padahal mereka udah tau konsekuensinya!" dokter Haikal curhat sambil memijat dahinya yang pening.
Alen dan Miko saling pandang kembali.
Dokter Haikal yang mereka tahu merupakan seorang dokter residen untuk program Neurologi. Namun, terkadang dokter tampan ini melipir ke IGD dan menangani beberapa pasien yang masuk gedung itu. Kebanyakan pasiennya sudah tidak bernyawa lagi. Yah, akhir-akhir ini banyak orang meninggal dunia.
"Udah, dok. Mungkin emang jalan mereka." sahut Miko, menanangkan seniornya.
Alen hanya memandang dokter seniornya sembari mengonsumsi risoles miliknya. Bukannya Alen tidak peduli. Ia sedang lapar dan harus memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu.
Omong-omong, di dunia ini memang mengenal sistem soulmate relation. Yang intinya, apabila kamu sudah bertemu dengan soulmatemu, maka kamu harus segera bersamanya. Susah senang. Mau tidak mau. Harus. Kalau tidak, nyawa taruhannya. Apabila satu menolak, maka yang lain kena imbasnya. Terlebih kepada yang ditolak oleh pasangannya sendiri.
"Memang berapa banyak korbannya kali ini, dok?" tanya Alen usai menelan risoles buatan mamanya.
Dokter Haikal menghela napasnya sejenak. "Ada empat orang hari ini."
"Pasangan soulmate?" tanya Alen kembali. Dokter Haikal hanya menjawabnya dengan dehaman.
"Mungkin mereka bertemu dalam kondisi yang ga memungkinkan. Yah—mungkin seperti mereka ketemu di saat salah satunya punya pasangan." sahut Miko, memberi pendapat.
"Miris sekali mereka. Saya saja sampai sekarang belum ketemu soulmate," ujar dokter Haikal.
Alen mengangguk. "Apalagi saya, dok. Belum juga. Tapi kalau Miko sudah,"
Miko yang namanya disebut, langsung mendelik ke arah Alen. Temannya yang bersurai hitam itu tengah mengejeknya melalui tatapan. Andaikan sekarang tidak ada dokter Haikal, pasti Miko akan memukul kepala Alen dengan sendok makannya. Buka kartu, sih. Miko kan tidak mau orang-orang tahu dirinya sudah bertemu dengan soulmatenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 : 11 pm ✖ Lee Felix
FanfictionApakah kamu tau, pada jam 11:11 malam aku berdoa. Aku berdoa pada Tuhan agar kamu mau menjadi belahan jiwaku. 11:11 new revision AU Semi Baku