Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
18 days left
"Kondisi Aiko masih sama. Ia belum keluar dari masa kritisnya,"
Mendengar ucapan tentang kondisi Aiko dari Rama, Hanbin hanya terdiam. Tubuhnya sudah lelah untuk sekadar merespons. Selain karena terjaga semalaman suntuk—turut memantau kondisi Aiko—rasa takut terus menggerogoti dirinya. Sama sekali tidak memberinya celah untuk bernapas, bahkan untuk memejamkan mata sekalipun. Alhasil, kondisi Hanbin pagi ini turut memprihatinkan.
"Tapi Aiko pasti akan segera sadar," Rama kembali bersuara. Ia turut menatap Hanbin yang duduk di sebelahnya. Miris ia rasakan begitu lagi-lagi mendapati kondisi Hanbin seperti enam belas tahun silam.
"Aku enggak tau lagi jika Aiko pergi, Ram. Dia...dia satu-satunya hal yang kupunya dari Diana," ucap Hanbin dengan lirih. Sedetik berselang, kedua matanya kembali berair. Pun tak butuh waktu lama genangan air matanya pecah dan jatuh membelah kedua pipinya yang tirus.
Dengan cepat, Hanbin menghapus air matanya dengan lengan kemeja yang ia pakai semalam.
"Aiko kuat, Han. Dia pasti bertahan. Percayalah,"
Hanbin ingin mempercayainya, namun ketakutan dalam diri tidak membiarkannya untuk itu. Ia takut Aiko akan menyusul Diana, mendiang istrinya. Bisa saja, Aiko tidak sanggup bertahan dan lebih memilih untuk pergi sebagaimana Diana.
Kilas balik kejadian enam belas tahun silam, saat kejadian kecelakaan mengerikan itu. Saat itu, Diana pergi dengan Aiko kecil untuk berwisata. Tentunya tanpa Hanbin karena ia sibuk dengan pekerjaannya. Di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi ditabrak oleh truk yang mengangkut kayu. Selain ditabrak oleh truk, mobil mereka juga menabrak pembatas jalan. Saking parahnya kecelakaan itu, supir keluarga Hanbin terhimpit bagian depan mobil. Sementara Diana terpental keluar mobil dan Aiko kecil tergeletak di bawah kursi dengan tubuh bersimbah darah dan penuh serpihan kaca.
Saat dievakuasi, kondisi Diana tidak separah Aiko kecil dan si supir. Namun, Diana tidak bisa bertahan. Ia mengembuskan napas terakhirnya di meja operasi. Sementara Aiko kecil, ia koma selama setengah bulan dan kehilangan indra pendengaran serta cedera pita suara. Serpihan-serpihan kaca mobil yang mencederai telinga beserta pita suaranya. Selain itu, benturan keras di kepalanya membuat Aiko mengalami gegar otak. Lantas sang supir, ia turut menyusul Diana beberapa hari setelahnya. Adanya komplikasi, mempercepat kematiannya.
Karena kecelakaan tragis itu, Hanbin mengalami depresi. Setiap hari ia menangis karena kehilangan istri tercintanya dan Aiko yang tidak kunjung tersadar. Tak hanya itu, ia juga menyalahkan dirinya sendiri hingga tidak mau makan, bahkan beristirahat. Keluarga Ayush dan Rama—yang paling dekat dengan Hanbin—ikut frustrasi dengan kondisi Hanbin. Mereka membantu merawat Hanbin beserta Aiko setiap hari hingga keduanya sembuh.