Matahari bersinar begitu terik siang ini, menyebabkan lingkungan terasa begitu panas. Tidak hanya sinar matahari, asap kendaraan pun turut serta membuat lingkungan dan udara menjadi panas. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat Aiko untuk berkunjung ke rumah sakit. Ia dengan motornya, membelah jalanan menuju tempat Alen menjalani keprofesiannya. Walau panas begini, ia teruskan demi mendapatkan penjelasan dari lelaki itu.
Beberapa saat melaju di jalan, Aiko akhirnya tiba di rumah sakit. Gadis itu memarkirkan motornya sebelum menemui Alen. Setelahnya, ia bergegas ke gedung utama. Akan tetapi, ia singgah sejenak di lobi. Berniat menghubungi Alen lebih dulu.
Line
Kak Alen
|kak
|ngobrol sama aku sbntar bisa?
|aku uda di rumah sakitAiko menatap layar ponselnya. Berharap Alen segera membalasnya. Namun, hingga dua puluh menit berlalu, pesan Aiko tidak dibalas oleh lelaki itu. Lagi, Aiko harus menelan kekecewaannya akibat diabaikan Alen. Padahal, sebelum kejadian kemarin, Alen tidak pernah mengabaikannya. Dokter muda itu selalu membalas pesannya. Terlebih sekarang jam makan siang. Harusnya Alen bisa meluangkan waktunya sejenak.
Lama tidak ada balasan dari belahan jiwanya, Aiko memutuskan untuk mencari sendiri keberadaan Alen. Langsung dari lobi, ia masuk lebih dalam ke gedung rumah sakit. Kakinya yang dibungkus rok selutut dengan sepatu hak pendek, melangkah santai di koridor rumah sakit yang sepi. Aiko terus melangkah hingga melihat seorang lelaki berbaju hijau keluar dari sebuah ruangan.
Pemuda itu bukan Alen, tetapi tatapannya tertuju pada Aiko.
Melihat lelaki itu datang ke arahnya dengan tergesa, membuat Aiko berhenti melangkah. Ia pikir, pemuda itu ada perlu dengannya, walau sedikit aneh lantaran Aiko tidak mengenalnya. Benar dugaan gadis cantik itu, sang pemuda berhenti tepat di hadapannya.
"Aiko?" tegur lelaki itu
Aiko menganggukkan kepalanya sekali.
"Dafian," katanya sambil menjulurkan tangan.
Gadis cantik itu menjabat tangan Dafian dengan ragu. Ia meragu gara-gara diajak kenalan oleh orang asing. Meski tidak setampan Alen, tetap saja Aiko ragu. Alhasil, ia melepas jabatan tangannya dengan terburu.
"Saya temannya Alen. Kebetulan ponsel dia ada di saya. Saya mau ketemu kamu terus antarkan kamu ke dia," ucap Dafian. Aiko membulatkan bibirnya.
Aiko lalu memberi isyarat dengan tangan pada Dafian untuk menunggu. Ia mengambil notes dan pena di tasnya. Dengan cepat, ia menulis pertanyaan untuk pemuda di hadapannya. Setelahnya, ia menunjukkan tulisannya pada Dafian.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 : 11 pm ✖ Lee Felix
FanfictionApakah kamu tau, pada jam 11:11 malam aku berdoa. Aku berdoa pada Tuhan agar kamu mau menjadi belahan jiwaku. 11:11 new revision AU Semi Baku