You are Bipolar

158 7 0
                                    

"Namjoon?"

Aku terkejut melihat dia sudah berada dirumah,entah kapan dan bagaimana.

Namjoon duduk di kursi piano sambil meminum wine. Menurutku dia sudah lama berada dirumah menungguku.

"Kau sudah pulang sayang? Kenapa tidak mengabariku" sapa ku.

Namjoon tidak menghiraukanku,dia hanya kembali meneguk anggur itu.

Aku membalikkan badan menuju kamar namun suara Namjoon menghentikanku.

"Bukannya aku yang harusnya bertanya? Apa kau sudah selesai bersenang senangnya?" Pekik Namjoon.

Aku mengerti dengan situasi ini. Dia marah,marah karena aku tidak memberitahunya. Sebenarnya bukan salahku, aku sudah berusaha memberitahunya.

"Aku sudah memberitahumu,tapi kamu tidak bisa dihubungi dan kurasa kamu sedang dala..."

Belum melanjutkan perkataanku, Aku dikejutkan dengan prilaku baru Namjoon. Dia melempar gelas yang berisikan wine ke dinding dibelakangnya. Sontak aku kaget melihat tingkahnya itu, tak sadar air keluar darimataku.

Aku menutup mulutku dan Namjoon pergi entah kemana sempoyongan. Dia sudah minum 2 botol anggur sendirian.

Aku berjalan menuju kamar meninggalkan si mbak dengan napas tersendat sendat, bertanya tanya siapa yang barusan dihadapanku. Dia bukan Namjoon yang ku kenal.

Menidurkan badan dan pikiran adalah salah satu jalan agar aku tenang,sekalian membentengi diri karena aku takut Namjoon masuk ke kamar dan melakukan hal yang tidak kuinginkan.

💜💜💜

Aku terbangun pukul 01.35, namun tak ada Namjoon disampingku. Aku mencari keberadaannya di seluk beluk kamar dan ruang kerjanya yang kebetulan bersebrangan dengan kamar kami namun hasilnya nihil.

Aku memutuskan mengecek Namjoon di bawah. Aku harus menemukannya karena bagaimanapun perlakuannya dia adalah suamiku,suami yang aku cintai.

Aku menemukannya di mini bar rumah dekat dapur. Dia sibuk mengepul asap rokok dengan tatapan kosong,dia juga telah meminum 5 botol wisky dan 6 botol bir terlihat juga banyak batang rokok bekas hisapannya. Melihat keadaan nya yang kacau,aku memutuskan untuk menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan? Aku bisa menjelaskan kesalahanku dan meminta maaf. Tapi tolong jangan sakiti dirimu" rengek aku yang tidak ikut duduk bersamanya.

"Pergilah,aku tidak ingin kau melihatku seperti ini dan aku tidak ingin melihat kau" jawabnya dingin.

Tangan ku bergetar,air mataku kembali menetes aku tak menyangka dengan jawabannya.

"Kau anggap apa aku ini!" Pekik ku.
"Tidak bisakah kita saling...hiks saling terbuka. Apa salahnya kau memberitahuku keluh kesahmu. Apa rokok dan minuman itu istrimu? Apa aku tidak boleh meminta maaf"

Aku tersungkur di lantai sambil menutupi mataku yang manangis seperti anak kecil,berharap Namjoon mau memelukku. Tapi Namjoon menghela nafas beratnya dan berlalu pergi lagi entah kemana. Aku berlari kekamar untuk meluapkan tangisanku.

Namun beberapa menit kemudian Namjoon masuk. Aku duduk membelakanginya sambil menangis tersedu sedu melihat Namjoon menyiksa dirinya perlahan.

Namjoon duduk di sampingku dan menaruh kepalanya dipundakku. Aku tak menghiraukannya bahkan aku membuang muka untuknya.

"Dia menghinaku lagi,dia kembali menghinaku. Wanita sialan itu...menghinaku"

Sadar akan ucapan lirih Namjoon, aku melihat wajahnya yang sudah basah oleh air matanya.

DIMPLES [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang