#4 Kekhawatiran

611 27 0
                                    

Suara ketel air mendidih terdengar dari dapur, Zahira segera mematikan kompor dan mengangkat ketel serta mencampurkan air panas itu ke dalam mangkuk plastik berukuran sedang yang sudah berisi air biasa supaya terasa hangat untuk mengompres Aliza.

Tak butuh waktu lama dia langsung menuju ke kamar gadisnya itu.

Zahira mengompres kening Aliza menggunakan kain tebal yang sudah dibasahi dengan air hangat.

Aliza masih terbaring di tempat tidurnya dengan selimut tebal, suhu tubuhnya panas namun dia masih menggigil, dan bibirnya juga biru.

"Gimana Ummah? Aliza sudah baikan?" Tanya Alishba yang tiba-tiba datang setelah selesai membersihkan dirinya.

"Panasnya masih kak, tadi ummah sudah telvon Abi untuk cepat pulang." Jelas Zahira

"Hariz sudah pulang kak? Tadi ummah terlalu khawatir sama keadaan Za, jadi langsung ummah bawa ke dalam. Sampai lupa dengan Hariz." Lanjut Zahira.

"Sudah ummah, tadi Hariz langsung pamit pulang." Jawab Alishba

"Ya sudah nanti kakak tolong kasih tau Hariz yah, ummah sangat berterima kasih karna sudah bantu antar kalian." Jelas Zahira

"Iya ummah." Jawab Alishba.

Jam sudah menunjuk pukul 16.00 dan hujan sudah mulai berhenti.
Zahira dan Alishba masih terduduk di tempat tidur Aliza untuk menjaganya.

Hari semakin sore, lima belas menit sudah berlalu namun Ali belum juga sampai di rumah. Zahira semakin khawatir, dirumah tidak ada kendaraan selain motor dan sepeda, dengan keadaan seperti ini Aliza tidak mungkin jika harus dibawa ke rumah sakit menggunakan kendaraan itu.

"Kak, Abi belum sampai juga. Keadaan Za juga masih sama, belum ada perubahan. Kamu bisa minta tolong Hariz untuk antar kita ke rumah sakit kak? Ummah makin khawatir sama Za." Jelas Zahira.

Kata-katanya terdengar lemas. Kini dia benar-benar panik, air matanya tak bisa dibendung lagi, tangisnya pecah, Zahira terus berdoa dalam hati supaya gadis kesayangannya itu baik-baik saja.

"Ummah.."

Satu kata terlontar dari mulut gadis yang duduk di samping Zahira, ia memeluk wanita paruh baya itu dan berusaha untuk menenangkannya.

Padahal disisi lain ia juga sangat mengkhawatirkan kembarannya itu, namun dirinya harus tetap terlihat tegar dihadapan Ummah nya, karna hanya ia yang bisa menenangkan Zahira selagi Abi nya tidak ada diantara mereka.

"Al coba telvon Hariz dulu ya Ummah" Jawab Alishba.

Dia segera melepaskan pelukannya dan pergi keluar kamar.

----------

"Hariz~ handphone kamu bunyi tuh di kamar." Ujar seorang wanita yang sedang membawa secangkir teh hangat.

"Oh iya umi. Makasih umi.. Hariz terlalu serius baca buku Al-Fatih sampe nggak kedengeran ada suara telvon." Jawab Hariz sambil tersenyum ke arah wanita yang memanggilnya tadi.

"Ya sudah, cepat angkat telvonnya, siapa tau ada yang penting." Ujar Annisa.

Ia meletakkan secangkir teh itu diatas meja tepat di depan suaminya yang sedang membaca buku juga.

"Iya Umi.. ." Jawab Hariz lembut.

Hariz segera meletakkan buku yang sedang dibacanya dan langsung menuju ke kamarnya.

"Alishba~." Ucap Hariz pelan saat melihat panggilan di layar handphone nya tertera nama Alishba.

"Ass~."

TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang