Bagian Empat

40.7K 2.1K 14
                                    

Pintu terbuka menganggu kesenangan Kanaya menikmati kamar indahnya. kanaya bangun dan melihat ke arah pintu.

"Bapak! Ngapain di sini?" kaget Kanaya.

Radit mengangkat alisnya sebelah lalu mengunci pintu kamar berjalan dengan santai.

"Mau tidurlah ini 'kan, kamar saya." jawab Radit dengan santai

Kanaya bangun dari bobo cantiknya.

"Loh, kata mbok Narty ini kamar gue."

Radit memutar bola matanya malas. Yang benar saja perempuan di hadapannya begitu polos, bukankah pasangan suami istri tidurnya bersama, lantas mengapa Kanaya begitu kaget?

"Ya, ini kamar kita berdua."

Kanaya terbatuk, keselek salivanya sendiri. "Ba--bapak bercanda 'kan? " tanya Kanaya gelagapan

Radit melepas jasnya, menyisakan kaus hitam polos tak menghiraukan ekpresi terkejut Kanaya. Radit  masuk ke kamar mandi membersihkan diri.

Kanaya shock dia bingung apa yang harus ia lakukan, Kanaya berlari kecil menuju pintu hendak membukanya.

"Agh ... Sial! dikunci," gerutunya kesal

Otak Kanaya mulai melayang-layang memikirkan hal-hal aneh. Berdasarkan drama-drama yang dia nonton pasangan yang telah menikah pasti akan langsung melakukan hal yang  ... Kanaya langsung menggeleng berusaha menghilangkan pemikirannya.

Radit keluar dengan pakaian kaus hitam polos dengan celana boxer sambil menggosok-gosok kepalanya yang basah menggunakan handuk.

Kanaya semakin shock melihat Radit dengan model seperti itu " ... Kenapa gak pakai celana."

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir mungil Kanaya. Sementara Radit mengerutkan dahi, padahal dirinya memakai celana. Radit menatap Kanaya dengan intens, heran melihat ekspresi serta kondisi wajah Kanaya yang pucat pasih, kelihatan ketakutan.

Radit berjalan mendekati Kanaya
degub jantung Kanaya semakin cepat memompa dari biasanya dia bingung meski ngapain Kanaya mencengkram erat bajunya, keringatnya bercucur deras  atmosfer seaakan menghilang.

"Kamu kenapa, sakit?" tanya Radit tanpa ekpresi

"E--nggak kok," jawab Kanaya terbata-bata

Radit melangkah lebih dekat lagi selangkah, kini tak ada lagi jarak di antara mereka dada bidang Radit bersentuhan dengan tangan Kanaya yang bersilang di dada. Kanaya semakin pucat dan deg-degan

"Lepasin baju kamu," kata-kata itu membuat jantung Kanaya berhenti berdetak seketika Kanaya membulatkan matanya.

"Ba--Bapak jangan macam-macam yah. Saya bisa melaporkan bapak ke komnas HAM!" ancam Kanaya
Radit mengerutkan dahinya.

Tuk!

"Awww  .... Sakit!" pekik Kanaya sembari menatap tajam Radit

"Bego kok dipelihara," ejek Radit.
Radit memundurkan tubuhnya "Maksud saya kamu mandi dulu kemudian ganti baju tidur, " ucap Radit lalu pergi berbaring dengan santai di ranjang.

Sementara Kanaya menggerutu tak jelas. Lalu dengan secepat kilat melangkah ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Setelah selesai mengganti pakaian Kanaya terlihat berpikir keras dia bingung mau tidur di mana. Tidak mungkin dia tidur satu ranjang dengan dosen killer itu, dengan berat hati Kanaya mendudukan dirinya di dekat pintu kamar mandi. Mungkin terlalu lelah jadi tidak butuh waktu lama Kanaya telah tertidur.

                 ****

Tepat pukul lima Radit bangun dan menuju kamar mandi untuk berwudhu, setelah membuka kamar mandi Radit kaget melihat Kanaya yang tertidur di samping pintu, Radit berjongkok lalu menggoyang-goyangkan tubuh Kanaya

"Apaansih, Ma bentar lagi Naya bangun," guman Kanaya dengan mata masih tertutup. Radit menggendong Kanaya menuju ranjang. Terlihat Kanaya tertidur pulas kembali saat tubuh mungilnya menyentuh kasur lembut.

Setelahnya Radit menuju ke kamar putranya yang memang berada di samping kamarnya. Ternyata putranya itu sudah bangun  dibantu oleh pelayan perempuan. Setelah siap mereka berdua turun ke lantai bawah untuk sarapan.

Pasangan Ayah dan anak itu duduk bersampingan.

"Bi Narty tolong bangunin Kanaya." Perintah Radit

Mbok Narty hanya mengangguk paham lalu berjalan ke lantai atas.

"Papa, kok kita belum makan Al lapar, Pa." Ucap Al sambil memajukan bibirnya cemberut. Radit yang melihat putranya itu sambil terkekeh.

"Bentar ya, tungguin mama kamu," ujar Radit lembut

"Mama udah meninggal, Pa." Balas Al berbicara layaknya orang dewasa. Radit tersentak mendengar ucapan Al barusan. Radit hendak membalas ucapan Al, namun suara cempreng nan berisik menghentikan ucapannya.

"Selamat pagi semuanya!" teriak Kanaya kencang menyapa semua orang-orang yang ada di sini.

Mbok Narty dan para pelayan menjawab sopan. "Pagi Nyonya."

Radit kesal setengah mati karena keberisikan Kanaya. "Bisa ngak sih kamu tidak usah berteriak rumah saya bukan hutan!" ujar Radit seraya menatap Kanaya dengan tatapan membunuhnya. Kanaya yang ditatap seperti itu hanya nyengir tak berdosa

"Maaf, Pak kebiasaan."

Mereka bertiga pun makan dalam keheningan begitupula dengan Al yang makan layaknya orang dewasa tidak seperti anak lain yang seusianya makan dengan rewel, belepotan
Tapi hal itu tidak berlaku pada anak kecil itu dia makan dengan tenang.

Karena hari ini adalah hari minggu artinya Kanaya free begitupula Radit. Kanaya turun dari lantai dua Kanaya sudah rapi, namun matanya melihat Al sedang bermain mobil-mobilan di depan televisi Kanaya berjalan mendekatinya. "Al, lu ngapain?"

Al menatap Kanaya dengan tatapan kebencian. "Lagi masak .... Ya main mobil-mobilan lah!" jawab Al ketus.

Kanaya yang tidak terima diperlakukan seperti itu balik menatap tajam Al. " Kok lu rese, sih diajak bicara baik-baik. Dasar gak punya etika, bapak lu gak ngajarin soapan santun!" bentak Kanaya

"Siapa bilang saya tidak mengajari anak saya sopan santun?" Suara tenang itu membuat Kanaya menoleh ke belakang. Radit berjalan mendekati Kanaya

"Dasar kekanak-kanakan," ucap Radit
Lalu kembali berkata, "ikut saya ke atas ada sesuatu yang patut dibicarakan!" Perintah Radit kemudian berjalan kembali ke atas dengan diikuti Kanaya di belakangnya.

"Ada apa?" tanya Kanaya malas saat sampai di kamar

"Saya akan menjelaskan semua peraturan di rumah ini dan tugas-tugas kamu," ucap Radit dengan santai.

"Tapi, Pak saya tidak suka diatur!" kata Kanaya  tegas

"Seekarang hidup kamu udah beda kamu sudah menjadi istri Raditia Anggara. Yang artinya semua kehidupan kamu diatur oleh saya."

"Ya, gak bisa gitu dong, Pak!" suara Kanaya meninggi. Matanya melotot tak terima dengan perilaku Radit yang seenaknya.

"Pertama, saat kamu bangun pagi kamu harus membangunkan Al, memandikannya lalu membantunya memakai seragam. Setelah itu kamu mengurus saya, mencarikan baju yang pas untuk saya pakai."

" .... Loh kok gitu sih, Pak saya 'kan, kuliah ngurus diri saya sendiri aja gak mampu apalagi harus ngurus Bapak dan anak Bapak yang menyebalkan itu."

"Saya tidak menerima penolakan! Dan setiap malam tepat selesai salat Isya kopi harus tersedia di meja kerja saya."

"Apa gunanya pelayan sebanyak ini di rumah Bapak." Bantah Kanaya sambil memutar bola matanya malas.

"Pelayan mempunyai tugasnya masing-masing. Dan tadi yang saya sebutkan adalah tugas kamu."

"Jadi bapak menyamakan saya dengan  para pelayan? " ucap Kanaya tak terima.

"Bodoh!" Ucap Radit lalu keluar dari kamar meninggalkan Kanaya yang kesal.

Tbc

My Dosen (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang