Bagian Tiga

43.4K 2.2K 29
                                    

Kanaya membulatkan matanya "Ello ... Eh ma-maksud saya Bapak ngapain di sini?" ucap Kanaya gelagapan.

Sedangkan Radit tidak menggubris, dia kembali membaca korannya.

"Mama," panggil Kanaya menatap ibunya. "Jangan bilang calon suaminya Naya Pak Radit?"

Orang tua Radit dan orang tua Kanaya kompak mengangguk tanpa bersuara.
Seakan atmosfer tiba-tiba menghilang Kanaya seolah kehabisan oksigen mengakibatkan tubuh mungil tersebut tumbang seketika, tapi belum sempat tubuh Kanaya menyentuh lantai dingin itu, sesosok pangeran dengan sigap menangkap tubuh mungil Kanaya.

"Nay!" Teriak Mirna shock melihat putri ajaibnya pingsan.

Radit mengangkat tubuh Kanaya keluar dari ruangan dan diikuti oleh semua orang yang ada dalam ruangan.

                           ***

Kanaya berlari dengan sekuat tenaga

"Agh, sial!" umpatnya.

"Kenapa pake telat segala sih. Mana hari ini matakuliah si dosen killer lagi." Saat Kanaya sampai di depan kelasnya gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan, dengan hati-hati membuka pintu.

Pemandangan pertama yang ditemui adalah sesosok pria dengan bola mata hitam pekat yang menatapnya intens. Jantung Kanaya berdetak lebih cepat dari semestinya. Semua pasang mata memandang Kanaya.

Kanaya benar-benar merasa gugup, untuk menutupi kegugupannya Kanaya memasang senyum manis semanis gulali.

"Minggu kemarin kamu hadir 'kan?" tanya Pak Radit.

"Iya, Pak."

"Kamu pasti tahu 'kan, hukuman buat orang yang terlambat lebih dari lima menit, sementara kamu sudah telat lima belas menit," ucap pak Radit sambil terus mengunci mata Kanaya.

Kanaya yang ditatap pun mengalihkan pandangannya lalu berkata, "maaf, Pak saya ... saya--"

"Silakan keluar," potong Radit

"Ta--tapi, Pak?"

"Kamu tidak dengar! Saya bilang silakan keluar atau saya langsung menghilangkan nama kamu di absen saya?" ancam Radit seraya mengarahkan pulpennya di absen.

"Ehh .... jangan dong, Pak. Iyya-iyya saya keluar." Gelagap Kanaya lalu keluar dari ruangan dengan sangat terpaksa.

"Dasar dosen kejam, padahal dia tahu sendiri semalam tuh gue pingsan," gerutu Kanaya sambil menghentak-hentakan kakinya, tidak peduli dengan tatapan-tatapan orang. Hari ini benar-benar tidak bersahabat bagi Kanaya.

                             ****

"Assalamualaikum  ... Kanaya pulang!"

"Waalaikumsalam. Sini Nay duduk dulu, Mamah mau ngomong," panggil Mirna.
Kanaya pun duduk disebelahnya.

"Ada apa, Mam?" tanya Kanaya penasaran.

"Mama, Papa dan keluarga Agung sudah memutuskan bahwa minggu depan pernikahan kalian akan dilangsungkan. Dan undangan semua sudah mulai dicetak, kamu mau ngundang teman-teman kampus kamu?" Penuturan Mirna membuat Kanaya menganga lebar, Kanaya ditampar kenyataan bahwa dia benar-benar akan menikah dengan dosen killer. Kanaya tidak bisa berkata apa-apa hanya berusaha mencerna penuturan mamanya tadi.

"Bagaimana kamu mau ngundang teman-teman kampus kamu?" tanya Mirna kembali.

"Mam, ini seriusan Kanaya bakal nikah sama dosen killer itu? "

"Husstt! mulut dijaga dia bakal jadi suami kamu, kamu harus menghormatinya," nasihat Mirna

"Gak usah ngundang temen-temen Naya, Naya gak mau ketahuan udah nikah, Naya hanya mau ngundang Indah sama Dian," ucap Kanaya lalu berjalan lesuh meninggalkan mamanya.

My Dosen (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang