Bagian Dua

46.8K 2.4K 26
                                    

"Dia itu duren--duda keren anak satu," jelas Rere

"Apa!" teriak semua yang ada di kelas.

"Hmm, iya."

"Gagal deh jadi istri cogan," timpal salah satu mahasiswi dengan raut kekecewaan yang amat mendalam.

"Ya ampun gue gak nyangka suer," ucap Indah, yang diangguki oleh Kanaya dan Dian.

***

Kanaya berguling-guling di kasur empuknya itu sambil memikirkan kejadian di mana dengan kurang ajarnya meneriaki Pak Radit, sesekali mengusap wajahnya frustasi.

"Mampus, eror deh nilai gue."

"Apa gue minta maaf aja yah? Aduh, tapi gue gak tau rumahnya, gue harus apa dong?" ucapnya bermonolog.

Tak lama bunyi suara ketukan dari arah pintu kamar.

"Masuk."

Mirna--Ibu Kanaya masuk lalu duduk di samping Kanaya.

"Loh. Habis bertarung sama siapa, Nay? Acak-acakan gitu?" tanya Mirna sambil terkekeh melihat model putrinya yang super-duper hancur

"Berantem sama guling," jawab Kanaya asal.

"Nay .... Mama sama Papah udah jodohin kamu," penuturan Mirna tanpa ba-bi-bu langsung ke to the point.

"Hahahahahahah, becanda Mama gak lucu."

"Mama serius, Nay." Mirna menatap putrinya dengan sorot mata yang serius.

"Kalau sama cogan, Naya mau," kata Kanaya santai.

Kanaya masih menganggap ucapan mamanya adalah candaan.

"Nay, Mama serius. Papa kamu menjodohkan kamu dengan anak sahabatnya. Ini sudah perjanjian mereka dari dulu saat mereka masih kuliah."

Mendengar ucapan Mirna yang kelihatan serius Kanaya berhenti bercanda lalu menatap serius mamanya itu tanpa bersuara.

Bagaimana perasaanmu jika tiba-tiba dijodohkan dengan seseorang yang tidak kamu tahu-menahu tentang dia sama sekali?

Pasti kaget, kecewa, frustasi dan sebagainya bercampur menjadi satu. Begitulah yang dirasakan oleh seorang Kanaya Partia.

Kanaya menatap mamanya dalam sesekali menarik napas. Penuturan mamanya membuatnya semakin frustasi. "Mam, mama serius?" tanya Kanaya mencoba memperjelas mungkin saja mamanya sedang ngeprank, Kanaya menatap sekeliling bisa jadi 'kan, ada kamera tersembunyi di sini.

Tanpa menjawab Mirna hanya mengangguk yang menandakan bahwa dia serius.

"Tapi' kan, Naya masih mudah, Mam." Sedikit lagi cairan bening yang menggenang di pelupuk gadis dengan penampilan acak-acakan itu menerobos keluar.

Mirna mengusap lembut kepala putrinya lalu berkata, "Nay ... selama ini Mama dan juga Papa, enggak pernah 'kan, sedikit pun menolak dan meminta apa pun padamu, tapi kali ini Mama sangat memohon agar kamu menyetujui permohonan Mama ini." Tangan Mirna berhenti mengusap lembut rambut Kanaya lalu berdiri dan berjalan keluar kamar.

Dan akhirnya genangan yang sedari tadi Kanaya tahan menerobos dengan cepat membasahi pipinya. Kanaya menutup bibirnya menggunakan kedua tangannya agar suaranya meredam, mengakibatkan tubuhnya bergetar menahan suara isakan yang ingin keluar.

Pagi harinya Kanaya tidak ikut bergabung sarapan pagi bersama kedua orang tuanya. Bahkan melirik pun tidak sama sekali.

"Nay ... makan dulu, sayang, " tegur Marwin-- Ayah Kanaya.

My Dosen (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang