[5] Promise

36 9 2
                                    

*Oktober, minggu ketiga*

Saat itu hari Senin, aku bangun saat fajar belum terlihat. Entah kenapa saat aku bangun pikiranku langsung menuju ke dapur untuk memasak sesuatu. Kebetulan disana Ibu juga memasak untuk sarapan.

"Bu, cara bikin nasi goreng gimana ya?" tanyaku sambil mengucek mata.

"Kenapa?"

"Mau belajar masak."

"Yaudah mandi dulu."

Setelah selesai mandi, aku menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng sesuai dengan instruksi Ibuku. Aku menghaluskan bumbunya dengan tanganku sendiri, entah kenapa aku kepikiran janjiku pada Raay. Janji tetap janji kan walaupun awalnya hanya bercanda? Setelah itu aku memasak nasi goreng diatas wajan, terus membolak-balik nasi agar tak gosong. Namun, saat di tinggal Ibu membeli sesuatu di toko depan, aku sedikit teledor.

"Wowowo kok gini?" aku melihat nasi goreng yang ada di wajan.

"Duh gimana ini?" aku sempat celingukan mencari Ibu.

Akhirnya setelah ku rasa telah siap, aku memindahkan nasi goreng itu di sebuah wadah. Sewaktu melihat bagian gosong, aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal.

Selanjutnya aku membuka lemari pendingin, mencari sesuatu yang bisa di tambahkan di nasi goreng.

"Anjirr lupa gue kalau sosisnya udah habis dimakan Iko." Ucapku sambil mengingat keponakanku yang menyukai sosis itu.

Akhirnya aku mengambil telur untuk di jadikan tambahan di nasi goreng. Setelah semua siap, aku mengambil tempat bekal milik Iko, karena tempat bekal milikku tertukar olehnya.
Aku menuju kamar untuk menelepon Raay.

"Ya?" Terdengar suara berat Raay yang baru saja bangun

"Baru bangun?" tanyaku.

"Heem." Jawabnya.

"Cepet bangun gih," pintaku.

"Ntar aja deh." lenguhnya.

"Ayo bangun Raay," Ucapku.

"Ntar jam enam deh." Jawabnya.

"Sekarang kok." Aku memaksanya.

"5 menit lagi deh." Ucapnya.

"Gak buka Whatsapp dari gue?" tanyaku.

"Belom buka Whatsapp, kan baru bangun kamu telepon." Jawabnya

"Nanti ke sekolahan gue ya." Ucapku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Katanya pengen di bikinin nasi goreng?" ucapku sambil tersenyum.

"Iya deh."

"Ayo sekarang mandi gih."

"Iya ini otw."

"Gak usah boong Raay..."

"Hehehe, iya-iya." Dia cengengesan.

"Ya udah, nanti tunggu di gerbang aja, aku berangkatnya jam 6.15 kok."

"Iya."

Aku pun memutuskan sambungan teleponnya, lalu bersiap-siap untuk sekolah.

6.25

"Lo dimana?" tanyaku lewat telepon.

"Udah sampe di gerbang, kamu dimana?" jawabnya.

"Ok bentar."

Aku berangkat menuju sekolah, dari jauh terlihat Raay sedang menungguku. Aku tersenyum saat sampai di depannya.

"Nih," ucapku sambil tersenyum

IS RAAY [I'm Sorry Raay] - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang