Besoknya, aku, Siska, Eldina, dan Fina berencana untuk makan-makan di sebuah kafe PMP. Hima dan putri tidak bisa ikut karena rumah mereka yang jauh.
Kami duduk di meja paling pojok sambil menunggu pesanan yang telah kami pesan.
Setelah pesanan datang, kami pun menyantapnya sambil sesekali bicara santai.
Saat makanan telah habis, Siska, Eldina, dan Fina berfoto di sekeliling tempat indah ini. Aku hanya diam menghadap tembok sambil memainkan ponsel.
Sekitar 20 menit berlalu tiba-tiba seseorang mencolek bahuku dari belakang. Aku menoleh ke arah belakang, terkejut saat melihat Raay yang ada di sana.
"Apa?"
"Nih." Sambil menyerahkan bingkisan hitam.
"Apa?" aku melirik bingkisan itu sekilas, tak mengerti.
"Ini." Raay mendekatkan bingkisan itu padaku, aku pun menerimanya walau masih tak paham.
Setelah menerimanya, aku akhirnya mengerti bahwa itu adalah bekal tempat makan nasi goreng waktu itu. Ku taruh bingkisan itu di atas meja lalu aku menunduk memainkan ponsel lagi.
"Duduk aja Raay." Ucap Siska yang berada di bangku lain.
Raay duduk menghadap aku, mencoba memanggilku dan mencubit lenganku.
Jujur, aku ingin sekali menggenggam tangannya dan mengatakan sejujurnya tentang semua ini. Ini semua hanya sandiwara untuk ulang tahun Raay, tapi lidahku sangat keluh.
Bahkan saat melihat Raay ada disini, rasanya aku sangat merindukannya, padahal dia ada di depan mataku.
"Apa? Astaga lo ngerokok ya?" refleks aku bicara dan menahan napasku sekejap.
"Iya, maaf." Jawabnya.
Dia... Ah aku paham kenapa dia ngerokok lagi. Aku benar-benar paham. Dia... Frustasi karena masalah ini.
Aku diam menunduk lagi sambil pura-pura sibuk dengan ponsel.
"Gak sayang bukan berarti membenci, kan? Aku balik dulu."
Raay mencubit pipi kiriku lalu beranjak pergi.
*DEG*
Jantungku terasa nyeri sekali saat Raay mengatakannya. Aku sempat berfirasat buruk karena tidak biasanya Raay mencubit pipiku. Kenapa ini terasa seperti salam perpisahan darinya?
Bahkan saat Raay berjalan keluar aku masih mengedipkan mataku, mencoba memahami situasi ini.
Detik selanjutnya, aku melihat kepergiannya dengan sendu. Dari belakang pun terlihat jelas bagaimana putus asanya.
"Heh lo itu Tih! Jangan gitu, panggil gih." Siska memarahiku karena gemas dengan aku yang membiarkan Raay pergi begitu saja.
"Raay..." refleks aku memanggilnya dengan nada lembut.
Raay yang hendak menuruni tangga pun menoleh ke arahku dengan wajah yang sama sendunya.
"Mau ngapain?!" aku menatap Siska karena tak tahu apa yang akan ku bicarakan.
Di sana Raay terlihat bingung akan menghampiriku atau tidak. Sampai akhirnya dia menghampiriku lagi.
"Apa?" tanyanya.
Awalnya aku masih bingung akan mencari topik apa.
"Kemarin dari mana? Jujur aja." Refleks pikiranku tertuju ke permasalahan itu.
Ah dasar bodoh Ratih.
"Dari rumah, beneran." Dia bahkan mengatakannya dengan lembut tetapi terlihat sungguh-sungguh.
![](https://img.wattpad.com/cover/169520412-288-k24215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IS RAAY [I'm Sorry Raay] - COMPLETED
Любовные романыDi dunia ini hidup selalu seimbang. Ada kebahagiaan juga ada kesedihan. Begitu pula keberuntungan yang juga ada kesialan. Keberuntunganku adalah dicintai laki-laki sepertinya. Dan kesialannya adalah mencintai gadis sepertiku. Dia selalu menunjukkan...