Scene 2

104 6 0
                                        

Waaa!”

Sang siluman harimau putih terbangun, terlonjak duduk seketika. nafasnya tak beraturan saat ia memegangi dadanya, mencoba untuk tenang. Setelah cukup tenang dan nafasnya kembali ke sedia kala, Nakajima Atsushi mengeluarkan nafas beratnya.

“Mimpi ya,” ucapnya terbata bata dengan kedua mata yang masih terbuka lebar.

“Boleh aku masuk?” tiba tiba suara lembut perempuan terdengar dari arah pintu masuk, Atsushi menoleh, bergumam memperbolehkan.

Lalu pintu geser tempat tidurnya terbuka dan menampakan Izumi Kouka yang berjongkok di depannya, masih memakai yukata putih polos memandangnya dengan wajah datarnya.

“Kau tidak apa apa?” tanya Kyouka.

“Eh?”

Kyouka tampak lega, “Kau seperti baru dapat mimpi buruk.”

Atsushi mengiyakan. Jelas sekali tadi itu mimpi buruk.

Lalu tanpa ba bi bu, Kyouka bergumam kecil dan memaksa masuk ke dalam lemari kecil tempat Atsushi tidur.

Reflek, pria remaja ini terkejut dan menutupi area dadanya dengan selimut biru tadi. Entah kenapa pipinya muncul sedikit tanda merah.

“Apa ada kabut dalam mimpimu?” tanya Kyouka mewanti wanti, dan Atsushi membalak lagi.

Mengerti apa yang di maksud gadis kimono ini, ia keluar dengan merangkak dan membuka jendela di samping futon Kyouka yang belum terkemas.

“A, apa ini?” betapa terkejutnya ia saat melihat pemandangan di luar sana.

Kabut yang tebal memenuhi seisi kota, membuat jarak pandang menjadi terbatas. Apalagi dengan situasi malam seperti ini, menjadikan Yokohama mirip seperti kota hantu yang angker.

Bertindak cepat, Kyouka menghidupkan ponselnya dan menghubungi siapa saja. Tapi ia tak mendapat jawaban apapun saat nada sambung terus yang berbunyi.

“Ponselku tidak berfungsi.” Beritahunya pada Atsushi.

Pria ini menggeleng dan kembali berjongkok ke lemari tidurnya. Saking paniknya ia bahkan sempat terantuk langit langit lemarinya yang bergitu rendah.

“Punyaku juga.” Balasnya seraya menunjukan Kyouka handphonenya. Gadis itu terdiam selama Atsushi kembali merangkak keluar untuk melihat kabut di luar jendela apartmentnya.

“Apa ini kabut yang muncul saat orang orang berbakat bunuh diri?” tanya Atsushi, nada panik terdengar di setiap katanya. Tapi Kyouka tetap diam sebelum mengajak pria di depannya ini tanpa nada dan ekspresi yang mengajak.

“Ayo kita pergi ke Tante-sha.”

Atsushi semakin panik, bola matanya bergetar dan membola, “h-he? Se-sekarang?”

Saat Kyouka hanya menatapnya tanpa jawaban, memberitahu Atsushi jika ia serius, “Tidak bisakah kita menunggu kabutnya hilang?”

.
̣́́Dêăth Âpplệ̉̉
.

Yokohama benar benar tertutup oleh kabut tebal. Semua fasilitas kota termasuk taman kota, gedung pemerintahan, area bermain dan bahkan sungai besar tempat berlabuhnya pelabuhan terbalut oleh kabut misterius ini.

Atsushi dan Kyouka berjalan menyusuri jalanan sepi kota indah ini. Gadis berkimono merah ini terus saja tanpa ekspresi, sedangkan Atsushi sedari tadi telah ketakutan memandang ke segala sudut, takut apa yang ia cemaskan muncul tiba tiba.

“Um, Kyouka chan?”

Bang!

Atsushi terlonjak dan mengeluarkan hisakan ketakutan. Belum sempat ia berbicara apa apa, gadis di depannya ini berlari langsung ke sumber suara, meninggalkan sang Nakajima di belakang, memanggilnya.

Reason Living : Dead AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang