Scene 4

96 6 0
                                    

Setelah memeriksa bagian dalam kantor Agensi, Kunikida mengarah ke ruangan ketua mereka dan menemukan sebuah ruangan yang berantakan seperti di landa angin puting beliung. Tapi si pria berkacamata bergerak cepat dan membuka akses yang hanya dia dan Sachou sajalah yang tahu.

Mereka menghabiskan beberapa menit untuk berbicara pada salah seorang yang menghubungi mereka dari tv besar di dinding, salah satu alat darurat yang dipunyai ADA.

Pria itu bernama Sakaguchi Ango dan ia meminta untuk ketiga orang ini untuk tidak menyerah karna mereka adalah harapan terakhir Yokohama. Tak lupa ia memberitahukan sepenggal informasi jika kabut tebal telah menutupi kota indah mereka ini, yang mana membuat Kunikida geram.

Percakapan mereka terhenti begitu sinyal tiba tiba terpotong dan suara ledakan beruntun terdengar dari luar gedung. Atsushi panik dan Kyouka mengikuti gerak mata megane yang berjalan ke dinding kosong lalu menghentakkan kepalan tangannya. dengan otomatis, sebuah dinding bersenjataan lengkap jatuh ke bawah dan Kunikida menyerahkan Atsushi handgun sedangkan ia mengambil shotgun.

Ia menyuruh Atsushi dan Kyouka duluan dan berlari keluar, di mana ia menemukan si istri dari maniak bunuh diri tengah melawan cerminan si megane dengan tangan yang menusuk dada di bayangan hijau itu.

Kunikida mencoba memanggilnya berkali kali, tapi baik Himawari ataupun musuhnya tak merespon.

Akhirnya ia mengambil tindakan dengan menembak keras tepat di kepala cerminannya dan membuat Himawari jatuh duduk. Senjata itu tercabut dari tubuhnya yang membuatnya teriak kesakitan.

Kunikida kahwatir dan dengan panik mendekatinya, disusul Kyouka dan Atsushi yang selesai menyiapkan diri mereka untuk pertempuran yang lebih besar.

Ia memandangi Kunikida dengan kesal, “Seharusnya aku masuk bersama Kyouka chan tadi.”

Melihat si pink yang berusaha untuk kuat, memebuat Kunikida tak bisa marah ataupun kesal di depannya.

“Himawari, kau tidak apa apa? Lukamu bertambah buruk kurasa.” Beritahu Kunikida. Biarpun ia tak sepintar Yosano sensei, tapi luka yang di peroleh Hima itu semua bisa melihat seperti apa buruknya.

Hima menggeleng setelah merasakan dua orang lagi mendekatinya, “Luka kecil. Dan perkerjaanmu belum selesai Kunikida kun.” Ia menunjuk belakangnya menggunakan ibu jarinya sambil berkedip ke arah Kunikida, “kembaranmu pantang menyerah lho.”

Kunikida menekan kedua bibirnya hingga menjadi garis lurus yang tipis, “dan aku tak akan menyerah untuk melindungimu. Ayo Himawari, aku akan mencoba untuk menutup luka itu. Kau akan mengalami pendarahan jika luka itu tak segera di tangani.”

Sebelum si pink bisa menjawab, Atsushi datang bersama Kyouka di sebelahnya, mereka tampak panik,

“Hima san! Apa anda baik baik saja?!” seru Atsushi, berjongkok di hadapannya dan di samping Kunikida, kedua tangannya bergerak ke tiada tempat yang di tuju.

Himawari hanya mengangguk dengan kedua mata tertutup seraya Doppo membantunya berdiri. Lelaki tinggi itu dengan sangat hati hati melingkarkan tangan pendek Himawari di bahunya yang lebar dan untuk itu ia harus menunduk agar bisa menyamakan tinggi mereka.

Melihat senpainya yang dibawa pergi partner suaminya untuk masuk ke gedung Agensi, gadis raven ini mengikuti jejak sang senpai dengan nanar. Untuk berjalan saja, Hima harus beberapa kali tersandung.

“Dazai san, setelah ini apa yang akan anda lakukan?” tanya Kyouka tiba tiba dengan kedua tangan yang dengan protektif di depan dada.

Kunikida menghentikkan perjalanannya dan memberikan kesempatan Himawari untuk melihat ke belakang.

Reason Living : Dead AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang