Prologe

345 19 2
                                    

Hari dimana tidak terjadi di hari lain, saat Yokohama penuh dengan 88 mayat.
Banyak organinsasi yang terlibat dalam pembantaian berdarah itu.
Konflik Kepala Naga.

.

.Đêăth Âpplệ̉̉
.

----malam sebelum kejadian-----

Bulan bersinar terang di langit kelam Yokohama kala itu. Cahaya menjadi saksi bisu akan pembantaian yang terjadi di bawahnya.

Dalam kesunyian yang sangat, di jalan raya yang anehnya terlampau hening, seorang bermantel krem pudar dan bersurai magenta berlarian menunduk sambil memegang sebuah pistol kecil di kedua tangannya. Ia langsung berhenti dan tegap saat berbelok ke suatu arah, memasuki jalan baru yang menjadi mendadak tempat pemakaman umum. Mayat bergelimpangan di mana mana.

“Memuakkan. Mayat ada di mana mana.” Gerutu pria itu. Ia hanya menatap jijik dan bosan saat menganalisa semua tubuh tanpa nyawa itu. Darah bercipratan menodai aspal jalan dan trotoar kotor.

Tapi pria ini langsung tertegun kala indra pendengarannya menangkap suara asing yang datang dari suatu arah. Ia menoleh dengan mata melebar dan langsung berlari ke arah kanannya, tepatnya di sebuah mobil mini yang sudah terbalik dan berjongkok di sampingnya. Dimana ia melihat dua mayat-perempuan dan laki laki- menggempit asal suara yang ia dengar.

Melihat anak kecil manis itu terus menangis, Oda Sakunosuke-nama pria ini-cepat cepat mengembalikkan pistol yang ia pegang ke tempatnya, lalu dengan hati hati memajukan tubuhnya kedepan dan mencoba untuk menenangkan bayi mungil itu di kedua tangannya. Ia berhasil. Ia segera membuka matanya dan melihat pria di depannya. Begitu menyadari ia bukan bahaya, anak itu perlahan berhenti menangis hingga senggukan yang tersisa.

Oda tampak senang dan menghela nafas leganya, melihat anak itu lagi, “Kau beruntung bisa hidup di situasi seperti ini.”

Begitu suara radio muncul di telinganya-menandakan seseorang hendak berbicara padanya-Oda sedikit tertegun dan muncullah suara yang amat ia kenal.

Odasaku.”

Ia langsung memegang telinganya, tempat suara itu berasal. “Dazai! Kau dimana?”

Saya tau rencanamu, tapi kau harus bergegas. Tempat itu sudah tidak aman.”

Muncul kembali suara radio itu dan tergantikan dengan suara buzz pertanda transmisi masuk.

Cepat pergi dari sana!” itu jelas jelas Chuuya, suara yang memerintah dengan nada tinggi ialah ciri khasnya. Oda tertegun sejenak karna perubahan suara di earphone-nya.

Tak butuh dua detik kemudian, Oda mendengar suara ribut mesin motor besar yang melaju dengan sangat di sisi kirinya. Ia tegap dan menatap dengan tak percaya saat motor itu menghilang dari pandangannya dan meninggalkan kepulan asap kenalpot sebagai ekornya.

Yang membuat janggal ialah, Oda melihat seorang...perempuan di belakang pengendara. Perempuan itu lebih muda daripada Oda dan masih memakai rompi dan rok kuning sekolah. Rambut pinknya tergerai indah saat Chuuya membawa motor ini melaju.

Hei Chuuya, kau tidak bermaksud membawa Hima chan masuk wilayah musuh kan? Matilah sendiri Chuuya, bisa jadi Hima chan mau tawaranku.” Jelas sekali olokan Dazai kepada Chuuya.

“Diamlah!” gerutu ia kembali.

Melihat temannya yang mengendalikan motor di depan mengangkat kepalanya dan menyumpah serapah, gadis remaja ini menyunggingkan senyum.

Reason Living : Dead AppleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang