My King Vampire : 2

1.1K 81 0
                                    

A l i c e

Aku membuka mata dan mengangkat tubuhku untuk duduk di atas ranjang lagi. Aku mengerang kecil merasakan rasa lapar di perutku. Aku mendesah dan merintih pelan saat merasakan rasa sakit selangkanganku.

Aku mendengus lalu turun dari ranjang dan segera menuju ke kamar mandi. Ini sudah sangat siang, sepertinya kejadian di ruang makan membuatku pingsan karena perbuatannya.

Vampir jahanam itu memang benar-benar menyebalkan! Seandainya aku tidak takut dipenggal olehnya maka aku sudah membunuhnya. Seandainya juga membunuh itu bukanlah sebuah dosa maka dengan senang hati aku membunuhnya! Demi keluargaku, aku rela menuruti kemaumannya untuk menjadi istrinya sekaligus Ratu bayangan miliknya.

"Kamu akan menjadi Ratu bayanganku dengan imbalan keluargamu hidup bahagia."

Saat itu aku hanya bisa mengangguk mengingat posisiku yang hanya seorang gadis kota biasa. Aku adalah anak dari seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga. Aku meninggalkan kota dengan alasan bekerja, para rakyat hanya tahu bahwa Ratu mereka adalah seorang rakyat biasa alias seorang manusia, bukanlah seorang mahkluk abadi seperti Laviord.

Keluarga mereka sudah memimpin Negeri ini bertahun-tahun. Mereka memiliki kuasa atas kami semua para manusia. Kami diperbolehkan hidup dengan kenyamanan rasa aman, tapi kami para manusia harus bekerja untuk mereka.

Aku mendengus malas mengingat kejadian dua hari lalu, saat aku masih ada di kota dan dia mendatangiku lalu memintaku menjadi istrinya. Seperti kataku tadi, dia memintaku menjadi istrinya dengan imbalan hidup mewah. Aku kira memang hidup mewah biasa, tetapi bukan hanya hidup mewah melainkan rasa sakit serta rasa penderitaan yang aku terima. Demi keluargaku aku rela melalukan hal ini!

Sejujurnya aku tidak mengerti dengannya, aku hanya Ratu bayangan di sini. Ratu bayangan amat berbeda dengan Ratu yang mendampingi Raja di mana pun seorang Raja berada.

Aku bukanlah Ratu, aku hanya seorang Ratu bayangan. Aku hanyalah pengganti Ratu Vanessa. Aku bukan lah Ratu Vanessa yang memiliku kuasa dan kekuatan.

Mengusap wajahku perlahan lalu turun dari ranjang. Melangkah pelan-pelan menuju ke kamar mandi dengan rasa perih di selangkanganku. Sejenak aku terdiam lalu memilih duduk, padahal sebentar lagi mencapai kamar mandi.

Tiba-tiba aku teringat tentang suatu hal, hal yang amat aku benci dari sosok Viord. Kalau saja dia bukan vampir, mungkin aku sudah melaporkannya kepada pihak berwenang. Tapi statusku di sini adalah seorang istri! Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya makan, minum, pergi ke perpustakaan, lalu menjadi makanan serta mainan oleh Viord.

Rasanya memang ingin menangis! Tapi tidak bisa, aku tidak boleh menangis. Jika aku menangis maka hancurlah sudah hidupku! Aku tidak boleh menangis, aku tidak boleh menjadi lemah.

Aku segera berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi. Aku membersihkan diri dan segera mengambil pakaian dalam dan memakai gaun yang baru. Aku memang sering tiba di kamar dengan keadaan telanjang akibat perbuatan Viord. Dua hari saat aku tiba di istana ini, aku sudah diperlakukan layaknya hewan peliharaan olehnya. Menyebalkan!

Setelah selesai berpakaian dengan gaun biru terang kontras dengan kulitku yang putih agak pucat. Aku segera mengambil mantel dan memakainya lalu keluar dari kamar. Saat aku melangkah di setiap koridor istana, tidak ada seorangpun di sekitar sini. Tidak ada siapapun dan aku merasa agak janggal.

Aku segera menuju ke ruang makan tetapi tidak ada pelayan maupun prajurit menjaga di depan pintu. Menyentuh gagang pintu dan membukanya, nihil. Tidak ada seorangpun di sini, aku segera berlari menuju ke ruang kerja Viord. Aku terdiam lalu menyipitkan mataku saat aku melihat seorang di ujung lorong istana menuju ke ruang kerja Viord.

Sejenak aku mengira itu pelayan! Sayangnya bukan, dia adalah seorang vampir yang tidak memiliki akal budi, biasa disebut Vantor. Aku menelan salivahku susah payah dan mundur beberapa langkah.

Dia menyadari keberadaanku sebab ia berbalik dengan seringai di wajahnya. Aku gemetar dan hanya bisa berlari, apa yang sebenarnya terjadi di sini!? Aku berlari tanpa peduli dengan si Vantor yang terus mengejar.

Aku hanya bisa berlari dengan diriku yang bahkan mungkin bisa selamat saja, itu agak mustahil. Sesaat aku merasa hendak berhenti karena aku sudah terlalu lelah! Tetapi teringat dengan kedua orang tuaku, aku tidak boleh mati! Aku tidak boleh mati.

Tapi aku yakin aku akan mati, secara tiba-tiba aku tersandung dan terjatuh. Vantor langsung menaiki tubuhku dengan seringai di wajahnya.

Ia menggeram dan membuat beberapa air ludah menetes, bersamaan dengan sisa-sisa darah di mulutnya. Aku menangis, tentu saja gemetar. Aku takut, tapi di sini tidak ada siapa-siapa.

"Menyingkir dariku!" Aku berteriak sambil mendorongnya sekuat tenaga. Tentu saja hasilnya nihil sebab dia monster sedangkan aku hanyalah seorang manusia.

Aku menangis, ahkir hayatku sudah dekat. Dasar menyebalkan! Dunia ini menyebalkan! Kenapa memberikan aku takdir seperti ini?! Aku diberi takdir yang menyebalkan!

Aku menutup mata dan bersiap mati tetapi sudah kutunggu hingga beberapa detik tidak ada yang terjadi. Aku membuka mata dan mendapati si Vantor sudah tergeletak mengenaskan di dekatku dengan pedang menancap di sana.

Aku terdiam dengan jantung berdebar dan agak tersentak saat tubuhku dipeluk seseorang. Aku mengerjap dan mendapati Laviord menatapku kesal.

"Dasar boneka sialan! Harusnya kamu di kamar! Bukan kemari!" Ia berteriak ke arahku dengan wajah kesal. Ia memelukku erat-erat seakan-akan aku akan menghilang.

"Kamu membuatku khawatir," desisnya kesal sendiri. "Dasar menyebalkan!"

Aku hanya diam saja lalu memeluknya erat dan menangis. Sungguh tadi aku sunggu-sungguh ketakutan. Dikejar oleh seorang Vantor itu seperti dikejar oleh seorang monster. Ia menggendongku dan memintaku untuk mengalungkan lenganku.

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya pelan, tentu saja meminta penjelasan.

Ia terdiam lalu menghela napas. "Kamu terluka, nanti akan kujelaskan saat kita sampai di kastilku."

"Kastil?"

"Tidurlah Alice, jangan banyak bicara. Kamu sudah membuatku kesal karena hampir saja kamu dibunuh oleh Vantor."

"Bukan dibunuh," aku berkata kesal, "dimakan."

"Mereka bukan makan, Alice." Viord mengoreksi dengan wajah kesal, "tetapi meminum darah manusia."

"Ya-ya," balasku, "terserah!"

Lalu keadaan hening, ia membawaku keluar dari Istana. Di luar sudah ada sebuah kereta kuda dengan Avom yang menjadi pengendaranya.

"Kamu masuk lah dan Avom, antarkan sampai kastil dengan selamat. Mengerti?"

"Apa yang seben--"

"Di dalam sudah ada Istelle, dia akan menjelaskannya kepadamu. Aku harus mengurus hal lain di sini, di kastil hitam sudah ada para warga yang berhasil di selamatkan."

"Jadi..."

"Kedua orang tuamu selamat, mereka baik-baik saja. Tenang saja, sampai sana Istelle akan mengantarkanmu ke sana."

Aku terdiam lalu mengangguk. "Baiklah."

Lalu aku masuk ke dalam dan kereta kuda berjalan dengan sangat lambat menjauhi Istana Blackhood.

***

Tbc

Mau lanjut?

My King VAMPIRE (DIBERHENTIKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang