Fathiah merapikan pakaian-pakaian yang hendak dibawa pergi, merapikannya dan memasukkannya kedalam koper. Tiga hari lagi adalah keberangkatan, bahkan Faruq sendiri sudah memesan tiket jauh-jauh hari.
Selain itu, mereka juga sudah memberitahu ayah dan ibu serta abi dan ummi perihal keberangkatan mereka ke Jerman dan tujuan mereka kesana. Ummi tak banyak berkata, ia hanya mengigatkan Fathiah bahwa surga istri terletak pada suami dan teruslah berbakti.
Posisinya duduk dilantai merapikan pakaian. Namun sebuah benda mengusik pandangannya. Benda berbentuk kotak di bawa tempat tidur. Fathiah memfokuskan pandangannya yang membuat matanya sedikit menyipit. Ia mendekat untuk melihat lebih jelas. Benar saja, sebuah kotak.
Fathiah belum pernah melihat kotak itu sebelumnya. Tangannya menggapai kotak itu. Jiwa penasaran memenuhi otaknya. Tanpa pikir panjang ia membuka kotak itu dan menemukan sesuatu yang selalu menjadi tanya disudut pikirnya selama ini.
Ia memegang sebuah foto wanita hijab berbingkai. Cantik. Itu satu kata yang pas untuk orang di foto tersebut. Senyumnya yang manis menunjukkan sebuah ketulusan. Senyum wanita itu menular yang membuatnya juga ingin tersenyum.
Detik berikutnya, Fathiah dibuat terkejut ketika tangan lain merampas bingkai itu dari tangannya. Fathiah menoleh dan sudah mendapati Faruq berdiri di hadapannya.
"Abang lupa membuangnya" suaminya hendak bergegas keluar.
"Abang.." Fathiah memangggilnya, bersamaan dengan itu langkah Faruq juga terhenti.
"Fathiah nggak pernah minta abang untuk ngelupain mbak Alissa, dia juga istri abang"
Faruq tertegun. Ia berusaha keras selama ini untuk melupakan Alissa dalam hidupnya walaupun itu sulit baginya. Karena jika bukan begitu, maka ia akan membuat Fathiah semakin tersakiti. Ia tidak ingin berlaku egois terhadap istrinya, ketika Fathiah mampu menyerahkan hatinya sepenuhnya kepada dirinya, ia justru masih terjebak oleh masa lalu yang memilukan. Bukan hanya Fathiah, ia juga tidak ingin menyakiti Alissa karena terus bersedih karena kepergiannya. Jika Alissa masih ada, mungkin ia akan berlaku sebagaimananya Fathiah.
♥♥♥♥♥
Tadi siang sebelum dzuhur Faruq ingin bertemu dengan temannya sebentar. Namun sampai sekarang Faruq juga belum pulang atau sekedar mengabarinya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Deringan panggilan mengalihkan perhatian Fathiah pada ponsel di atas nakas. Ia menjangkau ponsel itu yang tidak begitu jauh darinya.
Mbak Khayra? Fathiah bergumam. Ada apa malam-malam ia menelfon.
Namun rasa penasaran membuat ia memutuskan untuk mengangkat panggilan itu.
"Assalamu'alaikum, mbak Khayra" salam Fathiah.
"Wa'alaikumussalam Fathiah, kamu di rumah?" Tanya Khayra, nada suaranya seperti ada yang mendesak.
"Iya mbak, aku dirumah" jawab Fathiah. Ia masih kebingungan.
"Mbak kerumah, kamu siap-siap ya"
Ada apa ini?
"Ada apa mbak malam-malam begini?"
"Mbak tutup, Assalamu'alaikum..." Khayra mengabaikan pertanyaan Fathiah barusan.
"Mbak...." Fathiah membutuhkan penjelasan. "Wa'alaikumussalam warahmatullah..."
Ini sudah jam 10 lewat 15 menit. Entah mengapa ia mengikuti intruksi dari Khayra. Ia bangkit dari ranjangnya, lalu menggunakan gamis seadanya. Lengkap dengan atribut lengkap seorang muslimah bercadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA PELANGI DI UJUNG WAKTU
SpiritualAku bukanlah Khadijah binti Khuwailid , tapi aku belajar setia darinya Aku bukanlah Aisyah binti Abu Bakr Shiddiq , tapi aku belajar ikhlas darinya Aku bukanlah Fatimah binti Muhammad Shalallahu'alaihi wa sallam, tapi aku belajar tabah darinya Aku b...